Perlahan kubuka kedua mataku, terlihat lampu cahaya kamar yang menerangi ruangan itu kemudian kualihkan pandanganku disekililing ruangan tersebut akan tetapi ruangan itu terlihat begitu sepi hanya ada satu suara yang sejak dari pertama aku membuka mata yang terus mengusik pendengaranku yaitu suara yang dihasilkan dari alat capnograph, ruangan itu tampak asing buatku, diamana aku ? dan apa yang sedang terjadi denganku ? pikirku. Kepalaku terasa berat namun aku mencoba untuk terbangun hanya saja badanku yang lemah membuat aku sulit untuk duduk sehingga aku urungkan niatku untuk melakukannya, aku mencoba memejamkan mataku kembali akan tetapi tiba-tiba terlintas kejadian buruk yang sudah menimpaku, aku kembali menangis membayangkan wajah-wajah orang yang amat aku sayangi terlebih wajah pria yang begitu aku cintai, waktu itu tidak bisa mundur aku hanya bisa menyesal kenapa aku dengan mudah menerima pertolongan kak Yuan yang mau mengantarku pulang, andaikan aku menolak pasti kejadian itu tidak akan pernah terjadi. Aku hembuskan nafasku yang terasa sesak tidak terasa air mataku mulai membasahi kedua mataku.
"selamat pagi, bagaimana perasaannya hari ini ?" tiba-tiba masuk seorang wanita diruangan dimana tempat aku beristirahat, dia menyapaku dengan ramah dan memberikan senyumannya yang manis, wanita itu Nampak menggunakan setelan baju perawat berwarna putih, rambutnya disanggul rapi dan dipakaikan kep diatas kepalanya. Aku tidak membalas ucapannya namun aku hanya bisa tersenyum sedih dan aku tahu diapun dapat merasakan perasaanku saat itu "beberapa hari ini kamu sudah melewati masa yang kritis akhirnya sekarang udah siuman, saya harap mbaknya tetap dalam kondisi yang baik"
"thanks sus"
"sama-sama, saya periksa kamu sebentar ya, bagaimana mbaknya terasa pusing, mual dan sebagainya"
" iya sus, kepala saya sangat berat, sekujur tubuh saya juga lemas, sepertinya saya akan terus merepotkan suster"
"gak apa-apa udah kewajiban saya"
"thanks sus"
"iya, oke sekarang saya cek tanda-tanda vitalnya dulu ya, mbaknya sesak gak ?" suster itu memeganggi pegelangan tanganku untuk meraba denyut nadiku sambil bertanya kepadaku.
"berat sus, mungkin karena hidup saya" dan dia hanya tersenyum mendengarnya, setelah dia memeriksaku dan akan segera meninggalkanku, akupun menahannya sekedar ingin tahu siapa namanya.
"nama suster siapa?"
"suster Lia"
"nice to meet you sus, ngomong-ngomong berapa hari aku tidak sadarkan diri sus?"
"hmm kira-kira udah tiga hari"
"oh ya"
"iya,, kata perawat IGD saat itu kamu dibawa disini dengan mobil oleh seorang pemuda dan dia sudah membayar semuanya disini"
"siapa orang itu sus?"
"gak tau juga, karena sejak saat itu pemuda itu gak pernah nongol lagi"
"terima kasih ya sus buat penjelasannya"
"sama-sama" perawat itu menghentikan pembicaraannya dan menatapku dengan penuh perhatian, aku bingung dengan tingkah perawat itu namun aku tidak berniat untuk menanyakan hal tersebut. Selang beberapa detik kemudian perawat itu kembali berbicara "aku senang, sekarang kamu sudah sadar" aku hanya tersenyum mendengar celotehan perawat itu. "senang berkenalan denganmu Jesika"
"iya, thanks sus"
Setelah mendengarkan balasan kata dariku perawat itu langsung pergi meninggalkan ruangan dimana tempat aku dirawat.
