webnovel

PDKT (1)

Dua jiwa menawarkan hatinya untuk dimiliki

Dimana ada hati yang salah satunya menawarkan racun tersembunyi

Racun mematikan atas kenangan dari tempat gelap yang tersembunyi bernama luka

***

Pagi ini aku sudah siap mengungsi ke ruko yang ku sewa. Aku dapat menebak jika mama akan bertanya banyak hal dan aku tidak ingin menjawabnya. Mungkin lebih tepatnya aku belum siap mengatakannya pada mama.

Bayangan wajah Papa masih mendominasi pikiran ku saat ini. Kartu namanya ku pegang erat. Ingin rasanya ku buang saja tapi pria itu tetaplah papa ku. Di dalam darah ku terdapat darah dan gennya. Aku cukup terkejut karena papa yang selama ini absen tiba-tiba muncul dan ia ingin aku untuk tinggal bersamanya.

Toko kecil yang ku miliki sudah mulai di buka pukul delapan pagi. Hari ini aku hanya bersama Anna yang membantu ku di toko. Aku menata beberapa roti baru agar dapat tampak menarik ketika ada pelanggan yang datang. Jujur saja aku hanya ingin menyibukkan diri saat ini. Aku masih belum bisa memutuskan apa aku akan memberitahu mama atau tidak.

Pintu toko terbuka dan aku tidak terlalu terkejut saat Andrei menyerubut masuk dengan wajah yang sangat bahagia.

"Kak, Andrei disuruh Mama ke sini. Ini katanya buat Kakak ama Mbak Anna." Kata Andrei sambil menunjukkan bekal makanan yang dibawanya dengan tangan mungilnya.

Andrei memang selalu senang kalau ke sini jadi tidak heran kalau mama dan om Tio sering menitipkan Andrei di toko roti ku. Andrei datang sambil meletakkan bekal makanan disusul mama yang menunjukkan diri di hadapan ku. Aku tahu mama saat ini aku harus bersiap untuk di interogasi oleh mama. Dari mana aku tahu? Tentu saja aku tahu dari wajah mama yang tidak dapat menyembunyikan rasa penasarannya.

"Ruby, kamu langsung pergi tanpa sarapan tadi. Mama tahu kamu ada sesuatu yang gak kamu bilang ke Mama soal Winner." Mama tersenyum pada ku. "Kemarin diantar Winner gimana?"

"Ya, gak gimana-gimana. Mama maunya gimana?" Tanya ku balik.

"Kalau Mama lihat Winner suka sama kamu lho..."

Suka? Aku tidak yakin dengan pendapat mama karena dari dulu Winner memang senang menggoda ku jadi wajar saja kalau sulit bagi ku untuk percaya kalau Winner menyukai aku.

"Enggak mungkin lah, Ma. Itu Winner teman Ruby yang pernah nganterin Ruby dulu pas SMA. Mama ingat, ga?"

Sesaat mama terdiam. Aku tahu apa yang ada dalam pikiran mama saat ini. Mama memandangi ku kembali. Aku mengerti kecemasan mama saat tahu Winner adalah anak yang pernah mengantarkan ku dulu. Winner memang tahu bagaimana keras hidup yang kami jalani dulu.

"Anak cowok ganteng yang ngantarin Ruby waktu itu?" Tanya mama.

Aku mengangguk. Apa? Bahkan mama juga menganggap Winner itu ganteng?

"Iya, itu Winner, tapi Mama gak perlu cemas. Ruby Rasa Winner bukan orang yang sembarangan ngomong. Lagi pula semuanya sudah berlalu. Ruby juga yakin kalau Winner gak akan ngomong macem-macem karena selama ini Winner udah banyak nolongin Ruby."

"Ya. Kita gak usah mikirin masa lalu. Mama cuma agak cemas soal Ruby."

"Ngapa Ma?" Tanya ku heran.

"Kamu masih suka sama Aldo?"

"Ngapa jadi bahas Aldo,Ma?"

"Kemarin gak sengaja Mama lihat Aldo di pesta semalam. Aldo kayaknya udah punya cewek."

Aku tidak heran bila mama menyinggung soal Aldo karena semalam mama juga melihat Aldo dengan cewek itu jadi aku rasa aku tak perlu mengatakan apapun lagi pada mama.

