Satu, dua hari menjadi sangat lama untuk Vino, ia menunggu Seina dengan sabarnya.
Vino sengaja tak berangkat sekolah karena ia malas tidak ada seseorng untuk ia bercerita. Sedangkan Elan sengaja membuat ringkasan materi utnuk Seina yang telah ketinggalan pelajaran.
Elan terus menghubungi Seina dengan alasan ada beberapa materi yang harus ia pelajari, sehingga saat ia kembali. Seina sudah mempunyai bekal untuk pelajaran selanjutnya.
Elan menghubungi Seina berjam-jam ditelevon, sering kali ia video call supaya Seina memahami apa yang Elan ajarkan.
Di sisi lain, Elina sudah tak mengharapkan lebih tentang Elan, setelah Rita memberi arahan pada Elina, bahwa cinta memang tak harus dimiliki.
'Carilah cintamu nanti kelak kalau kau sudah bekerja dan memiliki karir yang tepat' ucap Rita pada Elina yang membuatnya cukup sadar akan cintanya terhadap Elan.
Elina dan Elan mencoba saling memahami perkataann Rita. Rita banyak menjelaskan kenapa nama mereka hampir mirip. Memang sengaja orangtua mereka membuat nama itu mirip supaya anaknya akur dan menjadi saudara yang bisa saling membantu.
**
"Sey.. Kapan kamu pulang kesini? Besok sudah hari ke tiga" ucap Elan sore itu.
"Malam ini" pekik Seina.
"Yakin ayah kamu sudah baikan?" ucap Elan dengan nada lembut.
"Sudah ko" pekik Seina dari seberang sana.
"Nanti aku jemput ya?"
Elan menawarkan untuk menjemput Seina, awalnya Seina menolak tetapi karena Elan memaksa, sehingga Seina menyetujuinya.
"Beneran tidak mengganggu kamu Lan? Malam loh nanti pas aku sampai sana? Sekitar jam 11."
"Tidak masalah" timpal Elan.
Seina tersenyum, rasa cinta Seina kini terbalaskan. Elan tak ingin menyia-nyiakan Seina untuk yang kedua kalinya.
"Nanti aku alarm biar gak telat, lagian masih jam segitu. Aku gak bakalan tidur sore dan gak ngantuk ko" ucap Elan.
**
Malam yang dingin, aspal telah diguyur dengan hujan. Elan bersiap menjemput Seina, Elan memakai mobilnya karena menghindari hal yang tidak diinginkan. Apalagi Elan dengan Seina yang masih telihat cukup muda untuk keluar di malam hari.
"Kamu mau ngapain Lan? Keluar malam-malam gini?" pekik Rita dengan melihat jam di dinding yang sudah menunjukkan pukul 10 lewat.
"Mau jemput Seina bun" ucap Elan.
Elan merangkul ibunnya supaya ia mendapat ijin, "Sudah malam Lan? Kalau kamu kenapa-napa di jalan gimana?" pekik Rita.
"Tapi aku udah janji sama Seina bun buat jemput dia di stasiun."
Rita tetap tak mengijinkan Elan untuk keluar dan hampir tengah malam, udara juga sangat dingin seperti menusuk tulang. Rita tak mau anaknya terkena masalah di perjalanann, apalagi anaknya yang temasuk masih muda.
"Ayo ibun antar, udah cukup malam"pekik Rita.
"Tapi bun....." Elan memegang tangan Rita, wajah Elan terlihat cemberut.
"Kalau gak mau, ibun tetap gak ngijinin kamu keluar" pekik Rita.
"Ibun tega sama Seina? Dia wanita bun. Sendirian di luar sana?"
"Nanti ibun hubungin Seina untuk pesan ojol online" pekik Rita.
"Bun... Bun... Jangan. Elan udah janji bun? Plis?" Elan memohon dengan mennempelkan kedua telapak tangannya.
"Iya ibun ijinkan asalkan ibun juga ikut menjemput Seina."
Tak ada jalan lain, Elan terpaksa menuruti apa kata ibunnya.
Malam itu, Elan menjemput Seina bersama dengan ibunnya. Sepanjang perjalanan Elan terlihat sangat kesal dengan ibunnya.
"Masa pedekate ibun ikut sih? Keliatan banget anak mamih" gerutu Elan pelan.
Rita mendengar perkataan Elan, namun Rita sibuk menyetir dan menatap jalanan yang sudah gelap, Rita hanya tersenyum mendengar keluhan Elan yang tiada henti dari mulai mereka berangkat bahkan setelah ia sampai di stasiun.
**
Elan menghubungi Seina, menanyakan keberadaan kereta yang ia tumpangi.
