webnovel

Dich Gefunden (Menemukanmu)

Dich Gefunden di ambil dari bahasa Jerman yang berarti menemukanmu. Update tak menentu, tergantung suasana hati. *** Berusaha terus menerus berusaha, ia percaya bahwa tak ada usaha yang mengkhianati hasil. Ia percaya, suatu saat apa yang ia cari pasti kembali ke pelukannya, lagi. Yang perlu ia lakukan sekarang adalah berusaha dan menghancurkan semua yang membuat usahanya gagal, dan menghancurkan semua yang menyakiti tujuannya.

M_e_g_a_a_a · Urbano
Classificações insuficientes
1 Chs

S a t u

- Berakhir -

Happy Reading

---

Jakarta, Indonesia, Bumi

"Aku telah berpikir banyak tentang ini, aku mau kita putus" Ujarnya pada laki-laki yang tengah berdiri di hadapannya.

"Putus? Jangan main-main kamu" Ujar laki-laki tersebut sambil menatap tajam wanita cantik di hadapannya.

Merasa sadar apa yang ia lakukan, "Hei, lihat aku. Ada masalah?" Tanyanya lembut, tangannya menyentuh pipi wanita tersebut dengan lembut. Menuntun wanita tersebut agar mau menatapnya.

Wanita tersebut tak bergeming, ia hanya terdiam menatap laki-laki di hadapannya dengan mata yang berkaca-kaca. Saat air matanya ingin terjun bebas dengan cepat ia mengusapnya dengan kasar.

"Maaf, tapi kita nggak bisa sama-sama lagi." Ujarnya sambil menahan air matanya agar tidak terjun dengan bebas. Tapi nyatanya hal tersebut tidak berguna, air matanya jatuh tanpa izin terlebih dahulu.

"Aku bosan sama kamu" Lanjutnya lagi. Kali ini ia menatap mata laki-laki tersebut dengan penuh keyakinan.

"Kamu lagi ngeprank aku ya? Kamu Cuma bercanda kan?" Tanya laki-laki tersebut, ia masih tidak percaya dengan apa yang ia dengar dari wanita yang kini tengah berdiri di hadapannya.

"Hei lihat aku, kamu bercanda kan?" Tangannya menahan pergerakan wanita tersebut. Mengalihkan wajah wanita tersebut agar menatapnya kembali saat ia melihat wanita tersebut membuang muka.

Wanita tersebut menghela nafasnya dengan kasar, ia jengah dengan keadaan seperti saat ini. kenapa saat ia memutuskan ingin pergi harus sesulit ini? Rasanya ia ingin berlari dan berteriak sekencang mungkin. Menumpahkan semua yang ia rasa.

"2 tahun kita sama-sama, dan semua itu berakhir dengan alasan kamu bosan? Hei lihat aku dulu, kamu kenapa? Kalau ada masalah cerita sama aku" tangannya meraih tangan wanita yang kini berdiri di depannya. Mengusapnya lembut, menatap wanita tersebut penuh cinta.

"Kamu kenapa, hmmm? Ada masalah? Cerita sama aku, ada apa? Jangan kayak gini. Aku itu sayang sama kamu, cinta sama kamu, dan kamu sendiri tahu itu. Kamu bahkan sangat-sangat tahu itu. Please jangan pergi ya, kalau ada yang salah sama aku bilang, aku janji aku akan perbaiki itu. Kalau masalahnya ada di hubungan kita, ayo kita perbaiki sama-sama, atau ada masalah lainnya?"

Hening, wanita di depannya terdiam. Ia hanya menatap laki-laki di depannya dengan air mata yang sesekali menetes.

"Kalau ada masalah cerita sama aku, kita selesain bareng-bareng. Okay? Sayang, sayang dengerin aku dulu please" Tangannya menahan tangan wanita tersebut saat wanita itu ingin melangkah pergi.

"Sayang dengerin aku, aku mau kita sama-sama terus. Sebentar lagi, sebentar lagi kita lulus sama-sama. Hanya satu bulan lagi, dan kita aku lulus. Kita kuliah bareng, kerja bareng, jalani hidup ini bareng-bareng. Jangan pergi ya, aku gak bisa kalau kamu pergi. Jangan lari dari masalah, kita hadapin bareng ya" Ujarnya lembut, tapi wanita di hadapannya tidak sama sekali membuka suaranya.

