webnovel

Apakah Ini Latihan?

Makhluk kecil itu berjalan ditemani dengan seekor gagak disampingnya. Ditangannya beberapa dedaunan telah terkumpul. Dengan ekspresi tak karuan, mereka segera mendatangi goa tempat mereka meyembunyikan temannya.

"Loh? Kemana Heros paman?" Akio membulatkan matanya begitu masuk dan tak menemukan pria itu disana. Padahal tadi ia terluka parah dan sedang terbaring dengan lemah.

Sedangkan gagak yang diajak bicara oleh Akio segera mengedarkan pandangan ke dalam goa walau sudah sangat jelas makhluk yang mereka cari tak ada di sana.

"Herooosss… Heroosss …."

Teriakan mereka silih berganti mencari Heros kesekitar goa.

"Bagaimana jika Hanzai tadi menemukannya paman dan berbuat sesuatu yang buruk padanya?" Akio berucap dengan cemas. Ia berlari kembali ke dalam goa lalu mulai mengendus-endus.

"Sial! Aku tak bisa membedakan baunya. Entah ini hanya bau Heros ataukah sudah bercampur dengan bau Hanzai."

"Paman, bagaimana ini? Apa yang harus kita lakukan? Bagaimana jika Hanzai membawanya?" imbuh Akio. Kaki mungilnya tak berhenti mondar-mandir tak tenang.

"Tenanglah Akio. Aku jadi pusing melihatmu berjalan kesana kemari seperti itu. Sekarang coba kau pikirkan, jika Hanzai membawanya, akan kemana kah dia dibawa?"

Akio berhenti melangkah. Ia mulai mencerna perkataan Kara barusan.

"Aku tak benar-benar tahu tempatnya, tapi Hanzai selalu membawa budaknya ke Immortal Land."

"Jadi mungkinkah dibawa kesana?"

"Bisa jadi paman. Kita hanya bisa berdoa agar Heros belum dilenyapkan."

Perkataan Akio makin membuat gagak itu pusing.

"Apa ada cara agar kita bisa kesana?" Kara cepat bertanya pada Akio.

"Paman, aku sungguh tidak tahu. Aku bisa kemari pun berkat portal yang dibuka oleh Hanzai. Jika ingin kesana, kita harus bisa membuka portal."

Kara menggerutu kesal di dalam hati. Jangankan untuk membuka portal, tahu dimana letak portal di dunia manusia saja tidak. Jadi bagaimana caranya untuk menemukan hal yang sulit itu?

"Paman?!! Itu Heros!" Tiba-tiba saja Akio berteriak dan berlari ke arah seorang pria yang nampak berjalan santai kearah mereka beberapa meter.

Pria itu hanya menatap mereka dengan datar. Begitu pula dengan mereka yang heran melihat Heros baik-baik saja.

"Kau tak apa, Heros?" Kara berputar mengelilingi Heros dengan dahi yang terus-terusan mengernyit. Ia bingung melihat Heros yang segar bugar. Ia seperti tak pernah terluka bahkan terlihat makin kuat saja.

"Aku tak apa." Heros kemudian duduk di atas bebatuan dalam goa itu.

"Bagaimana kau bisa sembuh secepat ini?" Kara merasa tak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya.

Akio juga ikut mendekat karena begitu tertarik.

"Aku juga tak tahu. Tapi sepertinya aura merah itu muncul lagi. Hanya saja ini tak seperti terakhir kali. Aku dalam keadaan sadar. Aku rasa aura itu menyembuhkanku," terang Heros kepada keduanya.

"Syukurlah jika kau tak apa." Kali ini Akio yang berbicara. Kara sedikit menatapnya namun kemudian mengalihkan lagi pandangannya pada Heros.

"Lalu kau tadi dari mana?" tanya Kara. Ia penasaran pada Heros.

"Aku mencari kalian. Aku bingung saja begitu sadar kalian sudah tak ada didekat sini."

"Oh … aku dan paman mencari obat untukmu. Tapi sepertinya kau tak membutuhkannya sekarang." Akio kemudian menyingkir ke pintu goa menyimpan dedaunan itu dengan rapi.

Kara mendekati Heros. Ia bertengger dengan perlahan dipundak pria dingin itu.

"Heros, jadi bagaimana sekarang? Kau sudah bertemu dengan Hanzai, dan jelas tahu dia ingin membunuhmu seperti rubah yang lain. Jika kau tak meningkatkan kekuatan, maka bagaimanapun kamu bisa kalah oleh mereka."

