webnovel

Dimanjakan suami kontrak

NOVEL SUDAH PINDAH KE APLIKASI BAKISAH. Dia seorang duda yang ditinggal istrinya selingkuh. Traumanya sama sepertiku, kami benci ikatan pernikahan yang hanya memberi luka atas nama cinta, jadi ini tidak akan begitu membebaniku. Aku bisa bebas setelah melahirkan. Aku akan mendapat uang setelah melahirkan. Aku dapat melanjutkan hidup dengan baik bersama adikku. Aku dapat memulai semuanya dengan benar. Tidak, aku serius akan hengkang dari hidup suamiku setelah melahirkan. Hidupku bukan seperti kisah romance fiksi, semuanya hanya soal kontrak. Tapi selalu berbeda hal jika takdir yang mempermainkan rencana manusia. Bagaimana pada akhirnya mereka malah mengejarku yang masuk dalam kubangan para pemegang kekuasaan? Aku ingin berteriak. "Aku bukanlah orang yang dicintai olehnya, apalagi kelemahannya!!" Uh, aku salah besar mengatakan itu sepertinya. Karena dia, suamiku malah mengikatku dengan pernikahan sungguhan. Baik! Suami tolong lindungi aku kalau begitu. _______ series II Nugraha. as always R-18 _______

Anajw0 · Urbano
Classificações insuficientes
7 Chs

HUTANG YANG DITINGGALKAN

[NOVEL INI SUDAH PINDAH KE APLIKASI BAKISAH]

Karena kejadian itu Naya tak berani datang ke tempat kerja miliknya, untuk beberapa alasan dia jadi sering menoleh ke arah amplop coklat yang diberikan oleh abang. Pria itu, masih pantaskah Naya panggil abang. Pria itu bahkan sudah menyentuhnya, betapa dia sudah sangat berlumuran dosa.

bahkan adiknya pun sampai berpikir dia perlu berhenti dari pekerjaan seperti itu, tapi Naya tak bisa berhenti begitu saja.

Dia perlu mengumpulkan uang untuk pindah ke tempat baru, di tempat ini mereka tau siapa dia. Saat bekerja hanya akan menjadi sebuah rintangan baru baginya, tidak semua orang menerima pekerjaan yang dia lakukan.

"Kak, aku sekolah dulu."Ujar adiknya yang sudah menyelesaikan makan.

Satu uduk seharga lima ribuan dimakan untuk berdua, mereka mencoba untuk irit lebih dari biasanya karena hari ini Naya tak bekerja. Uang tak dapat, kemarin pun dia hanya hampir mati tak ada kompensasi selain melarikan diri dari pria berbaju hitam itu yang dikatakan adalah orang suruhan Kennan.

Memang menyebut namanya lebih baik daripada sebutan abang untuk pria itu, karena bahkan Nayara sudah tak mengenali lagi pria yang dulu memiliki pelukan hangat nan baik hati dimatanya. Tidak, pelukannya masih hangat, hanya saja berbeda dari yang dulu. Itu terlalu panas.

Tanpa sadar Nayara memegang kedua pipinya mengingat malam terakhirnya bertemu dengan Kennan, Agha melihat tingkah sang kakak aneh segera pergi dari kontrakan kecil itu untuk sekolah. Tapi sebelum itu, Agha pergi ke salah satu rumah tetangganya. Dia menitipkan dagangan es roti, dia menjualkan es ini dan mendapatkan upah 10 ribu.

Lumayan untuk menambah tabungan dan uang jajan, setidaknya disaat kakaknya tidak dapat bekerja untuk beberapa hari kedepan. Lebih baik seterusnya, karena Agha tak ingin mencium bau alkohol dan keringat apapun yang bukan bau milik sang kakak.

Meski umurnya bahkan belum genap 13 tahun, Agha sudah mengerti pekerjaan yang dilakukan kakaknya. Tinggal di tempat yang keras membuat pola pikir dewasanya pun terbentuk, Agha tidak cengeng. Dia hanya bersedih dengan kehidupan ini, dulu saat ada ibunya. Hidup tak sesulit yang dibayangkan.

Langkah Agha sampai di depan pintu rumah tetangganya, disana ada sosok bocah berumur 7 tahun yang tengah makan didepan tv dengan tenang. Agha kemudian mengambil duduk di dekat pintu, untuk menonton sambil mengucap salam.

"Assalamualaikum bu, es nya udah jadi?"

"Sebentar Ga, ibu pindahkan dulu ke tempatnya."

"Oke, santai aja bu Kanah."Jawab Agha yang melihat jika anak 7 tahun itu menoleh dengan seragam merah putih yang sama dengannya.

Keseharian Agha di pagi hari adalah datang ke rumah tetangga dan membawa es roti ke sekolah untuk dititipkan ke warung yang memiliki kulkas, sebelum kemudian nanti dia hanya tinggal ambil uang berapa buah es roti yang terjual sebelum membawanya pulang kerumah. Dia juga berangkat bareng bersama anak bu Kanah, pria kecil itu baru saja masuk SD tahun ini.