Hening beberapa menit, sampai perempuan tersebut menghela nafasnya dengan kasar, dan melepaskan tangannya yang masih digenggam oleh laki-laki di hadapannya. Matanya kini menatap lembut laki-laki tersebut.

"Tetap bahagia ya, walau tanpa aku" Ia tahu, sangat-sangat tahu kalau laki-laki di hadapannya sangat-sangat mencintainya. Tapi ada hal yang tak laki-laki tersebut tahu, dan ia tak ingin laki-laki itu tahu. Tes, satu bulir air mata jatuh dari mata laki-laki tersebut. Tangannya bergerak menghapus air mata yang keluar dari pelupuk mata laki-laki di depannya.

"Jangan kayak gini, kalau kamu kayak gini aku nggak akan bisa pergi ninggalin kamu" Ujarnya lembut, mata sayunya menatap ke netra biru milik laki-laki tersebut.

"Kalau gitu, jangan ninggalin aku. Kamu tetap di sini, tetap sama aku. Kenapa harus pergi kalau kamu sendiri ragu buat ninggalin aku?" Ujar laki-laki tersebut, air matanya terus terjun bebas. Tapi matanya tetap menatap penuh permohonan pad wanita yang berada di depannya.

"Kalau ada masalah cerita, jangan kayak gini. kamu mau apa bilang sama aku, mau harta aku? Aku kasih semua buat kamu. Sekarang semuanya milik k---"

"Plakkk " Ucapan laki-laki tersebut terhenti saat ia merasa panas menjalar di pipi kanannya.

"Serendah itu aku di mata kamu selama ini ya!" Ujar wanita tersebut pada laki-laki di hadapannya.

"Li..." Ucapannya terpotong oleh wanita di hadapannya.

"Aku baru sadar, kalau kamu selama ini mandang aku serendah itu" Ujarnya, matanya menatap penuh luka pada laki-laki di hadapannya.

"Aku jadi makin yakin buat ninggalin kamu, bahagia selalu ya. Jason, aku pergi" Kata-kata itu mengakhiri pembicaraan tersebut. Kaki wanita itu melangkah pergi meninggalkan Jason yang masih terdiam seperti patung dengan air mata yang terus menetes.

Sampai ia tersadar, ia menatap lurus. Hilang, kosong, wanita tersebut sudah tidak terlihat sama sekali. Kakinya membawa ia melangkah, berlari. Matanya mengedar mencari wanita yang tadi pergi meninggalkannya.

Tidak ada, tidak ada sedikit pun jejak wanita tersebut.

"LIA! LIA! Lia please, jangan pergi. Lia kamu nggak berhak pergi gitu aja dari aku. Lia, please. Aku butuh kamu di sisi aku. LIA!" Jason terus berteriak memanggil nama Lia. Ia berteriak terus menerus, memanggil nama wanita yang tiba-tiba memutuskan hubungan mereka, Lia.

"Aku nggak akan pernah bahagia tanpa kamu, Lia" Ujarnya, tubuhnya jatuh menyentuh rumput-rumput. Mata sembabnya terus dialiri dengan air mata.

"Aku benar-benar nggak akan bahagia tanpa kamu."

"LIA!" Lagi-lagi ia berteriak kencang, matanya terus menerus menatap sekeliling. Sampai matanya berhenti pada sebuah mobil yang mulai berjalan dengan perlahan. Mobil tersebut melintas tepat di depannya.

"Maaf" Ia sangat yakin kalau Lia mengucapkan maaf padanya. Sumpah demi apa pun ia akan memaafkan Lia, asal Lia tetap berada di sisinya. Walaupun Lia pergi begitu saja, ia tidak akan pernah bisa membenci Lia. Mata itu, mata itu memandangnya dengan tatapan penuh luka. Seperti ia merasa bersalah, mungkin.

Jason terus saja menatap mobil tersebut, sampai pada akhirnya mobil tersebut melaju. Hilang, lagi-lagi Lia hilang dari pandangannya.

'Jason, tenang. Besok akan bertemu Lia di sekolah. Kau tinggal menunggu esok' batinya.

O_O

Follow ig aku ya @itsme.mnovitasariefnd_

Thank's.

Salam manis, Mega😊