webnovel

bagian 13

Yera memasuki rumah dan disambut dengan kehadiran Popi, kucing itu mengeong lantas berjalan memutari kaki Yera memberikan kenyamanan seolah tahu jika majikannya itu tengah dalam keadaan tidak baik-baik saja.

Yera berjongkok lantas mengangkat Popi dan mencium kucing tersebut. "Bisa gak bantu Arka buat suka sama kita?" tanya Yera yang dijawab Popi dengan mengeong.

"Tapi aku gak mau bikin Arka ngerasa terbebani, apa aku ngalah aja?" Yera kembali bertanya.

Gadis itu menghela nafas panjang, disatu sisi ia masih ingin berjuang namun disisi lain ia tak mau membuat Arka makin runyam.

Tatapannya terpaku pada foto pernikahannya dengan Arka yang terpasang rapi di dinding.

Yera tak mau egois, haruskah ia mengalah lalu membuang coklat itu?

Memikirkannya membuat ia pusing. Seharusnya untuk remaja seusia Yera sibuk memikirkan tentang tugas yang menumpuk dari guru, bukan memikirkan cara mempertahankan sebuah pernikahan.

Gadis itu membawa Popi menuju kamarnya, mungkin tidur sebentar dapat membuatnya merasa baik apalagi tidur bersama kucing. Konon katanya jika berada didekat kucing dapat membuat kita tenang karna kucing memancarkan aura positif.

—[]—

"Pak Arka? Apa ada kendala dari presentasi saya?" tanya karyawan yang tengah berbicara di depan meja rapat itu membuat Arka kebingungan. Pasalnya pria itu tak memperhatikan apa yang sedang dibahas.

"Rapatnya cukup sampai sini, kita bisa lanjut nanti," ucap Arka berdiri membuat sepuluh karyawan yang tengah menghadiri rapat tersebut mengangguk mengerti.

"Bapak seperti tidak fokus hari ini?" tanya Kenzo begitu mereka keluar dari ruangan sana.

"Saya sedang banyak pikiran saja," balas Arka sembari melonggarkan dasi berwarna hitam dengan garis abu tersebut.

Ia masih memikirkan tentang kejadian tadi dimana Yera mendengar percakapan Salsa dan dirinya.

Melihat Yera menangis seperti itu membuatnya cemas, apakah gadis itu tidak apa-apa?

Arka memang selalu menceritakan masalahnya terhadap Salsa karna wanita itu dinilai adalah pendengar yang baik menurut Arka, namun entah kenapa ia membencinya ketika Salsa bertanya seperti tadi sehingga membuat Yera mendengarkan.

Ia merasa kesal, entah kepada Salsa atau dirinya yang dengan gampang menceritakan hal pribadi.

Apakah seharusnya tadi ia mengejar Yera? Bukan malah membiarkannya pergi begitu saja dengan perasaan kecewa.

Arka mengacak-ngacak rambutnya frustasi.

Kali ini tangannya meraih kunci mobil yang ada dilaci meja kerjanya.

Ia harus pulang.

Mobil pajero milik Arka keluar dari parkiran, pria itu sedikit mengebut agar cepat sampai rumah.

"Sial," Arka mengumpat ketika beberapa mobil berhenti didepannya menandakan tengah ada kemacetan pada sore ini.

Bahkan jalanan saja tidak mendukung Arka untuk pulang cepat menemui gadis yang sudah ia buat kecewa itu.

Arka beberapa kali menekan klakson walau cara tersebut tak akan membuat deretan mobil yang memanjang itu untuk segera melaju.

Setelah melewati waktu tiga puluh menit akhirnya Arka keluar dari kemacetan yang bisa membuatnya gila itu.

Mobilnya terparkir didepan garasi lantas pria itu segera melangkahkan kakinya menuju rumah.

Matanya mengedar mencari sesosok Yera, takut jika gadis itu belum pulang kerumah.

Sekarang tujuannya beralih menuju kamar Yera, ia ingin memeriksa apakah Yera didalam namun ia sedikit ragu dan malu untuk membuka pintunya, ia tak mau lancang.

Mau tak mau Arka memutar knop pintu itu dengan sangat pelan agar tak menimbulkan suara, kalau perlu sang pemilik kamar tidak sadar jika ada seseorang yang membuka pintunya.

Arka hanya membuka sedikit supaya kepalanya bisa mengintip dan ia melihat gadis yang dicarinya tengah tertidur lelap dengan kucing disebelahnya membuat Arka lega.

pria itu kembali menutup pintu.

