Akhir pekan ini Percy berkencan bersama Rindi. Mereka menonton sebuah film romantic, setelahnya mereka menikmati makan malam di sebuah restaurant.
"Makanan disini enak lho, kamu patut mencobanya, Honey." ujar Percy menyuapi Rindi.
"Iya enak banget," ujar Rindi tersenyum dan menerima suapan dari Percy. "Film tadi sedih banget yah, tapi aku seneng akhirnya mereka bersatu setelah memperjuangkan cinta mereka." ujar Rindi seakan menyindir Percy
"Iya kamu bener, tapi aku kurang menyukai film romantic." ujar Percy.
Percy memang lebih menyukai film action atau komedi, Rindi tau itu. Tapi kali ini Rindi memaksa Percy untuk menonton film ini supaya Percy mau juga memperjuangkan cintanya. Harus berapa tahun lagi Rindi menunggu Percy. Apa harus Rindi saja yang berjuang dan bertahan di hubungan ini?
"Hei, kenapa melamun?" Tanya Percy membelai pipi Rindi dengan lembut.
"Tidak apa-apa,," Rindi tersenyum kecil.
"Besok kamu berangkat jam berapa ke bandara?" Tanya Percy.
"Jam 6 pagi, kamu mau nemenin?" Tanya Rindi.
"Aku tunggu di tempat biasa yah," ujar Percy yang di angguki Rindi. "aku akan sangat merindukanmu, honey."
"Hanya seminggu Honey, bersabarlah." Rindi tersenyum dengan mengusap tangan Percy.
"Oke, aku akan menunggumu," jawabnya tersenyum manis.
Setelah lama bersama merekapun memutuskan untuk pulang. Percy mengantar Rindi pulang ke rumahnya. Mobil Percy berhenti cukup jauh dari rumah orangtua Rindi. Keduanya masih berdiam diri di dalam mobil dalam keheningan.
"Ada apa Honey?" Tanya Percy yang tau kalau Rindi sedang tak baik-baik saja.
"Percy, apa kamu benar-benar mencintaiku?" Tanya Rindi menatap mata abu milik Percy.
"Kenapa bertanya seperti itu sih, aku mencintaimu. Bahkan sangat," ujar Percy mencium tangan Rindi.
"Kalau begitu bawa aku pergi dan kita kawin lari, Percy. Aku sangat mencintaimu," ujar Rindi membuat Percy terdiam, ia melepas pegangannya pada tangan Rindi dan mengubah posisinya menjadi menatap lurus ke depan membuat Rindi mengernyitkan dahinya.
"A-ada apa Percy?" Tanya Rindi.
"Bukan begitu, tapi-" ucapan Percy terpotong saat suara handphonenya terdengar. "Hallo," Percy mengangkat telponnya membuat Rindi mengubah posisinya kembali menatap lurus ke depan.
"..."
"Iya Ma," Percy menutup telponnya dan kembali melirik Rindi yang masih duduk di sampingnya.
"Mama menyuruhmu pulang yah, baiklah aku masuk, bye Honey." Rindi tersenyum dan menuruni mobil meninggalkan Percy yang masih merenung.
Percy, kamu harus memutuskan hubungan kamu dengan Rindi secepatnya. Mama tidak mau tau, mama tidak mau sampai persahabatan mama dan Seno rusak karena kamu. kamu laki-laki, Percy. Kamu harus tegas dalam menentukan pilihan.
Agama kalian berbeda, dan apa yang akan di katakan aki haji kalau kamu menikah dengan yang berbeda agama !!! Rindi gak akan bisa jadi mualaf karena keluarga Seno sangat kuat dalam agamanya. Kamu harus menentukan pilihan kamu, sebelum mama yang bertindak.
Putuskan Rindi secepatnya, sebelum pernikahan Pretty. Mama gak mau lihat kalian bersama seperti kemarin di pertunangan Pretty. Kamu sudah dewasa, Percy !!! jangan harus selalu mama tegur. Kamu harus menentukan pilihan kamu, sebelum mama yang bertindak.