Hari-hari aku lalui dengan penuh perjuangan untuk sembuh, aku senang karena teman-temanku selalu menyempatkan diri untuk datang menjengukku, ada yang bawa buah, boneka, bunga dan banyak hal yang tidak bisa aku ungkapkan dengan kata-kata, namun dari sekian banyak yang aku sebutkan ada hal yang paling membuat aku bahagia, seseorang yang bisa memberiku semangat dan kehangatan, dia adalah Kak Nicky. Terima kasih sudah mau datang menjengukku dirumah sakit meskipun tidak setiap hari.
Aku dirawat dirumah sakit Graha Utama dilantai 7 unit 705 VIP, aku tidak tahu kenapa bisa aku dirawat sebagai pasien VIP, mungkin karena pemuda yang berbaik hati itu yang melakukannya, meskipun mungkin dia telah melakukan kesalahan dengan menabrakku tapi aku telah iklas karena aku pikir itu tidak sepenuhnya kesalahannya, dengan caranya bertanggung jawabpun aku sudah memaafkan, andaikan aku bisa diberi kesempatan untuk mengenalnya aku akan berkata bahwa kamu sudah membayar kesalahanmu kepadaku. Menjalani perawatan dirumah sakit membuat kesehatanku mulai membaik, dan hampir dikatakan sudah akan pulih akan tetapi ada hal yang membuat aku sangat kuatir itu dkarena kedua kakiku tidak mengalami perubahan sama sekali, aku merasa kedua kakiku seakan-akan mati dan tidak menghasilkan rangsangan sama sekali, keluhan itu sudah aku sampaikan kepada dokter beberapa hari yang lalu, hanya saja aku harus sabar menunggu untuk mengetahui hasilnya.
"Tuhan semoga tidak terjadi apa-apa padaku, AMIN" setelah mengucapkan itu pada yang maha kuasa aku kembali tenang. Selang beberapa lama akhirnya dokter datang bersama dengan suster Lia diruanganku
"hai Jesica" sapa dokter tersebut
"hai dok, gimana dok hasilnya ?" tampa basa basi aku langsung menanyakan hal yang membuat aku tidak tenang, namun bukan jawaban yang aku dapatkan dokter itu hanya terdiam "kenapa dok ?" kembali aku menanyakan hal yang sama.
"meskipun berat namun saya berusaha untuk mengatakannya kepadamu Jesika, saya harap kamu gak usah putus asa, kalau kamu mau berjuang kamu pasti bisa sembuh cuma membutuhkan waktu yang sangat lama" penjelasan dokter tersebut membuat aku jadi bingung
"maksud dokter ?"
"karena kecelakaan itu tulang kakimu patah dan membuat saraf-saraf yang ada pada kakimu itu tidak berfungsi dengan baik sehingga kakimu tidak bisa berkerja seperti biasanya, lebih dikatakan kamu akan lumpuh" dokter itu memandang aku yang tidak percaya akan hasil akhir dari perjuangan ku selama ini.
"maksud dokter aku akan lumpuh ?" kembali lagi aku bertanya karena masih tidak percaya.
"hmmm, tapi kamu jangan kuatir jika kamu rajin melakukan terapi dirumah sakit ini, saya yakin kamu bisa sembuh"
"tapi dok itu tidak mudah" aku mencoba menahan sesak didadaku, rasa tidak percaya dengan apa yang baru saja aku dengar
"saya tau ini berat buat kamu, tapi kalau kamu tetap bisa bersemangat percaya segalanya akan menjadi mudah" mendengar perkataan itu membuat sesak yang ada didada yang dari tadi aku tahan akhirnya tidak bisa akau lakukan juga bersamaan dengan ari mataku yang mengalir membasahi kedua pipiku
Hidupku bagaikan ditelan bumi, hatiku hancur sehancur-hancurnya menerima semuanya ini, begitu banyak cobaan yang Tuhan limpahkan kepadaku seakan-akan masalah itu datang silih berganti dan tidak pernah mau berhenti menyerangku, airmatapun seolah-olah sudah tidak ada tersisa lagi karena terlalu banyak yang terbuang. Tuhan kenapa Kau limpahkan padaku cobaan yang begitu berat, dulu aku percaya kalau Tuhan tidak akan mencobai umatnya melewati batas kemampuan kita akan tetapi kali ini aku benar-benar sudah tidak kuat Tuhan, apakah aku harus mengakhiri semua penderitaan ini rintihku dalam hati