webnovel

Daerah Rindu di Kala Corona Bertamu

Pandemi global telah memaksa kita untuk melakukan aktivitas di rumah, termasuk kerinduan. peristiwa kali ini, membuat rindu dan waktuku memanjang. Sebagai seorang perantau, proses romantisme di era saat ini, dapat dilakukan lewat jejaring media sosial. pertemuan yang muskil memaksaku untuk berkhayal tiap malam. di samping itu, kegiatan sehari-hari selalu aku kabarkan kepadanya; kepada Rofi.

Habibi_Khimas_43 · Realista
Classificações insuficientes
2 Chs

2

Ah. Udara sore ini serasa hambar, Aku kira hujan yang baru saja turun membawa kesejukan. Kenyataan hari ini, tidak seperti hari-hari biasanya ketika menikmati suasana selepas hujan.

Sekarang, aku sedang memegang ponsel dan jemari yang mulai mengetik membalas pesanmu di WhatsApp. Namun, jemarimu lebih cepat mengetik dari pada jemariku. Kau lebih banyak menghantam kesunyianku, dengan kicauan nada pesan masuk dan getar ponsel yang menyala. Padahal, aku jarang sekali menghadirkan sosok gelisah saat membalas pesanmu.

"Rofi, kenapa saat kau berduka, penjelasanmu sangat tidak jelas?"

Bukankah aku sudah memberi saran berkali-kali. Bahwa, menyembunyikan keadaan di antara kita, hanya akan menambah prasangka dan memperkeruh suasana.

"Apakah wanita seperti itu di saat berduka?" tandas batinku.

Aku sangat khilaf Rofi, telah menuduh kesejukan selepas hujan adalah perusak suasana hati. Aku juga tidak mau menyalahkanmu karena tidak memberi penjelasan –yang jelas. Aku akan menyalahkan diriku sendiri sebagai "Kekasih Otoriter". Mungkin dengan gelar itu, dapat mengingatkanku pada keegoisan yang tertanam di diri ini.

Oh iya Rofi, walaupun kita sudah menjalin rindu. Kau masih belum tau dimana aku singgah dan aku pun belum tau di mana kamu singgah. Kita hanya mengetahui tempat singgah tanpa tau jelas, keadaan tanah dan tetangga sebelah. Sementara waktu, aku akan memberi tau tempatku yaitu daerah paling ujung dari daerahmu. Bagian yang memiliki empat sumber mata kehidupan: air, tanah, udara, dan cahaya. Tepatnya di tepi pantai, Rembang, Jawa Tengah. Disamping kanan-kiri rumahku ada rumah tetangga. Mereka sangat ramah terhadapku dan keluarga. Ada yang biasanya menanyakan kabar ketika aku pulang; ada yang biasa memuji tanpa tau kalau sebenarnya aku tak suka dipuji; ada yang biasa mengajak bercanda dan hanya ku balas senyum tanpa suara. Mereka biasa memanggilku Husni. Itulah tentanggaku Rofi, semuanya bervariasi; beragam. Seperti halnya manusia lain di penjuru dunia. Mungkin tak jauh beda dengan tetanggamu.