"Shitttt!!!!" umpatnya memukul setir mobil dengan kesal.
"Kenapa gue gak bisa berbuat apa-apa,, kenapa gue dilemma seperti ini? keadaan aki haji kurang sehat dan kalau gue sampai kawin lari, gue takut itu akan memperburuk keadaannya" gumamnya bingung.
Rindi berjalan menuju rumahnya dan terpekik kaget saat papanya membuka pagar rumah. Seno melirik mobil Percy yang terparkir cukup jauh dari rumahnya. Seno hendak menuju mobil Percy tapi di tahan Rindi.
"Jangan Pa, Rindi mohon." ujar Rindi memelas membuat Seno luluh juga.
"Masuk kamu," Seno berjalan terlebih dulu diikuti Rindi.
"Kamu sudah memutuskan Percy?" Tanya Seno saat mereka sudah sampai di dalam rumah.
"Pa, Rindi lelah," ujar Rindi.
"Rindi papa Tanya, kamu sudah memutuskan Percy, atau belum?" Tanya Seno menatap Rindi tajam.
"rindi mencintainya, pa" cicit rindi
"ya tuhan rindi,, kamu akan terluka nanti kalau kamu masih mempertahankan hubungan ini!!!" ujar seno kesal
"rindi tidak akan terluka pa, rindi akan terluka kalau rindi pisah dari percy" ujar rindi ngotot
"kamu gak tau, percy itu sudah di jodohkan dengan rasya!!"
Deg
Bumi seakan berhenti berputar setelah seno menyelesaikan ucapannya. Rindi mematung di tempatnya, jantungnya seakan di paksa untuk berhenti mendengar penuturan seno.
"dengar nak" seno memegang kedua pundak anak gadisnya itu. "papa gak mau kamu terluka, kalian tidak berjodoh. Pahamilah itu" ujar seno memberi pengertian
"kalian berbeda,, perbedaan yang sulit di satukan. Keyakinan kalian berbeda, papa akan setuju kalau percy pindah agama ke agama kita" ujar seno
"tapi itu mustahil pa" cicit rindi
Karena selama 5 tahun ini, rindi selalu meminta percy untuk pindah keyakinan, tetapi tidak mau. Cinta percy pada tuhannya lebih besar daripada cintanya ke rindi.
"mustahil kan,, kamu juga mustahil pindah ke agamanya. Ingat nak, agama kita sudah mendarah daging dengan keluarga kita dari tujuh keturunan" jelas seno
Rindi menunduk dan sekuat tenaga menahan tangisnya agar tak sampai jatuh di depan papanya. Tetapi seno mengetahui kalau anaknya itu sangat terluka. Di rengkuhnya tubuh rindi ke dalam dekapan seno.
"lupakanlah percy, jangan buat hatimu semakin terluka, nak. Kamu cantik, sangat cantik bahkan. Pasti akan banyak yang mencintaimu lebih dari percy" nasihat seno membelai kepala rindi dengan sayang.
'bisakah aku melupakannya tuhan???' batin rindi
"rindi mau istirahat pa" cicit rindi membuat seno melepas pelukannya.
"kamu besok berangkat ke bali yah, sekarang istirahatlah sayang" ujar seno mengusap kepala rindi dan mencium kening rindi.
Rindi berlalu pergi meninggalkan seno, rindi masih menahan air matanya yang sudah menumpuk di pelupuk matanya. Saat memasuki kamar, tubuh rindi melorot ke lantai dan menangis sejadi-jadinya dengan memeluk kedua lututnya. Rindi selalu berusaha tegar di hadapan semua orang, walau kenyataannya diri rindi begitu rapuh bagaikan ranting kecil yang terinjak akan langsung patah.
Percy sudah di jodohkan dengan rasya
Kamu akan sangat terluka...
Lupakan percy...
"hikz...hikz...hikz...." Isak rindi sejadi-jadinya.
"kenapa begitu sulit menyatukan kami, tuhan.hikz...hikz...hikz..." isak rindi sejadi-jadinya.
***
Percy berlari menyusuri lorong rumah sakit saat mendengar kabar duka dari mamanya.
