Berdasarkan kesepakatan selesai mengganti seragam sekolah, mereka ramai-ramai menuju rumah Rahman.
"Saep—" Teriak mereka memanggil anak yang punya rumah.
Mendengar oranng-orang yang berteriak di depan rumahnya Minah keluar untuk melihat. Ia membuka pintu gerbang rumahnya.
"Eh, kalian". Ucap minah melihat siapa yang datang.
"Saepnya ada bik?". Tanya Gigih mewakili teman-temannya.
"Ada di dalam. Ayo masuk". Ajak Minah. "Saep, kamu dicari nih sama temanmu". Teriaknya.
"Ya, Nak". Teriak Akira dari dalam rumah. Ia kemudian keluar menghampiri teman-temannya.
"Bik Minah boleh minta jambunya, tidak". Ucap Rizal tidak tahu malu.
"Ambil aja, petik buah yang matang sesuka kalian, tapi secukupnya ya biar tidak ada yang mubazir". Ucap Minah. Anak-anak itu lanngsung kegirangan.
Dengan cepat mereka memilih buah apa yang ingin mereka petik. Dengan cekatan mereka mulai memetik ada juga yang naik ke atas pohon. Saat dirasa cukup mereka kembali berkumpul memperlihatkan kepada sesamanya buah apa saja yang berhasil mereka petik.
"Eh enaknya, kalau makan buah itu dibukit pasti seru". Ucap Ojik memberi saran.
"Benar tuh, apalagi sambil rujakan". Sahut Supar anak yang bertubuh paling kurus.
"Di rumah, ibu ku punya bumbu rujak". Tambah Ali anak yang paling kecil.
"Kalau begitu kita pergi ke bukit. Firman kamu temani Ali ambil bumbu rujak di rumahnya ya. Nanti kita tunggu di sungai". Ucap Gigih.
Mereka pun meninggalkan rumah Rahman. Tidak lupa mereka meminta izin untuk pamit dan memberitahu kemana mereka akan pergi.
Minah yang melihat anak angkatnya dengan cepat beradaptasi dan berteman dengan lingkungannya membuat kekhawatiran akan anak itu berkurang.