webnovel

Crystal Grains

Kekacauan antar kekaisaran elemen mengakibatkan runtuhnya berbagai sekte dari berbagai kekaisaran di benua. Benua Tianshu, dimana terdapat banyak master bela diri berkembang diantara kekaisaran dan sekte yang sudah berdiri ribuan tahun yang lalu. Perang dimana mana, pengorbanan dimana mana, tidak ada yang tahu kapan peperangan akan berakhir. Di abad ini, seorang gadis yang belum berusia 20 tahun menginjakan kaki di benua dengan tidak terduga. Seorang gadis modern dari Shanghai, Fang Yin, menjadi seorang master bela diri dengan dasar spiritual kosong yang dianggap lemah. Tapi siapa sangka bahwa teknik bela diri yang ia bawa dari Shanghai begitu unik ditambah lagi beberapa rahasia tentang dirinya sendiri perlahan terungkap. *** "Namaku Fang Yin, panggil aku Crystal. Siapapun yang menganggap dasar spiritual kosong hanyalah pajangan di pintu gerbang, bersiaplah dengan kekalahan." - Fang Yin -

Chintyaboo · Fantasia
Classificações insuficientes
13 Chs

Fang Yin Vs Banteng Tanduk Rusa

Selama setengah tahun Fang Yin berlatih. Pelatihannya sudah nyaris mencapai tahap akhir dan dia sudah berlatih berbagai macam teknik bela diri dengan cepat. Walau belum begitu menguasainya, tapi setidaknya sudah cukup untuk bela diri. Huan Yue mengatakan, bahwa seminggu lagi mereka akan berangkat ke desa Qingshan untuk berlatih. Selama disana, Fang Yin akan melatih segalanya termasuk bela dirinya. Ujian kali ini begitu rumit, kemungkinan besar akan mengalami banyak masalah berdasarkan sifat Fang Yin yang ceroboh dan tidak bisa diam.

Fang Yin berlatih teknik pedang dan panah sebagai senjata utamanya. Setiap sore, dia melatih ketepatan anak panahnya berulang ulang dengan tingkat kesulitan yang semakin meningkat. Kemudian dia juga mendalami beberapa ilmu pedang bersama Huan Yue, Fang Yin ingat beberapa teknik pedang dalam film dan dia mencobanya. Tidak sesulit yang dia kira, dia bahkan bisa memutar mutarkan pedangnya dengan cepat tanpa harus diikat ikat. Tubuhnya juga menjadi sangat ringan. Dia bisa melompat dengan tinggi dan mendarat layaknya bulu, teknik yang diajarkan Huan Yue sangat berguna dan menyenangkan. Kecepatannya sudah tidak diragukan lagi, walau masih kalah dengan master serangan kecepatan, tapi setidaknya dia bisa sedikit menyamakan berkat kelincahannya.

Fang Yin diajarkan menggunakan pisau terbang dan itu efektif untuk serangan jarak jauh selain panah. Dia melatih pisau terbang seperti panah dan dengan ketepatan dan kecepatan luar biasa. Dalam kurun waktu hampir setahun ini, Fang Yin membuat banyak perubahan besar. Umurnya belum 20, tapi sudah menyamakan dengan kekuatan diatas 20. Bisa dibilang, Fang Yin adalah jenius di benua ini. Kepintaran teorinya juga mencapai batas, dia mengingat semua yang ada dalam buku dan mempraktikannya seperti mempraktikkan beberapa formasi dan ilmu bela diri. Sudah banyak ilmu bela diri dalam dirinya, dan merindiannya juga semakin meluas. Meski dia mudah lelah, tapi itu dulu, sekarang dia sudah terbiasa. Seharusnya dia mencapai syarat untuk berkultivasi, perubahan ini membuat Huan Yue merasa luar biasa, dia tidak pernah sesenang ini sebelumnya.

Seminggu telah berlalu, Fang Yin dan Huan Yue melakukan perjalanan menuju Desa Qingshan disebelah barat daya pegunungan. Jaraknya sekitar 300 Li dari hutan Laowai, tempat Fang Yin berada. Butuh waktu dua hari untuk sampai dengan kuda yang mereka tunggangi, hanya dua hari itu tidak terlalu lama.

Sudah seharian perjalanan, Fang Yin dan Huan Yue memutuskan untuk istirahat sebentar. Mereka juga manusia yang butuh istirahat, apalagi kuda yang mereka tunggangi juga terlihat lelah. Fang Yin pergi kearah sungai karena persediaan air minumnya habis, dia harus banyak minum air agar tidak selalu kelaparan selama perjalanan, ini juga merupakan latihan bertahan hidup yang diajarkan Huan Yue. Memang, Huan Yue cocok untuk mendirikan akademi.

Fang Yin mengambil air disungai dengan tenang, kemudian Huan Yue datang memanggilnya tiba tiba.

