webnovel

Part 7: Memperhatikanmu dalam diamku

"Dayak Love Story"

Story by: author Natalia Ernison

"Kampus xxx"

"Baik, tolong dengarkan dan perhatikan pengumuman penting ini! ujar salah seorang dosen.

Ditengah riuh para mahasiswa maupun mahasiswi/mahasiswi, suara sang dosen pun cukup menenangkan suasana ramai tersebut.

"Oke baik, bapak yang hanya ingin menginformasikan kepada seluruh mahasiswa maupun mahasiswi, bahwa akhir bulan depan kita akan mengadakan pentas seni. Jadi, tolong persiapkan denganbaik." Ujar sang dosen lalu membubarkan.

"Dayang, kamu kan penari tradisional. Kenapa kamu tidak mencoba memberi ide yang bagus!" ujar Marina yang pada saat itu turut mendengar pengumuman.

Hmmp, oke. Saya akan coba mengkoordinir anak-anak lainnya.

Dayang yang merupakan mahasiwa cukup berprestasi, baik dalam bidang akademik maupun bidang seni.

Setelah beberapa persiapan, akhirnya pentas seni pun terlaksanakan.

Selama pentas seni berlangsung, Dayang cukup gugup karena itu penampilan pertamanya yang disaksikan oleh si senior tampannya.

Dayang terlihat begitu menawan dengan balutan pakaian adat dayaknya, rambut yang tergerai panjang seakan menambah kesan anggunnya. Di acara tersebut juga dihadiri oleh Irwan, yang rela meninggalkan tugasnya sejenak demi menyaksikan si gadis kesayangan tempil dengan menawan.

Irwan pun tak lupa mengabadikan momen tersebut menggunakan camera Nikon miliknya.

Prok prok prok…

Riuh tepuk tangan mengiringi penampilan tarian adat tradisonal dayak Maanyan tersebut.

"Ohh jadi perempuan cantik itu, asli orang suku dayak ternyata…---" bisik-bisik para mahasiswa/mahasiswi yang sedang sibuk membicarakan tentang Dayang.

"hahaha…

Sudah cantik, pintar, ramah berbakat. Lelaki mana yang tak terpesona dengan gadis itu bro!" ujar salah seorang teman sebaya Abas yang merupakan si senior kesayangan Dayang.

"Hmmpp, cukup menarik juga penampilan mereka.." tukas Abas dengan torehan senyuman tipisnya.

Bro, dengar-dengar anak jurusan psikologi pendidikan itu masih single! ujar teman si senior tersebut.

"Lantas, apa hubungannya denganku??" tukas Abas dengan wajah datarnya dan seakan tak peduli.

Aku hanya sekedar memberitahukanmu saja bro..---

"Dayang!!" ujar seorang pria memanggilnya ketika turun dari area panggung.

Kak Irwan, kakak datang juga? tanya Dayang dengan ekspresi terkejut.

"Iya Dayang, tadi kakak sudah stay sebelum acara dimulai," ujar Irwan dengan wajah dipenuhi senyuman, dan masih mengenakan jas putih kedokterannya.

"Kamu tidak ada jadwal kuliah kan?"

Hmmp, sepertinya tidak ada lagi kak.

"Yasudah, kalau begitu aku ingin mengajakmu rehat sejenak."

Oke kak, tapi saya berganti pakaian dulu kak. Ujar Dayang lalu bergegas berganti pakaian, dan saat keluar dari toilet wanita, ia berpapasan dengan Abas yang sedang terlihat asyik berbincang dengan seorang perempuan.

"Itu kak Abas…" gumam Dayang dengan wajah sendunya dan seakan merasa sedikit cemburu.

Sejenak ia berdiri sendu dibalik tembok turunan tangga, dan tak ia sadari si senior telah melihat dirinya yang terhenti sejenak.

"Kak Abas melihat saya," gumam Dayang dengan ekspresi terkejut lalu bergegas menuju parkiran tempat Irwan menanti dirinya.

Namun secara tiba-tiba Abas berjalan ke arah dirinya yang sedang merapikan isi tasnya.

"Dayang Winei," ujar Abas memanggil namanya untuk pertama kalinya.

