webnovel

Devil into Angel

Jovanka Alexandra, seorang gadis yang beranjak dewasa tengah menempuh pendidikan sebagai mahasiswi fakultas hukum menjalani hidupnya yang penuh dengan ke normalan dan penuh kebahagiaan. Memiliki paras cantik dan kepribadian yang sangat riang namun pemalas tapi tetap disukai oleh banyak orang. Akan tetapi, semua hal-hal indah dan penuh kebahagiaan dalam hidupnya mendadak harus lenyap karena Jovanka mengalami suatu kejadian buruk yang menimpa dirinya. Dan sejak saat itu, kehidupan Jovanka berubah hanya dalam waktu sekejap. (Terdapat unsur-unsur kalimat 18+) [HIATUS]

Wassap29 · Fantasia
Classificações insuficientes
11 Chs

Jovanka and Her Family

"Abis dari mana Lex? Ko jam segini baru pulang?" Jovanka yang baru saja sampai di rumahnya pukul sembilan malam dan hendak menuju kamarnya langsung terhenti karena suara ayahnya yang terdengar. Jovanka membalikan badan dia lalu menghampiri ayahnya yang ternyata sedang duduk di ruang tengah sembari memegang koran di tangannya.

Jovanka mengambil posisi duduk di sebelah ayahnya, tak lupa dia juga menyempatkan untuk mengecup pipi ayahnya terlebih dahulu. Salah satu kebiasaan yang selalu Jovanka lakukan jika baru pulang atau hendak pergi.

"Maaf ya ayah… barusan Alex abis jalan-jalan sama Hans, terus pas pulang jalanan macet banget" jawab Jovanka sembari tersenyum lembut kepada ayahnya.

Sebenarnya Jovanka tidak memiliki jam malam, ayahnya pun bukanlah tipikal orang tua yang banyak aturan ini itu atau bahasa gaul anak muda zaman sekarang adalah strict parent. Jovanka dibebaskan ingin pergi kemanapun semau dia, akan tetapi Jovanka tidak diperbolehkan untuk bepergian seorang diri.

Jovanka sendiri tidak masalah jika dia kemana-mana harus bersama dengan bodyguardnya itu. Jovanka itu tipikal anak yang serba manut dan tidak mau ribet. Makanya kalau ayahnya bilang ini dan itu, Jovanka akan langsung mengiyakan tanpa banyak membantah selagi hal itu tidak merugikan dirinya.

"Kalau gitu Hans kemana? Ga di ajak masuk?"

"Hans langsung pulang. Katanya dia cape" jawab Jovanka.

"Yaudah, kalau gitu kamu sekarang mandi. Ayah tunggu di meja makan ya?" Jovanka tersenyum kepda ayahnya lalu dia langsung beranjak dari sofa menuju kamarnya yang berada di lantai dua.

Sesampainya di kamar, Jovanka menaruh tas milik dia sembarang lalu dirinya langsung loncat-loncat dan lari di tempat. Maksudnya adalah untuk mendatangkan kembali rasa lapar, pasalnya Jovanka sebelumnya sudah makan dengan Hans saat mereka berdua terjebak macet.

Sementara itu Jovanka tau kalau ayahnya pasti belum makan dan menunggu dirinya untuk makan malam bersama. Jovanka dan ayahnya memang punya peraturan kalau mereka harus menyempatkan waktu untuk makan bersama, ayahnya Jovanka adalah orang sibuk. Tapi beliau sebisa mungkin harus menyempatkan waktunya untuk bisa makan malam di rumah bersama dengan Jovanka.

Namun, barusan Jovanka sudah tidak bisa lagi menahan laparnya. Alhasil Jovanka dan juga Hans makan nasi goreng di pinggir jalan sembari menunggu jalanan kembali lenggang.

"Aduh gimanaya. Kenyang ini gue" gumam Jovanka yang sekarang sudah berganti menjadi lari-lari kecil.

"Bodo amat ah! Yang penting nemenin ayah makan aja dulu" ujar Jovanka lagi dan setelahnya dia langsung menuju kamar mandi untuk bersih-bersih.

Makan malam di antara Jovanka dan juga ayahnya berlangsung dengan tenang dan juga hening. Mereka berdua sama-sama menggunakan mulut mereka untuk mengunyah makanan supaya cepat habis.

Bukan karena canggung, tapi ayahnya Jovanka sangat tidak suka jika sedang makan harus sambil berbicara. Kalau mau makan ya makan saja dulu, kalau sudah selesai baru silahkan mau ngomong sepuasnya juga, karena bagi ayahnya Jovanka segala sesuatu itu pasti ada waktunya tersendiri.

"Udah abis makannya Lex?" Tanya ayahnya Jovanka sembari menaruh piring bekas makannya di samping beliau.

