Rencana awal yang kurancang kenyataannya berbanding terbalik dengan realita. Aku seperti tersihir larut pada aktivitas. Setelah menyelesaikan masakan yang nanti akan kami makan di RS, mataku menilik singkat ke jam dinding yang telah berada di angka 6.
Seketika itu juga Nyali besar yang entah dari mana datangnya kini hilang bak menghianati diri ku, tetiba aku merinding bahkan sebelum rumah itu kembali terbangun tuk menakuti.
Rasanya belum sampai semenit rasa takut ini muncul, raungan sudah kembali terdengar dari dalam kamar itu,
Argg... Arg...
Pintu itu juga mulai bergetar,
Brakk... Brak... Brak..
Terlihat jelas pegangan pintu itu naik turun, seakan ada orang yang ingin memaksa membukanya.
Baru saja kubalikan badan, bersiap mengambil ancang-ancang kabur, langkahku malah mundur, dan membuatku jatuh terpingkal.
Hari itu kali pertama mataku menyaksikan langsung sosok putih terbalut kain kafan yang teramat jorok, wajahnya hitam dipenuhi borok dan nanah.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com