"Sudah sampai mana?" ucap Elan yang beberapa kali televon dengan Seina.
"Ini bentar lagi sampe ko" pekik Seina melihat searah depan yang sudah terdengar pengumuman bahwa perjalanan menuju lokasi Seina berhenti akan segera sampai.
Seina keluar dari stasiun dan melihat keberadaan Elan, Elan dengan santainya melambaikan tangan dan tersenyum.
Seina mendekati Elan, "Hei. Maaf ya lama. Sudah nunggu dari tadi?" pekik Seina.
"Gak ko, barusan" ucapnya.
"Yuk pulang" ajak Seina dan berjalan, saat Seina sadar Elan terdiam dan tak berjalan beriringan dengannya. Seina menoleh ke belakang dan heran dengan sikap Elan.
Seina mendekati Elan lagi, "Kenapa brenti? Ada yang ketinggalan kah?" pekik Seina.
"Iya ada" ucap Elan.
Seina heran dengan penuturan Elan, apalagi yang ia tunggu.
Tiba-tiba Rita datang, Seina kaget melihat ibun yang sudah berada diantara mereka.
"Maaf ya lama. Tadi di toilet penuh, jadi ngantrinya lama banget" ucap Rita yang terlihat cukup rempong.
"Ibun... Ko... Ada disini?" ucap Seina yang terheran dengan kedatangan Rita.
"Loh Elan gak bilang?" serunya.
Seina menatap Elan, "Iya Sey, aku bawa ibun" ucap Elan dengan cemberut.
Seina tak bertanya lebih lanjut kenapa Elan bawa ibunnya, dari wajah Elan saja sudah mengartikan bahwa ibunnya tak mengijinkan Elan pergi larut malam begini.
"Jalan sekarang yuk. Udah larut malam" pekik Rita.
Elan menghubungi Seina dan mengetikkan sebuah pesan, 'Maaf ya Sey, ibun minta ikut.'
Seina menatap layar ponselnya dan tersenyum. Ia tak bisa menahan tawanya, dilihatnya wajah Elan yang bete, dan Seina semakin menahan tawa.
**
Seina berangkat kesiangan, dan Vino sudah menunggunya di depan pagar kostannya.
"Oh my ghost!" Seina kaget dan hampir meloncat, untung saja handphone yang dipeganginya tak jatuh karena terkejut Vino sudah berada disitu.
Vino tertawa dan bertepuk tangan menyambut kedatangan Seina.
"Ya ampun Vin! Ngagetin aja!" seru Seina.
"Kangen Seina...." sahut Vino.
"Lagian tahu aja aku udah disini" pekik Seina dengan masih terkejut kaget.
"Iya dong pasti. Tahu dari beberapa sumber" ucapnya.
Padahal Seina sendiri tak mengatakan bahwa ia akan sampai pada hari itu juga, hanya saja Seina memang mengatakan pada bu Fina kalau ia ijin hanya 3 hari saja.
"Cepetan naik! Aku mau marahin kamu habis-habisan" pekik Vino melirikkan motornya ke hadapan Seina.
Seina mengigit bibir bawahnya, "Sereeemmm" pekiknya meledek Vino.
Vino makin melotot, Seina bergegas menaiki motor Vino.
**
Diparkiran Seina lari tak menunggu Vino, Vino trerlihat semakin kesal pada Seina. Seina sudah menduga Vino akan mengatakan banyak hal dan Seina tahu apa saja yang akan dikatakan oleh Vino.
"Terimakasih tumpangannya Vin!" sentak Seina dan lari menjauhi Vino.
"Hei tunggu!"
Vino mengunci motornya dan meletakkan sesuai parkiran, tidak sembarang siswa yang memakirkan motor disitu seenaknya memarkir, tentulah harus rapi sesuai dengan peraturan sehingga membuat Vino cukup lama dan tak bisa mengejar Seina.
Bukannya Seina masuk ke kelasnya, Seina mampir terlebih dahulu ke kelas Elan dan memastikan pagi itu ia melihat wajah ganteng Elan.
Seina melirik sebelah kiri, kanan bahkan sudut kelas Elan. Namun Elan tak kunjung menampakkan dirinya.
"Belum datang kayanya."
"Siapa yang belum datang?"
Seina kaget dibuatnya dengan suara Elan yang berada di depan Seina. Bahkan wajah Elan lebih dekat dengan wajah Seina yang sedikit mendongak ke atas menatap mata Elan.
**Bersambung....
Terimakasih sudah mampir ke cerita ini, yuk klik coll dan review untuk meramaikan cerita ini.