"ma, bagaimana?" Tanya percy khawatir
"hikzz.. percy" tangis dewi pecah di pelukan Edwin
"yah, pretty bagaimana?" Tanya percy khawatir
"pretty baik baik saja, dia hanya mengalami luka kecil. tapi-" ucapan Edwin menggantung
"tapi apa, ayah?" Tanya percy
"azka meninggal di TKP" ujar Edwin membuat percy mematung di tempatnya.
"inalillahi wa'inailahi roji'un. Azka meninggal?" Tanya percy tak percaya
"iya nak" ujar Edwin
"kasian pretty,, satu bulan lagi mereka akan menikah, hikz...hikz...hikzz..." isak dewi
Percy terdiam di tempat memikirkan kondisi adik kesayangannya itu. Percy begitu mencintai dan menyayangi keluarganya, terutama adik satu-satunya.
Percy berjalan tetatih memasuki ruangan pretty dimana pretty terbaring lemah di atas brangkar dengan peralatan medis yang menempel di tubuhnya.
Percy duduk di kursi samping brangkar sambil memegang tangan pretty.
"kamu harus kuat de, kakak akan selalu ada di samping kamu" ujar percy memikirkan bagaimana reaksi pretty kalau tau azka sudah meninggal.
Percintaan percy saja masih pelik, ditambah musibah yang menimpah adik kesayangannya.
***
Rindi baru sampai di bandara internasional ngurah rai bali. Rindi hanya membawa tas kecil saja.
Rindi kembali melihat layar handphonenya dan tetap tak ada notif apapun dari percy.
'Kenapa percy ingkari janjinya, dia bilang dia akan mengantarku pergi. Tapi sampai detik ini, dia masih belum menghubungiku' batin rindi.
"Hei randa" seorang laki-laki datang menyapa rindi.
"Hei" jawab rindi seadanya.
Mereka memanggil rindi sebagai randa. Karena rindi tengah menempati posisi randa sebagai aktris terkenal. Rindi tak merasa kesulitan, karena memang rindipun mempunyai bakat seni yang lebih bagus dari randa, hanya saja rindi tak mau mengasah bakatnya itu. Rindi lebih menyukai ketenangan, dan hidup dengan damai tanpa harus sibuk di liput.
Rindi sedikit risih karena lelaki di depannya ini menatapnya dengan meneliti. Rindi yang jengah membuka kacamata hitam yang bertengker di hidungnya itu.
"apa ada yang salah?" Tanya rindi sinis membuat laki-laki itu tersenyum manis. rindi berlalu pergi meninggalkan lelaki tampan itu sendiri.
Rindi akui kalau lelaki itu memang sangat tampan, dan siapa yang tak mengenal Daffa Arya Ghossan, aktor sekaligus model terkenal asal korea utara.
Rindi memasuki kamar hotelnya dan merebahkan tubuhnya di atas ranjang king size empuk itu. Rindi mempunyai waktu satu jam untuk beristirahat dan mandi. Rindi kembali merogoh handphonenya dan menghubungi percy tetapi tak ada jawaban.
"dia kemana sih" gumam rindi
Bip bip bip
Rindi segera membuka pesan masuk itu yang ternyata dari randa.
Randa : azka calon suami pretty meninggal dunia tadi malam, dan sekarang akan di makamkan.
"ya tuhan!!!" pekik rindi bangun dari rebahannya.
"pantas saja percy tak menghubungiku, jadi ini alasannya. Ya tuhan kasian sekali pretty" gumam rindi memikirkan pretty.
Rindi masih di pakaikan make up oleh perias yang ada disana untuk melakukan photoshoot bersama artis bernama daffa itu.
"sudah mulai, mari mbak randa" ujar salah satu asistennya.
Rindipun beranjak menuju tempat pemotretan yang bertemakan pre wedding. Rindi bahkan di dandani layaknya seorang pengantin dengan gaun pengantin berwarna merah darah dimana bagian depannya seatas lutut dan belakangnya sangat panjang, hingga menyapu tanah. Rindi terlihat sangat cantik dan anggun dengan balutan gaun pengantin itu dimana bagian atasnya terbuat dari bahan brukat.
