webnovel

Teror yang Ekstrim

Editor: Wave Literature

Dan hal yang terlihat di matanya menunjukkan alasan mengapa dia ragu...

Pria paruh baya itu melihat si pengemis kecil mengangkat satu kaki, dan melebarkan kedua kaki dengan lutut yang sedikit tertekuk. Terlihat seolah tenaga dari si lelaki telah tersedot, kedua tangannya menggantung di kedua sisi, sebelum dia perlahan mengangkatnya.

Ketika keponakannya itu melemparkan pukulan yang keras, si pengemis kecil hanya memutar tubuhnya ke kiri dengan menarik kakinya, sembari dia meraih kepalan tangan keponakannya itu dalam satu gerakan. Tangan si pengemis kecil agak longgar menggenggamnya, tepat di atas telapak tangannya, di antara ibu jari dan jari telunjuk milik keponakannya itu.

Dengan tenaga yang kuat, setelah langkah mundur si pengemis kecil menyebarkan kekuatan dari pukulan keponakannya, pengemis kecil itu membalikkan tubuhnya dan mengunci tangan keponakannya, suara retakan pun terdengar, diikuti oleh teriakan yang nyaring.

"ARRRRRGGGHHH!"

Lelaki muda itu mengeluarkan teriakan, rasa sakit yang mengerikan di tangannya membuat wajahnya menjadi pucat. Tapi tak hanya itu– tangannya masih terkunci, dia tidak bisa melepaskannya, dan terlebih lagi, dia tidak bisa mundur sedikitpun. Dengan satu tangan yang patah, dia menyerang pengemis itu dengan tangannya yang lain, yang juga tertangkap dan dikunci olehnya, membuatnya berakhir dengan nasib yang sama.

'Crack!'

"ARRRRRGgghh…."

"Kakak!"

"Tuan Muda!"

Para penjaga dan gadis kecil itu menjadi pucat karena terkejut saat mereka berteriak. Suara mereka gemetar karena adegan mengerikan yang mereka lihat. Kengerian yang mereka rasakan semakin parah ketika Feng Jiu mematahkan kedua tangan lelaki itu, sepasang tangannya yang terlihat lemah mencekik leher sang lelaki.

"Tidak, jangan...!" Wajah lelaki itu dipenuhi rasa ngeri saat aroma kematian tercium, tanpa sadar membuat tubuhnya gemetar.

"Jangan! Jangan bunuh...!"

Ekspresi pria paruh baya itu berubah sepenuhnya sambil membuka mulut dan memohon. Namun, sebelum dia menyelesaikan ucapannya, dia telah mendengar suara retakan yang lain. Kepala keponakannya terkulai, semangat hidupnya terputus. Hingga kematiannya, mata itu telah penuh dengan rasa takut dan kebencian...

"Kakak! Kakak ku..."

Sang gadis mengeluarkan raungan kesedihan, ingin berlari ke depan, namun dia ditahan oleh pria paruh baya itu dengan genggaman yang erat, tidak membiarkannya bergerak maju walau satu langkah pun.

"Tuan... Tuan Muda..."

Para penjaga juga terkejut dengan kejadian itu, mereka menatap dengan penuh rasa tidak percaya. Tuan Muda yang merupakan murid terbaik dari klan mereka, telah dibunuh oleh seorang pengemis. Saat Ketua Klan mengetahui hal ini, kemarahan luar biasa seperti apa yang akan diluapkannya?

"Bunuh dia untuk membalas dendam Tuan Muda!"

Lebih dari sepuluh orang menyerang, terbakar oleh amarah. Pedang tajam di tangan mereka menerjang dan menyayat, pedang mereka terasah oleh kemarahan. Dan pada saat itu, hanya darah Feng Jiu yang dapat meredakan kesedihan dan kemarahan yang tak tertahankan di hati mereka.

Gadis muda itu tiba-tiba terjatuh lemas di tanah, kedua matanya menatap kakaknya yang tak lagi bernyawa, terjatuh di atas tanah. Dia tidak percaya kalau orang yang sangat sehat beberapa saat lalu, sekarang berbaring tak bernyawa di hadapannya...

"Paman Kedua, ini tidak benar kan? Kakak ku yang sangat kuat tidak mungkin dibunuh oleh seorang pengemis kan? Paman Kedua, katakan kalau ini hanya bohong. Ini tidak benar kan?"

Dia mengenggam tangan pria paruh baya itu, sambil menangis saat bertanya, tak bisa menerima kenyataan di hadapannya.

[Kakaknya adalah kebanggaan klan, pria yang paling hebat di antara mereka, dia tidak mungkin terbunuh oleh seorang pengemis!]

Pada saat yang sama, pria paruh baya itu tidak mendapat kesempatan untuk bersedih dan meratap, atau bahkan terkejut, karena dia melihat lebih dari sepuluh penjaga yang menyerang pengemis itu, jatuh ke tanah satu persatu. Jumlah mereka berkurang drastis, tetapi dia bahkan tidak melihat satu lukapun di tubuh sang pengemis.

"Cepat berdiri! Kita harus pergi sekarang!" dia berteriak, terpaksa membuat keputusan dengan cepat. Dia meraih dan menyeret keponakannya yang masih terduduk dengan lemas di atas tanah.

"Aku ingin membalas dendam kakakku! Aku akan membunuhnya! Aku akan membunuhnya!" gadis muda itu merengek dan berteriak, berusaha lepas dari genggaman pria paruh baya itu, untuk maju menyerang.

"Bangunlah! Kamu tidak akan bisa membunuhnya!"

Pria paruh baya itu berteriak keras padanya: "Lari! Kalau kita tidak pergi sekarang, semuanya akan terlambat!"

Dia menyeret tubuh keponakannya untuk memaksanya pergi, dan tanpa sengaja dia melihat wajah yang sedang tersenyum, dengan sepasang mata tanpa ampun. Terasa ada sesuatu yang merayap di kulitnya...