Justin menatap anak kecil di pangkuannya. Gumamannya terdengar di telinga. Sepertinya dia memanggil ibunya… Cahaya di matanya meredup.
Pete jarang bertanya tentang ibunya.
Namun ternyata, untuk anaknya, ibunya adalah sosok yang sangat penting.
Dia menundukkan matanya, menyembunyikan emosi yang kompleks di dalamnya. Lalu, dia membawa Cherry ke kamar tidur, melepas sepatunya, dan menutupnya dengan selimut.
Dia memandangi wajah anaknya yang masih muda dan tertidur untuk waktu yang lama sebelum dia keluar dari kamar dengan diam-diam.
Keesokan harinya.
"Maaf, aku ketiduran semalam. Apakah Daddy memarahimu semalam, Cherry?"
Cherry berbaring di tempat tidur dan mengirim pesan suara balik ke kakaknya. "Tidak, karena meskipun aku tidak tahu banyak tentang matematika, aku hebat dalam sejarah! Daddy sampai terharu sampai membatalkan PR-ku!"
Pete mempercayainya. Dia berkata, "Oke. Jangan lupa rencana kita hari ini."
Cherry hendak membalas ketika pintu terbuka.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com