Daffa yang memakai tuxedo hitamnya menengok dan terpana dengan wajah cantiknya rindi yang terlihat begitu natural dan sangat cantik.
'kenapa dia berbeda dengan randa yang biasanya? Gadis ini terlihat lebih cantik dan kalem' batin daffa memperhatikan rindi hingga kini mereka berhadapan dan rindi memalingkan wajahnya tak ingin menatap lelaki di hadapannya ini.
"ayo mulai, pose pertama saling berhadapan dan berpelukan." Ujar pengarah foto.
Dan sekaranglah rindi menatap mata hitam milik daffa. Dan disanapun daffa menyadari kalau bola mata rindi berwarna coklat terang, berbeda dengan randa yang berwarna coklat gelap dan lebih tajam. Pandangan rindi terlihat lebih lembut dan teduh.
'apa ini benar-benar randa?' batin daffa, karena ini bukan pertama kalinya dirinya berpasangan dengan randa. Tetapi ini pertama kalinya dia berpasangan dengan rindi.
Tangan rindi terulur untuk mengalungkan kedua tangannya di leher daffa dan daffa merengkuh pinggang rindi hingga menempel dengan tubuh daffa membuat rindi kaget dan sedikit tak nyaman. Rindi terus mencoba menjauh dari tubuh daffa.
"ada apa randa? Kenapa kau terlihat canggung? Bukankah kita sudah sering melakukannya" ujar daffa membuat rindi menggelengkan kepalanya dan tetap memasang wajah dinginnya.
'benar sekali, dia bukan randa. Randa, gadis bar bar itu tak pernah semanis dan sependiam ini' batin daffa
"kenapa kalian terlihat canggung? Ayolah randa, kamu sedang kenapa sih? Biasanya kamu bisa menunjukkan bakatmu" ujar pemandu foto itu.
Dan rindipun pasrah saat tubuhnya benar-benar menempel dengan daffa dan kini kedua mata mereka saling bertautan. Tetapi entah kenapa wajah daffa berubah menjadi wajah percy membuat rindi menurunkan pandangannya ke hidung daffa agar tak menatap mata daffa lagi.
Setelah itu, mereka kembali bergaya dengan daffa yang memeluk rindi dari belakang, ada juga pose yang mengharuskan keduanya saling berhadapan dengan kedua tangan rindi menyentuh pipi daffa dan hidung mereka saling bersentuhan.
Setelah lama, akhirnya mereka break. Rindi langsung berlalu pergi memasuki tendanya dan meneguk air putih dalam botol aqua hingga tandas.
"kamu kenapa rindi?" Tanya manajer randa yang mengetahui ini adalah rindi.
"tidak apa-apa mbak, aku hanya sedikit kurang sehat" ujar rindi ngeles.
'rindi? Jadi benar dia bukan randa? Apa dia kembarannya randa yah' batin daffa yang awalnya berniat menyapa randa.
"mbak, aku mau angkat telpon dulu yah" ujar rindi berlalu pergi keluar tenda menuju tempat yang cukup jauh dari tempat kerjanya.
"hallo honey"
"....."
"aku sampai tadi siang. Percy, Apa benar azka-"
"....."
"ya tuhan, kasihan sekali pretty, pasti dia sangat terpukul" ujar rindi sedih
"....."
"tidak apa-apa honey, aku paham kalau tadi kamu gak jadi nganterin aku. Titip salam aku buat pretty"
"....."
"aku baru beres pemotretan, honey. Mungkin sekarang akan kembali ke hotel"
"....."
"entahlah, aku tak bersemangat bermain di pantai. Apalagi beberapa waktu lalu kita sudah liburan ke Lombok"
"..."
"iya, kamu temenin saja pretty. Pasti dia sangat membutuhkanmu"
"....."
Rindi menutup telponnya, dan menatap hamparan lautan indah di hadapannya. Hatinya sungguh merasa tak tenang, ingin rasanya rindi berada di samping percy atau pretty.
***
TBC