Kanah meminta Agha untuk menemani putranya dan menjaga dia selama di sekolah, dan akan mendapatkan tambahan uang. Biasanya hanya ditambah 5000, jadi setiap harinya dia mendapat 15.000 dari Kanah. Tetapi jika Kanah tak membuat es roti, dia hanya mendapat 5000 saja. Tapi kadang kala dia juga diberi lauk yang ada di dapur Kanah, kemudian akan dia makan bersama dengan kakaknya.

Kanah keluar dari dapur dengan membawa tempat es roti miliknya itu ke arah Agha yang tengah ikut menonton kartun pagi bersama putranya, agak sedikit miris melihat bocah lelaki ini. Dia hanya tinggal dengan kakaknya dan tak punya sanak saudara, mereka hidup serba susah.

"Ini, ada 35 biji. Karena bentuknya lebih kecil, jualnya seribu aja ya. nanti kasih tau ke teteh warungnya."

"Sip,"Agha kemudian berdiri sambil menunggu putra Kanah mengambil tas dan berjalan bersamanya menuju sekolah."Pamit dulu bu, assalamualaikum."Kata Agha bersamaan dengan putra Kanah yang menyalaminya.

"Hati-hati ya, kalau ada anak yang nakalin bilang Agha."

.....

"Jadi dimana ibu sama bapak kau!! Ini sudah lewat dari satu tahun dan belum juga bayar, saya bisa melaporkan ini ke polisi. Pihak bank juga siap menyita rumah dan tanah ini segera!"

Semua keluarganya heboh mendengar seorang bapak-bapak yang memakai jaket hitam dan masker itu berbicara dengan nada tinggi, pintu rumahnya terbuka. Disini sanak saudara ayah juga berkumpul, aku gak tau apa yang terjadi waktu itu.

Hanya saja setelah itu saudara ayah pingsan, semua orang membicarakan tentang ayah yang melarikan diri. Benar, ayahku pergi entah kemana setelah meninggalkan hutang 100 juta dan juga bunga yang lebih daripada hutangnya. Aku duduk di sisi kakek dengan patuh, Agha sedang keluar. Jangan sampai dia melihat keributan ini, beberapa mata melihat ke arahku dengan marah dan sedih.

Tapi aku tak bisa berbuat apapun, aku hanya anak berumur 15 tahun yang akan masuk SMA. Bahkan aku sekolah menggunakan uang beasiswa yang dibagi dua dengan adikku, jadi kenapa mereka menatapku seperti beban dalam hidup mereka. Sedikitnya aku bisa melihat masalah ini, ada dari ayahnya yang kabur.

"Emang anak setan! Gak tau diri, kalau sampai itu anjing pulang! Gue matiin!!"Adik ayah bicara dengan nada marah.

Tapi matanya melihat ke arahku, aku takut dan menunduk karena orang dewasa selalu saja marah padaku dengan alasan yang tak kumengerti. Kakek memelukku, aku pun mendekat tanpa menolak karena aku tau jika tak ada kakek aku pasti sudah dimaki.

Selama ini aku hanya diam kala saudara ayah memaki bahkan menyalahkanku, bahkan pada kesalahan ibu yang tidak aku ketahui jika mereka tak sengaja mengungkit sambil menunjuk ke mukaku. Hidup ini mengerikan, aku tak ingin menjadi seperti keluarga ayah.

Jika bisa aku ingin pergi membawa Agha dari keluarga yang membenci kami, bahkan orangtua kami pun meninggalkan kita berdua didalam keluarga yang bahkan tak mau menerima kami sebagai keluarganya.

"Nayara gak bersalah, Wahyua!"Kakek berbicara untuk mengingatkan pamanku itu, kalau disini bahkan aku pun adalah korban.

"Huh!"Paman kemudian berbalik. Keluarga dalam keadaan tak tau harus berbuat apa, jika hutang tidak dibayarkan maka tanah dan rumah akan disita oleh bank. Aku bingung, dan segera saja berlari ke kamar setelah bapak-bapak yang menagih hutang itu pergi.

Kalau tidak salah, aku sudah menabung uang di bawah kasur kapuk. Disana ada uang sekitar 1 juta, hasil dari aku menjual gorengan, cilok dan es milik tetangga di sekolahku. Aku mengangkat kasur kapuk itu untuk menemukan jika disana tidak ada uang sepeserpun!

"Uang aku dimana!!"

Aku langsung menangis, uangku hilang semua. Tanpa sisa dan aku berniat membawa uang itu ke kakek untuk membantu bayar hutang, ayahnya tidak bertanggung jawab bahkan meninggalkannya dengan Agha bersama kakek yang tak bekerja dan harus terus mengemis belas kasihan pada anaknya sendiri.

Paman Wahyu sama kerasnya seperti ayah, pria itu lebih buruk dalam bersikap pada kakek. Aku menangis, kenapa uangnya bisa hilang semua. Kalau begini bagaimana aku bisa jajan, Agha juga butuh uang untuk bayaran.

"Hikss...uangku..."