"Aku tahu, Kara …. Aku juga tak ingin tinggal diam seperti ini. Hanya saja aku tak tahu bagaimana caranya." Heros merasa aura merahnya dapat membantu namun Heros tak tahu cara kerja kekuatannya itu. Heros sama sekali tak mengerti cara membangkitkannya.

"Bagaimana jika berlatih denganku?" Akio berdiri menawarkan diri.

"Dengannmu? Kau terlalu lemah untuk itu."

Diremehkan oleh Heros, Akio jadi kesal.

"Jangan meremehkanku seperti itu. Ayo kita berduel di luar. Kita lihat siapa yang akan menang," tantang Akio dengan lantang. Wajah lucunya jadi kesal.

"Baiklah, rubah. Tapi aku harap kau tak menyesal jika bulumu rontok karena seranganku."

Heros tersenyum, ia keluar dari dalam goa itu diikuti Akio. keduanya saling menatap untuk beberapa saat sebelum akhirnya keduanya membuka aura mereka.

Rubah api seperti Akio melepaskan aura merah, begitu pula dengan Heros. Aura keduanya sama kuat. Namun Akio tak berhenti sampai disitu.

Begitu ia tadi berbalik, tubuh mungil itu sudah berubah menjadi besar. Akio berubah menjadi monster yang menakutkan. Dengan tubuh kekar yang berbulu serta gigi-gigi yang terlihat tajam, makhluk itu menatap Heros lekat-lekat. Ekornya memancarkan aura yang lebih panas dari tubuhnya.

'Tunggu dulu. Jika diperhatikan, aura merahku hampir mirip dengan milik Akio. Hanya saja auranya lebih lembut dari pada milikku. Apa karena aku setengah manusia itu sebabnya disaat normal auraku menjadi dingin seperti sekarang?'

"Apa yang kau tunggu Heros? Coba serang aku!" Akio berseru pada Heros yang terlihat melamun.

"Tidak. Serang aku lebih dulu," titah Heros sambil memantapkan auranya.

Akio yang mendapat kesempatan untuk menyerang duluan, langsung mengeluarkan kuku panjangnya yang begitu tajam. Ia berlari seperti kilat. Dan beberapa detik kemudian, makhluk besar berbulu itu sudah berada selangkah dihadapan Heros sambil mengangkat cakarnya yang siap menyerang Heros.

"CAKAR APIII!!!"

Tangan kekar Akio langsung saja mencari wajah Heros dihadapannya. Serangan itu benar-benar ingin merobek wajah siluman berdarah manusia itu.

Akio tersenyum smirk. Cakar api adalah serangan dasar dari siluman rubah. Cakar api dapat merobek kulit lawan dan membuatnya luka bersamaan dengan rasa terbakar yang sangat menyakitkan. Mengenai satu jari saja akan benar-benar gawat. Apalagi lebih dari itu, tubuh lawannya bisa koyak.

Dan sekarang, Akio menggunakan semua jari miliknya untuk menyerang Heros!

Heros yang melihat serangan Akio tak hanya diam. Ia mengerahkan bola anginnya untuk memukul tubuh Akio sehingga kecepatan serangan makhluk itu berkurang. Sehingga memungkinkan Heros untuk menarik dirinya dan menghindar.

SRASHHHH!!!

Angin bertiup kearah Akio. Makhluk itu menatap tajam Heros yang berhasil kabur darinya.

"Kau benar-benar ingin membunuhku? Kenapa bertarung seperti itu?" Heros berucap sambil matanya mengawasi gerakan Akio.

"Bukankah seharusnya kita memang bertarung dengan semestinya, Heros?"

Heros mengernyit. Bertarung dengan semestinya? Apa Akio tak hanya menganggap ini adalah latihan?

Melihat Heros yang bergeming, Akio mengambil gerakan kembali dan menyerang Heros. Siluman itu melayangkan pukulan terus menerus pada Heros.

Bugh!

Heros termundur beberapa langkah, perutnya terasa sakit begitu satu serangan Akio mendarat dengan cepat disana.

"Bagaimana Heros? Apakah kau akan menganggapku enteng lagi?"

Heros menautkan alisnya sambil meringis menahan perih pada bagian perutnya. Siluman itu menatap Akio dengan sungguh-sungguh.

"Baik. Aku juga tak akan segan-segan padamu lagi."

Hai-hai reader.. maaf autho baru bisa menyapa kalian lagi. Maaf sudah lama menunggu cerita Heros. Tetap semangat menanti Heros selanjutnya, ya.

FharasTheQueencreators' thoughts