"Udah yah.." jawab Jovanka sambil tersenyum.

"besok jangan lupa ya? Nanti supir ayah bakal jemput kamu, kita ketemunya di lobby hotel aja. Gapapa kan? Ayah ada urusan dulu soalnya" ujar ayah Jovanka, mengingatkan dirinya perihal acara besok.

"Iya ayah… lagian juga kalaupun ayah gaada urusan, masa iya ayah mau ikut Alex ke Salon. Ntar yang ada ayah malah tidur disana karena kelamaan nungguin Alex" bales Jovanka yang membuat ayahnya langsung tersenyum.

"Lex.."

"Iya ayah?"

"Jangan lupa sebelum tidur ketemu bunda dulu ya?" Jovanka tersenyum kemudian menganggukan kepalanya kecil. Setelah itu Jovanka pun langsung beranjak dari kursi makannya untuk menghampiri ayahnya dan dipeluknya dari samping oleh Jovanka. "Alex langsung naik ya ayah… pengen tidur, cape banget"

"Iya, selamat malam princess ayah"

"Selamat malam juga!"

Setelah cuci muka serta menyikat giginya, Jovanka kembali keluar dari kamarnya lalu dia beralih menuju salah satu ruangan yang tidak jauh dari kamarnya. Ruangan tersebut berada di sudut lantai dua di rumahnya, Jovanka membuka pintu ruangan tersebut dengan perlahan lalu dirinya langsung mengambil setangkai bunga tulip berwarna kuning, kemudian dirinya menghampiri salah satu meja dan meletakan bunga tulip itu disana.

"Selamat malam bunda! Gimana kabarnya bunda di sana?" Sapa Jovanka sembari menatap foto mendiang bundanya yang diletakan di atas meja tersebut dan dikelilingi oleh bunga tulip- bunga kesukaan bundanya Jovanka, beserta lilin-lilin yang beraroma lavender. Sekali lagi itu adalah lilin aroma kesukaan ibunya Jovanka juga.

"Bunda, hari ini Alex males banget kuliahnya. Selama dosen ngajar, Alex sama Hans tu cuman bengong aja. Malahan Hans sampe tidur, terus waktu pulang kuliah Alex sama Hans jalan-jalan tapi pulangnya kejebak macet"

"Bunda, tauga bun? Perut Alex begah banget rasanya. Soalnya Alex sebelumnya tu udah makan sama Hans, tapi ayah belum makan. Alex gamungkin kan bun ninggalin ayah makan sendirian?"

"Ohiya bun.. besok perdana banget, Alex mau di ajak sama ayah dateng ke acara kantornya. Lama-lama Alex kasian juga tau bun sama ayah, datengnya selalu sendirian. Doain Alex ya bun besok, semoga Alex ga minta pulang sama ayah"

Seperti biasanya Jovanka akan selalu menceritakan hari-hari yang sudah dia lalui kepada bundanya. Dan ini sudah menjadi aktivitas rutin bagi Jovanka sebelum tidur sejak dua tahun terakhir ini, ayahnya juga akan selalu mengingatkan Jovanka untuk terus menemui bundanya.

Bundanya Jovanka sendiri meninggal karena penyakit kanker yang dideritanya. Hampir 10 tahun lamanya bunda Jovanka berjuang melawan kanker sampai dimana bundanya Jovanka tidak sanggup untuk berjuang lagi dan Jovanka serta ayahnya juga memilih untuk merelakan bundanya untuk pergi ke sisi Tuhan.

Sepeninggal bundanya, bisa dibilang Jovanka mengalami perubahan. Dirinya saat ini lebih banyak menghargai waktu dan menghargai kebersamaan dirinya dengan orang-orang di sekeliling dia.

Saat ibunya meninggal, Jovanka memang tidak menangis. Justru ayahnya lah yang banyak menangis sampai susah tidur dan makan. Saat-saat itulah Jovanka menemani ayahnya dan membantu ayahnya untuk merelakan ibunya supaya bisa pergi dengan tenang.

Pada saat itu, Jovanka memang terlihat sangat tegar dan juga kuat. Akan tetapi, dia melakukan itu demi ayahnya. Karena di saat Jovanka sedang bersama dengan Hans, dia akan mencurahkan semuanya kepada Hans.

Bahkan ada saat dimana Jovanka hampir menghabiskan suaranya karena terlalu banyak menangis. Tapi sejak saat itu, Jovanka juga berprinsip kalau dia harus move on, harus menjalani hari-hari seperti biasanya dan selalu menjadi Jovanka yang periang.

"Bunda… jangan lupa dateng ke mimpi Alex malem ini ya. Alex kangen sama bunda, i love you bunda"