Tangan April gemetar meraih piala penghargaan yang diberikan salah seorang juri padanya. Penonton bersorak mengelu elukan namanya. Tepuk tangan mereka menambah suasana gegap gempita malam ini. Para juri bergantian memeluk dan mengucapkan selamat padanya. April menunjukkan pialanya dan membungkuk sebagai ucapan terimakasih. Tatapannya tertuju pada sosok pria yang duduk di deretan paling depan kursi penonton. Pria itu melambaikan tangannya dan April membalas dengan senyuman.
"Seorang bintang telah lahir malam ini. Sebagai penutup acara mari kita sambut juara pertama kompetisi ini. Aprilia yessi…" seru jody diiringi teriakan penonton. Lampu sorot menyinari tubuh April. Ia mengambil gitar yang telah disediakan dan mulai menyanyi. Seketika semua senyap dan ia memetik senar gitarnya. Matanya terpejam. Bait bait lagu dari naff mengalir merdu dengan suaranya.
Aku mencintaimu setulus hatiku
Aku menyayangimu dengan sepenuh jiwaku
Aku mengasihimu sepanjang usiaku
Aku menginginkanmu lebih dari apapun
Meski tak seindah yang kau mau
Tak sesempurna cinta yang semestinya
Namun aku mencintaimu
Sungguh mencintaimu
Sepanjang nyanyian itu April tak dapat menyembunyikan emosinya. Rasa sedih yang ia tahan akhirnya meluap. Air matanya menetes teringat peristiwa dua minggu yang lalu, saat itu hatinya begitu gembira karena kembali dapat melihat dunia. Ketika dalam masa pemulihan, seseorang datang mengenalkan diri sebagai sahabat Ruth. Namanya Tom.
"Apa kau melihat Ruth?, sudah seminggu ini dia tidak menjengukku. Apakah terjadi sesuatu padanya?, kenapa handphonenya tak pernah aktif?" April mencecarnya dengan berbagai pertanyaan. Tom menarik nafas, sangat sulit mengatakan ini. Tapi April berhak tahu.
"April..Ruth telah tiada. Sebenarnya dia sudah lama sakit dan semakin hari penyakitnya bertambah parah. Mata yang kamu miliki sekarang merupakan kenangan darinya." Tom menunduk tak sanggup melanjutkan kata katanya lagi. Gadis itu masih melihatnya, tatapannya kosong seolah tak percaya pada perkataanya. Untuk beberapa saat jiwanya terguncang, hari harinya dihabiskan dengan meratapi kepergian kekasihnya. Ia menangis dan terus menangis. Hingga pada suatu hari akhirnya ia bangkit, melewati dan menerima keadaan ini dengan keyakinan bahwa Ruth pasti bahagia jika ia mampu meraih mimpinya. Ruth ini yang kau inginkan untukku, kau telah menepati janjimu akan terus bersamaku selamanya. Aku telah mewujudkan cita cita kita. Kini aku telah menjadi bintang. Uang, karier dan ketenaran sudah berada dalam genggamanku. Sayangnya aku merasa hampa, ini semua ternyata tak ada artinya tanpa dirimu sayangku.
April terus menyanyikan lagu diiringi gitar yang dipetiknya. Di antara penonton yang hadir Tom masih setia melihat pertunjukan gadis itu. Ia duduk disana, di deretan kursi paling depan, memakai jas hitam persis seperti permintaan Ruth di pertemuan terakhir mereka.
"Berjanjilah padaku untuk satu hal, Jika sesuatu terjadi padaku, datanglah di pertunjukan April dengan memakai jas hitam dan duduklah di deretan kursi penonton paling depan. Aku harap dengan begitu dia tak akan merasa terlalu kehilangan."
Cinta Ruth terhadap April sungguh besar, Tom berharap ia dapat mencintai istrinya seperti itu. Diraihnya jemari Liana yang duduk di sampingnya, wanita itu menoleh. Ia tersenyum dan bersama sama mereka kembali melihat April di atas panggung.
* Tamat*