"Ma, Aldo udah gak ingat Ruby jadi Mama gak perlu cemas. Ruby juga gak mau dekatin Aldo jadi Mama tenang aja."

"Kamu yakin bisa? Ruby, Mama tahu kamu kayak apa."

"Ma, Ruby gak tahu karena Aldo sangat berbeda dengan yang Ruby kenal. Semuanya berubah."

Mama menatap tepat di mata ku. Aku melihat kecemasan dan luka di saat yang sama. Aku tahu apa yang telah kami lalui sebelumnya sangat berat dan menyakitkan buat kami berdua.

"Mama gak usah takut." Kata ku seraya menggenggam tangan mama.

"Gimana mama gak takut kalau kamu dekat lagi sama Aldo, orang tuanya bisa aja-"

"Itu gak penting yang penting kita udah bisa berdiri sendiri. Gak peduli apa yang mereka bicarakan semuanya sudah berlalu. Orang tua Aldo juga gak bisa ngapa-ngapain kita lagi."

"Mama cemas soal Andrei kalau seandainya Andrei dengar apa-"

"Ma. Keluarga Aldo gak akan mengatakan apapun tentang kita. Sekarang ada om Tio yang menerima mama, Ruby. Sekarang Mama udah gak perlu takut lagi."

Sebenarnya aku lebih cemas namun aku menutupinya. Bagaimanapun cerita itu sudah berlalu. Aku hanya tidak ingin mengingat rasa sakit yang masih terasa hingga sekarang.

Bagaimana bisa aku melupakan Aldo yang menjadi cinta pertama ku. Seseorang yang membuat hati ku berdegup sangat kencang dengan hanya melihatnya dari jauh. Bagaimana aku bisa melupakan seseorang yang membuat ku nyaman untuk pertama kalinya?

"Ruby, Mama titip Andrei di sini sebentar. Mama ada arisan. Mungkim nanti sore mama baru bisa jemput Andrei."

"Ya, Ma."

Aku rasa, hidup ku bagaikan mimpi karena hanya dalam beberapa tahun hidup ku dan mama berubah drastis namun mengapa susah untuk mengubah hati seseorang?

"Selamat datang."

Aku tertawa melihat Winner datang dengan membawa bunga. Aku rasa bunga bukanlah style seorang Winner. Gak mungkin bunga itu untuk ku, iya'kan?

"Kamu seneng banget lihat aku datang." Kata Winner mendekat. Wajahnya emang persis yakuza dengan rambut panjangnya yang di ikat rapi ke atas.tapi sejak kapan Winner berubah menjadi cowok sangar? "Napa? Kamu tinggal bilang aja. Ga apa-apa."

Ternyata kenarsisannya memang masih belum berubah.

"Kamu bawa bunga buat cewek mu ke sini. Ceritanya kamu mau pamer ama aku kalau kamu punya pacar, gitu? Mentang-mentang udah punya-"

"Kamu cemburu?"

"E?! Cem...cemburu?" Aku kaget mendengar Winner mengatakan kata cemburu tepat di hadapan ku.

"Ruby, siapa bilang bunga ini buat pacar ku? Ini buat kamu. Gimanapun kita pernah-" Winner berhenti saat ia melihat Andrei muncul dari belakang ku. "Ini siapa?"

Winner terlihat sedikit terkejut melihat wajah Andrei. Aku juga heran mengapa Winner bisa sampai kaget seperti itu. Aku rasa tidak ada yang aneh di sini.

"Ruby, ini anak kamu?" Winner bertanya sambil menatap wajah Andrei yang juga menatap Winner dengan bingung.

"Pernah ngapain Kak Ruby ama Om Winner?" Pertanyaan dari Andrei membuat ku dan Winner salah tingkah. Lagi pula apa yang pernah aku lakukan bersama Winner?

Kemunculan Andrei sangat tidak terduga dan aku tidak tahu jawaban apa yang aku beri pada anak ini walaupun sebenarnya aku merasa tidak pernah ada yang terjadi antara aku dan Winner namun mengapa aku merasa seperti sedang melupakan sesuatu?

Dan sesuatu itu adalah hal penting...

Bayangan samar memperlihatkan dua orang yang di madu kasih membuatku terkesiap...

Apa ini?