Ahh kak Abas..—Dayang cukup terkejut saat melihat si senior kesayangannya sedang berdiri di sampingnya.

"Penampilanmu cukup bagus.

Selamat atas penghargaannya," ujar Abas memuji penampilan panggungnya bersama para rekan lain.

Terimakasih kak Abas, sahut Dayang dengan ekspresi wajah yang tersipu-sipu.

"Iya Dayang, itu pacarmu sudah memanggilmu," ujar Abas menunjukk ke arah Irwan sedang berdiri tepat di samping mobilnya sambil memanggil Dayang.

Maaf kak, itu kakak saya bukan pacar. Ujar Dayang berusaha meyakinkan si senior agar tidak gagal paham.

"Ohh yah..' ujar Abas dengan ekspresi terkejut.

Iya kak, saya duluan.. bye. Dayang punberanjak pergi meninggalkan Abas.

"Sudah selesai?" ujar Irwan sesaat setelah Dayang tiba di parkiran.

Iya kak, sudah selesai.

Keduanya pun pergi menikmati waktu hangout bersama.

"Kamu silakan pilih kemeja atau kebutuhan kuliahmu," ujar Irwan menawarkan agar Dayang memilih barang-barang yang pada saat itu berada di mall.

Tidak kak, saya harus berhemat.

"Hei, aku yang akan membayarmu. Oke" ujar Irwan dengan senyuman tampannya.

Tapi kak..---

"Sudahlah, ini ambil saja beberapa keperluan kuliahmu atau ke bagian kosmetik." Irwan mengajar Dayang menuju sebuah toko kosmetik, di sana Dayang bebas memilih apa saja yang ia inginkan. Namun, Dayang tak ingin memanfaatkan kesempatan tersebut demi kesenangannya sendiri.

Selama tiga tahun lebih Dayang hidup bersama keluarga besar Ranuar, namun Irwan belum juga memiliki kesempatan untuk mengutarakan perasaannya kepada Dayang. Begitu banyak pertimbangan yang harus

Irwan pikirkan, terlebih lagi ia tak ingin Dayang terbagi fokus dengan urusan percintaannya.

"Kediaman Ranuar Family"

"Tante, sepertinya aku harus pindah rumah!" ujar Irwan sembari menyantap buah segar bersama tante Sia di sebuah ruang keluarga.

Loh… kenapa Irwan?

Apakah, ada sesuatu hal yang tak pas di rumah ini? tukas tante Sia dengan ekspresi terkejut.

"Bukan tante, tapi aku rasa aku harus pindah dan lebih mandiri. Juga, ada beberapa plan ke depan nanti.." ujar Irwan sembari menghela napasnya.

Oke, kalau itu memang sudah menjadi keputusanmu.

Tante harap kamu tetap akan datang ke rumah ya…

"Baik tante.."

Irwan pun mulai berkemas, dan tinggal di sebuah asrama di sekitar rumah sakit tempat ia bertugas.

___________________*__________________

Yeahhhh.. akhirnya lulus sidang…

Yehhh.. makan makan… jalan jalan…---

Riuh suara para mahasiswa/ mahasiswi akhir yang baru saja menyelesaikan sidang skripsi, dan akan segera di

wisudakan.

"Hallo mama, abah… iyaa aku sudah menyelesaikan sidang skripsiku, dan akan segera di wisudakan akhir bulan depan…--- ekspresi kegirangan Dayang saat menelpon ayah dan ibunya.

"Dayang, akhirnya kita lulus yah," ujar Marin yang merupakan sahabat dekat Dayang.

Iya Marin, saya sangat senang!

Dayang terlihat sangat bergembira seusai menelpon ayah dan ibunya.

"Dayang, bagaimana kalau kita rayakan dengan pergi jalan-jalan ke mall!!"

Hmmp, sorry Marin..

Saya harus segera pulang, karena sepertinya akan ada acara keluarga. Ujar Dayang dengan wajah sesalnya karena tak bisa pergi bersama sahabatnya.

"Ohh sayang sekali… tapi taka pa-apa, lain kali saja yah.."

Oke bye bye Marin.

"Hmmp, akhirnya semuanya selesai dengan baik dan semestinya.." gumam Dayang sembari memeluk tumpukkan kertas-kertas skripsinya dengan raut wajah dipenuhi kebahagiaan.