Arka memilih untuk mandi terlebih dahulu untuk menyegarkan badannya. Terjebak dikemacetan sungguh hal yang membosankan dan melelahkan apalagi hampir setengah jam lebih.

—[]—

Arka mendengar suara kucing mengeong sembari mencakar sebuah benda keras dan suara itu berasal dari dalam kamar Yera.

Arka membuka pintu mendapati Popi lah pelakunya. Kucing itu lantas berlari menuju Yera dan kembali mengeong ketika menatap Arka membuat pria itu mendekat.

Keringat bercucuran dipelipis Yera, mukanya memerah membuat Arka menempelkan telapak tangannya diatas dahi Yera.

Gadis itu demam membuat Arka panik ditambah badannya menggigil.

Arka membawa selimut tipis yang ada didalam lemari lantas menyelimuti Yera dengan itu, setelahnya Arka menggendong Yera menuju mobilnya dengan sedikit berlari.

Arka menyimpan Yera dikursi mobil lalu mengatur posisi kursi sedikit kebelakang agar Yera bisa nyaman dengan posisi tidur.

Arka berputar untuk duduk didepan stir mobil.

"Kita kerumah sakit ya," bisik Arka ketika Yera menggeram pelan.

Arka menginjak pedal gas, tujuannya adalah kerumah sakit.

Mobil itu membelah jalanan ibu kota, Arka harap Yera baik-baik saja mengingat gadis itu tak keluar kamar sejak Arka pulang tadi.

Arka menyalahi dirinya karna tak memeriksa keadaan Yera, mungkin jika Popi tidak mengeong sudah dipastikan Arka tidak akan mengetahui keadaan Yera sampai besok.

Jalanan tak dipenuhi dengan banyak kendaraan mengingat ini sudah tengah malam membuat Arka hanya membutuhkan waktu lima belas menit untuk sampai dirumah sakit.

Arka menggendong Yera kembali saat memasuki rumah sakit lantas meminta suster yang ia temui untuk memeriksa Yera. Suster tersebut menuntun Arka untuk keruangan pemeriksaan.

Arka menidurkan Yera di hospital bed setelahnya Arka diminta untuk menunggu diluar.

Arka menunggu dengan harap-harap cemas, semoga Yera hanya demam biasa.

Setelah selesai pemeriksaan, suster bersama dengan Dokter keluar darisana sembari membawa buku hasil pemeriksaan.

"Anda walinya?" tanya sang Dokter sembari memasukan tangan kedalam kantong jasnya.

"Saya walinya, Yera tidak papa?" tanya Arka dengan nada khawatir.

"Pasien terkena gejala tipes, beruntung bapak segera membawanya kerumah sakit," jawab Dokter paruh baya tersebut.

"Tolong pindahkan pasien tadi keruangan VIP dan berikan perawatan maksimal Dok," ujar Arka yang dibalas dengan anggukan sang Dokter.

"Bapak bisa menuju administrasi terlebih dahulu sementara pihak kami akan memindahkan pasien," ucap suster tadi mengarahkan.

Arka mengurus segala kebutuhan untuk memindahkan Yera dan membayar biaya penginapan Yera selama seminggu disana, jika kurang Arka bisa mengurusnya kembali.

Setelah semuanya selesai, Arka segera menuju kamar dimana Yera berada.

"Arka," panggil gadis itu ketika Arka memasuki kamar inap Yera.

Arka berjalan kearah Yera lalu mendudukan bokongnya dikursi yang ada disebelah kasur Yera.

"Masih demam?" tanya Arka sembari mengecek suhu tubuh Yera dengan menempelkan telapak tangannya didahi Yera. "Membaik," tambahnya.

"Untuk sementara kamu harus disini dulu sampai sembuh," jelas Arka membuat Yera mengangguk.

"Besok saya izin sama guru kamu untuk absen dulu," tambah Arka lantas berdiri, pria itu menidurkan tubuhnya disofa yang ada disana.

Arka menutup matanya menggunakan lengan. "Kalau perlu apa-apa kamu bangunkan saya."

Arka tidak mengurungkan niatnya untuk meminta maaf karna sekarang bukanlah waktu yang pas dan Arka ingin Yera untuk sembuh dahulu.

"Aku mau pulang Arka," ujar gadis itu.

Arka mengurungkan niatnya untuk menjawab ketika Yera melanjutkan kalimatnya.

"Pulang kerumah Mami."

Arka berpura-pura tidur, ia tak mau membahas hal ini.