"Ibu mau nanya apa? Kalau tidak ada yang ingin ditanyakan, aku masuk, Bu. Papa melarangku untuk berbicara dengan orang tak dikenal." Wanita itu berhenti menyentuh pipiku. Dan kulihat, sepertinya dia menangis. Apa kata-kataku tadi menyakitinya?
"Ibu kenapa menangis? Apa kata-kataku menyakiti, Ibu?"
"Tidak, Nak. Ibu hanya teringat dengan anak Ibu, oh ya, umurmu berapa sekarang?"
"Aku 8 tahun, Bu. Apa anak Ibu seumuran denganku?" Wanita itu mengangguk, dan menghapus sisa air mata yang terjatuh tadi.
"Dia seumuran denganmu, tapi Ibu tak bisa bersamanya. Karena sebuah ambisi, Ibu mengirimnya ke suatu tempat, Nak."
"Ambisi itu apa, Bu?" Tanyaku yang tak mengerti dengan ucapan wanita itu. Dia tersenyum dan duduk jongkok untuk menyamai tinggiku, dia membelai rambutku pelan.
"Suatu saat, ketika kamu dewasa. Kamu akan tahu, apa ambisi itu. Kamu harus belajar dengan benar ya! Jadi anak yang pintar, dan cerdas."
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com