"Kediaman Ranuar Family"

"Selamat Dayang…--"

Riuh ucapan selamat dari para anggota keluarga Ranuar Family, dan juga terlihat seorang pria gagah dengan postur tubuh tinggi tegap.

Pria tampan yang berkulit sedikit kecoklatan tersebut tersenyum manis kepada Dayang, dengan membawakan seikat bunga segar yang cukup wangi dan juga sebuah kantong tas.

"Selamat aniku sayang.." ujar si pria yang merupakan saudara kandung dari Dayang.

Tataku… (Sebutan untuk saudara lelaki dalam bahsa suku dayak Maanyan).

Dayang segera melangkah dengan cepat menuju arah saudara lelakinya.

"Kamu sudah semakin dewasa yah.." ujar sang kakak sembari mendekap adik semata wayangnya.

Tata, aku sangat rindu… Dayang menangis tersedu-sedu didalam dekapan sang kakak terkasih, semenjak memasuki sekolah menengah atas, sang kakak telah pergi merantau terlebih dahulu.

"Maaf, kakak baru beberapa bulan ini tugas menetap," ujar sang kakak sembari membelai rambut sang adik terkasihnya.

"Oke, karena semua sudah kumpul. Mari kita rayakan dengan memanggang bersama..—" Ujar Bara, selaku kakak tertua sebagai saudara sepupu dari keluarga Barakat.

"Bro Tama, tolong jangan bawa Dayang pulang dulu, karena Dayang belum menemukan belahan jiwanya," ujar Bara dengan menyeringai ke arah Irwan yang juga turut serta dalam acara keluarga tersebut.

"Hahaha.. tentu saja bro.

Aku selalu ingin yang terbaik untuk adikku, dan mama dan abah sudah cukup keras berjuang untuk masa depan kami berdua." Tukas Tama singkat, sembari meneguk kopi.

"Bro, apa yang kalian harapkan dari calon pasangan Dayang kelak??" tanya Ami, menyela perbincangan menegangkan hai Irwan tersebut.

"Kalau dari keluarga, yang penting lelaki itu bisa bertanggung jawab sepenuhnya dengan masa depan Dayang, tak perlu harus kaya harta tapi bagaimana dia bisa berbaur dengan keluarga dan mengasihi Dayang." Tukas Tama sembari merangkul adik terkasihnya.

Sementara itu, Irwan hanya diam termangu melihat sang kakak dari Dayang yang begitu gagah dan juga terlihat begitu menyayangi Dayang.

Sudahlah kakak, jangan diteruskan lagi! tukas Dayang disela perbincangan tersebut.

"Kenapa, kamu malu karena akan segera diwisudakan tapi belum mendapatkan pendamping…" ujar Tama, mencandai sang adik.

Ahh, apa-apaan kakak!! Dayang terlihat cukup malu saat Tama, sang kakak terkasih menggoda dirinya.

Yasudah, tama jangan menggoda adik perempuan kalian lagi. Semua, ayo kita makan bersama. Tukas tante Sia disela keriuhan suasana antar saudara sepupu tersebut.

"Dayang, maaf si momen kelulusan sidangmu aku tidak bisa hadir." Ujar Irwan sembari menyantap sosis bakar bersama Dayang dan duduk di pinggir kolam renang pribadi di kediaman keluarga Ranuar.

Iya kak Irwan, terimakasih atas ucapannya. Sahut Dayang dengan tersenyum manis.

"Dayang, ini hadiah atas kelulusanmu," Irwan menyodorkan sebuah kotak kecil persegi panjang, berwarna abu-abu gliter.

Apa ini kak Irwan? ujar Dayang sembari menerima pemberian dari Irwan.

"Silakan buka saat kamu sudah di kamar saja," tukas Irwan sembari mengusap kepala Dayang.

Terimakasih kak Irwan.. Dayang terlihat cukup senang lalu segera meletakkan kota persegi panjang tersebut di dalam sebuah lemari yang di sekitar lokasi acara keluarga tersebut.

Irwan terlihat begitu menikmati waktu-waktu yang ia habiskan bersama gadis kesayangannya.