webnovel

AKU ADALAH WAJAH IBUKU

Ibu hanya seorang gadis desa. Ia merantau ke kota demi kehidupan yang layak. Pekerjaan sebagai ibu rumah tangga ia jalani. Hanya bermodal ijazah SD. Itu sebabnya ia ingin kelak--ketika memiliki keluarga--anaknya tidak mengalami hal seperti yang ia rasakan. Kota di mana tempatnya bekerja, di sanalah ia dipertemukan dengan sosok lelaki yang menjadi suaminya sekarang.

Bagaimana dengan sosok Ayah? Ia hanya sebuah buruh serabutan di sebuah pasar. Terkadang di waktu-waktu senggang, Ibu kerap menceritakan segalanya. Bahkan masa lalunya itu. Bagaimana ia bertemu dan mengenal sosok Ayah. Yang bocah itu dengar, kisah-kisah baiknya saja. Berbanding terbalik dengan apa yang ia lihat dan rasakan. Terbesit, "Benarkah?" Di sela-sela cerita.

Keadaan memang berubah sejak bocah lelaki itu memasuki usia delapan tahun. Iyan, nama itu diberikan sejak ia dilahirkan. Lengkapnya ialah Iyan Kusuma Wardhana.

Sejak memasuki sekolah menengah, ia membuat nama trennya menjadi Isum. Mungkin biar terdengar enak dan mudah diingat.

Isum terlahir normal. Ia bayi yang menggemaskan. Buah cinta dari hubungan terlarang. Awal hubungan kedua orang tua Isum ditolak oleh pihak dari laki-laki. Namun, karena cinta yang begitu kuat, serta keinginan yang selalu ingin bersama, hubungan intim sebelum pernikahan tak terelakkan. Memaksa keluarga pihak lelaki. Mau tidak mau menyetujui hubungan tersebut.

Menurut pemandangan masyarakat banyak memang menganggap kelahiran seorang anak yang dihasilkan dari hubungan diluar nikah adalah aib. Sebuah stigma buruk yang tercipta dari adat juga agama. Entahlah, Isum sendiri tidak terlalu memusingkan hal tersebut meski tahu kenyataannya. Toh, bukan hanya dirinya seorang saja yang dilahirkan karena sebuah keterpaksaan akibat dari sebuah hubungan yang tidak direstui. Banyak juga orang yang setelah menikah, lalu berselingkuh dan menghasilkan anak yang tidak diinginkan pula.

Isum merasa senang jika ia dikatakan lebih mirip dengan Ibunya. Bagi Isum, Ibu adalah segalanya. Meski kadang ulahnya juga kerap membuat Ibu kesal.

Di kalangan kawan remajanya, Isum menjadi sosok yang disenangi. Di mana ia berkumpul, selalu menjadi pusat perhatian. Bukan karena ia tampan. Wajahnya biasa saja. Mungkin karena ia yang ramah dan murah senyum kepada setiap orang. Rekam jejaknya juga tidak tercium jika ia adalah seorang berandalan di luar kampung.

"Sum, nanti jangan lupa jemput adikmu." Terdengar suara Ibu dari ruang dapur memerintah.

Isum tidak menjawab. Tidak juga menolak. Ia beranjak. Lebih awal. Padahal jam pulang sekolah masih tiga jam. Namun, begitulah Isum. Ia lebih memilih untuk menghabiskan waktu dan membuang jenuhnya dengan berkeliling di jalan. Kontak motor sudah di tangan.

Di halaman depan sudah terlihat beberapa tanaman herbal daun sirih. Cukup lebat. Tanaman itu menolongnya sewaktu kecil dari mimisan.

Ia menghampiri motor yang terparkir di depan sana. Rupa-rupa tanaman pot menggantung, dihiasi oleh tanaman rambat. Salah satunya Morning Glory. Andai saja bisa, ingin rasanya tanaman itu tumbuh di atap dan menutupi sebagian rumahnya. Mungkin situasi rumahnya bisa menjadi lebih nyaman dan adem. Begitulah pikirnya.

Suasana panas yang bergejolak di dalam rumah, terkadang membuat Isum tidak nyaman. Itu mengapa ia lebih tenang saat Ayahnya sedang bekerja. Ketika pulang, ia lebih memilih untuk berkeluyuran. Bila perlu tidak pulang. Masalah orang dewasa tidak begitu ia mengerti meski mendengarkan setiap dialog dan adegan itu terulang. Setidaknya, ia berharap untuk tidak adanya lagi ketakutan yang dirasakan oleh kedua adiknya.

"Kenapa Ibu tidak mencoba untuk berbicara baik-baik pada Ayah? Kenapa setiap pulang sering bertengkar?" tanya Isum suatu hari.

Ibu menghela napas. Menatap tajam. Lalu kembali serius membersihkan rumah. Sejenak ia berpikir. Sebelum akhirnya melontarkan perkataan, "Nanti ketika kamu sudah dewasa, jangan tiru sikap Ayahmu."

Pesan itu yang terus ia simpan. Isum tidak ingin menjadi seperti Ayahnya kelak. Ia akui jika Ayahnya memang lelaki yang bertanggung jawab, tapi stigma jika ia kerap selingkuh sudah bukan menjadi hal yang rahasia.