" assalamualaikum" pasti tengku hasan yang datang.
"walaikumsalam", nafi melipat sajadahnya, segera menuju kedepan untuk membuka pintu. Setiap ucapan salam dan ketukan pintu, terselip harapan yang begitu besar di dadanya nafi.
Ternyata tengku hasan datang bersamaan dengan kak umi, saat pintu dibuka tengku hasan dan kak umi sedang berbincang mengenai kondisi di sawah saat ini. Di tangan kak umi ada rantang makanan, seperti biasanya selama safitri sakit tiap kali kak umi kerumah pasti membawa makanan sedangkan di tangan tengku hasan, ada satu jerigen yang berukuran lima liter berisi air putih.
"masuk, masuk, silahkan masuk!", berarti malam ini kak umi juga akan menyaksikan tengku hasan merajah safitri. Kak umi langsung menuju meja makan untuk meletakkan rantangan, setelah itu masuk ke kamar safitri.
Setelah basa basi selesai dengan kak umi, tengku hasan langsung menuju kamar safitri, sebelum memulai merajah, tengku hasan bertanya, "apakah safitri semalam tidurnya nyenyak?". Nafi pun bercerita bagaimana istrinya semalam merayap seperti ular. Nampak jelas di wajah tengku hasan betapa kagetnya dia mendengar cerita nafi.
"saya belum pernah ketemu orang yang saya rajah ada yang seperti itu kejadiannya, sepertinya safitri bukan diikuti oleh jin biasa, tapi dia kena sihir". Nafi syok mendengar penjelasan tengku hasan.
" tapi safitri masih bisa disembuhkan kan tengku? Tolong tengku, hilangkan sihir dari tubuh istri saya". Nafi mulai kehilangan harapan setelah mendengar perkataan tengku hasan tadi, tangan nafi masih gemetar menahan sesak di dadanya.
"kita akan lihat perkembangannya malam ini bagaimana, semoga air yasin yang saya bawa ini bisa mengusir jin atau sihir dalam tubuh safitri". Ternyata air yang dibawa oleh tengku hasan dalam jerigen, itu air yasin, air yang sudah dibaca surat yasin. Tapi dari raut wajahnya tengku hasan sudah tidak yakin bisa menyembuhkan safitri. Tengku hasan duduk dikepala safitri mulai merajahnya, air yasin yang dibawanya dituangkan dalam mangkuk, terus diminta nafi untuk membasuh dimuka dan kepala safitri.
Lima belas menit kemudian, safitri menggerakkan tangannya membentuk seperti kepala ular kobra yang ingin mematuk, spontan kak umi menjerit histeris, " ya Allah ya Allah" kak umi yang dari tadi duduk diam disamping safitri kini merasa sangat ketakutan. Tengku hasan terus saja merajah dengan tenang, apakah dia menyembunyikan ketakutannya atau dia memang sedang khusyuk dan tidak takut sama sekali, tidak ada yang tau.
Rasa takut yang dirasakan bang nafi berbeda dengan rasa takut yang dialami sama kak umi, nafi bukan takut melihat tangan safitri yang membentuk seperti ular ingin mematuk, tapi dia takut kalau safitri tidak bisa lagi bertahan. Mata nafi bolak balik melihat kearah tengku hasan dan tangan safitri, tengku hasan masih saja merajah dengan kusyuk, keringat tengku hasan mulai keluar dengan butiran keringat yang besar-besar, mulai terlihat keringat itu muncul di dahinya tengku hasan.
Setelah selesai merajah, tengku hasan meminta segelas air putih sama kak umi, kelihatannya tengku hasan haus banget kali ini, kak umi segera ke dapur untuk mengambilkan segelas air putih. Nafi masih terdiam dengan seribu pertanyaan dibenaknnya, rasa penasarannya sudah membuncah, tapi dia harus sabar menunggu tengku hasan tarik nafas dulu dari lelahnya. nafi mempersiapkan dirinya menerima kabar terburuk dari tengku hasan, biarpun hatinya masih coba menepis dari kabar yang tidak mau dia dengar.
" safitri, terkena sihir, didalam tubuhnya bukan jin biasa, saya mohon maaf tidak sanggup menanganinya" tengku hasan merasa berat dengan ucapannya, tapi dia harus mengatakan yang sebenarnya, karena ini menyangkut tentang nyawa seorang perempuan yang sedang mengandung.
"dia harus segera disembuhkan, jin itu harus segera dikeluarkan dari tubuhnya, kalau tidak, kandungannya akan jadi korban, kemungkinan terburuknya dia sama janinnya bisa meninggal". tengku hasan mengatakan sambil menggeleng-geleng kepalanya karena merasa bingung dengan ilmu sihir yang dipakai untuk guna-guna safitri oleh dukun yang tidak tahu sama sekali kapan dan kenapa.
"apakah ada dukun yang tengku kenal? apakah tidak ada cara lain lagi tengku? Bukankah kita berdosa menggunakan jasa dukun?". Nafi benar-benar sangat kebingungan langkah apa yang harus dia lakukan sekarang, dia orang yang tahu kalau ke dukun itu perbuatan syirik, bagaimana kalau shalatnya nanti tidak diterima oleh Allah karena perbuatan musyriknya, bagaimana kalau Allah marah terus mencabut nyawa istrinya. Dia yakin kalau safitri dalam keadaan sadar, safitri tidak akan mau dibawa ke dukun. nafi dan safitri percaya sihir itu ada, zaman nabi sulaiman adalah zaman dimana ilmu sihir sangat meraja lela, pada masa nabi sualaiman setan sering mecuri informasi perkataan malaikat di langit tentang hal ghaib yang terjadi di muka bumi, terus para setan tersebut menyampaikan informasi tersebut kepada para penyihir yang mau memujanya.
Dan pada masa zaman nabi musa juga ilmu sihir masih dipuja-puja, para penyihir sering menunjukan kebolehan ilmu sihirnya berbentuk ular, sehingga suatu ketika firaun mengumpulkan para penyihir di negerinya untuk menandingi musa, musa melemparkan tongkat yang berubah menjadi ular yang sangat besar, ular itu bergerak melahap semua ular-ular kecil buatan para tukang sihir.
"dukun itu memang orang yang bersekutu dengan jin, tapi ada dukun baik dan dukun jahat, dukun jahat berarti dia bersekutu dengan jin jahat untuk menyihir manusia yang diminta oleh manusia juga, banyak benda hidup atau mati yang dipakai sebagai perantara ilmu sihir, binatang yang sering dipakai itu seperti kodok dan ular yang saat ini menyihir istri kamu". tengku hasan, dia benaran seorang tengku, bukan dukun yang berkedok tengku. Selama ini, dia menyembuhkan orang yang diganggu jin itu dengan membaca ayat suci alquran tanpa penangkal dan tektek bengek lainnya.
"istri kamu kondisinya sudah sangat kritis, dia sekarang antara sadar dan tidak sadar, dia sudah tidak mampu menolong dirinya sendiri, jadi kita harus pakai banyak alternatif lain, jangan sampai sihir itu melumpuhkan semua badannya". Tengku hasan mencoba meyakin nafi untuk membawa istrinya ketempat lain.
Nafi sejenak termenung memikirkan jalan keluar untuk kesembuhan istrinya, sepertinya mau tidak mau, dia harus mencari tau dimana dukun yang bisa mengeluarkan sihir dari tubuh istrinya. Tengku hasan bilang ke nafi, dia pernah mendengar dari orang-orang di kampungnya, di gunung salak ada seorang dukun yang sering di datangi orang-orang yang kena santet. Tapi gunung salak sangat jauh dari rumahnya, butuh waktu seharian untuk menempuh perjalanan ke sana, nafi akan mencari tau dukun yang terdekat dari kampungnya.
" saya mau pulang dulu, besok tidak usah lagi saya lanjut rajah, saya akan bantu cari tau dimana dukun yang dekat seputaran sini, nanti kalau sudah dapatnya infonya saya akan menghubungi kamu, jika butuh pertolongan, jangan segan-segan untuk menghubungi saya, saya akan bantu apa yang bisa saya bantu" tengku hasan tidak akan datang lagi besok sore, tapi dia siap membantu jika nafi membutuhkannya.