"Xiao Qin."

Fang Yin sedikit tersentak denga suara tegas Huan Yue. Meski sudah terbiasa, tapi tetap saja Fang Yin lemah terhadap suara lantang. Itu sebabnya Huan Yue membawanya ke desa Qingshan untuk menjalani penekanan alami dalam pelatihan.

Fang Yin menoleh ke arahnya dengan bertanya tanya. Kemudian Huan Yue melanjutkan kalimatnya. "Malam akan tiba, akan lebih baik untuk bermalam disini. Aku pergi mencari kayu bakar, tunggulah."

Fang Yin mengangguk setuju kemudian melanjutkan kegiatannya sedangkan Huan Yue berbalik pergi. Setelah memastikan botol penuh, Fang Yin berdiri dan menutup botol kemudian berbalik menuju kuda. Dia belum memberi makan kuda, pasti kuda kuda itu kelaparan selama perjalanan panjang.

Baru saja melangkah beberapa langkah, sebuah suara masuk ke telinga Fang Yin. Sebuah endusan yang mengerikan, suasana bahkan menjadi hening sama ketika serigala iblis menyerang. Fang Yin berbalik dan melihat sosok rusa? Tidak! Itu banteng dengan tanduk rusa! Tanduknya bahkan lebih tajam dan kokoh, sangat mudah untuk menikam mangsa sekali serangan dan mangsa tidak memiliki kesempatan untuk membela diri. Fang Yin tahu banteng itu tidak berniat baik padanya, meski Fang Yin tidak melakukan kesalahan sedikitpun sama seperti ketika diserang serigala iblis.

Bela diri Fang Yin masih belum cukup baik berdasarkan ranking dunia ini. Jika di dunia sebelumnya, bisa dibilang Fang Yin hebat dan dapat mengalahkan preman manapun, bahkan bisa menjadi pembunuh berantai. Tapi disini, Fang Yin bukan apa apa, dia hanya seorang anak remaja yang belum 20 tahun dan sudah berkelana di hutan sendiri dengan bingung dan sok hebat.

Banteng itu mendengus, mempersiapkan kaki dan tanduknya  menyeruduk Fang Yin kapanpun. Fang Yin sama sekali tidak bereaksi, dia masih berusaha untuk tetap tenang. Huan Yue bilang, jika dihadapkan dengan musuh, jangan panik atau merasa rendah, tetap tenang dan percaya diri. Kepercayaan diri adalah senjata ampuh untuk memenangkan pertandingan.

"Bro! Katakan apa salahku?" Fang Yin dengan bodohnya bertanya. Tanpa sengaja dia telah memprovokasi banteng gila itu dan tanpa aba aba langsung berlari menyeruduk Fang Yin.

Dengan cekatan, Fang Yin melompat ke atas pohon tanpa memanjat, tubuhnya tampak terlalu ringan dan dengan muda melompat ke pohon seperti melompat ke atas meja. Dia sebenarnya takut, tapi untuk apa takut disaat nyawanya terancam? Justru disaat saat seperti ini, pikirannya harus tetap tenang jika ingin bertahan hidup. Dengan menghindar, Fang Yin menyelesaikan langkah pertama dalam pertarungan sepihak. Fang Yin tidak ingin bertarung untuk saat ini, jadi dia memilih duduk santai di pohon, memperhatikan banteng yang terus menggeram menatapnya diatas pohon dengan mata merah itu.

"Hei! Punya masalah apa, sih? Aku janji tidak akan membuat masalah padamu, aku tidak akan mengusikmu, aku tidak akan membunuhmu. Kau banteng pintar, tidak akan memprovokasi manusia sembarangan, 'kan? Lihatlah tanduk indahmu, seharusnya kau takut akan diambil manusia."

Mendengar omong kosong Fang Yin, banteng itu semakin marah dan malah menyeruduk pohon yang ditempati Fang Yin hingga terguncang. Fang Yin berpegangan dengan erat menahan guncangan, kemudian melihat banteng itu yang lagi lagi menatapnya, berdecak sebal.

"Waktu adalah uang. Jangan buang waktu berhargamu dengan menghadapi gadis durhaka sepertiku. Aku hanya anak kecil, dagingku sangat sedikit, kau lihat? Sekurus ini! Sangat tidak bernutrisi untuk pelatihanmu," kata Fang Yin kemudian bergumam sebentar. "Mungkin banteng ini akan enak jika dimasak. Jarang jarang bisa makan banteng bertanduk rusa." Memikirkannya, Fang Yin terkikik seperti orang gila. Walau tubuhnya kerempeng, anak satu ini sangat doyan makan.

Banteng itu merasa terprovokasi dan semakin marah. Dia menggunakan segenap tenaga dan menabrak pohon lagi hingga guncangan menjadi jadi. Fang Yin nyaris saja jatuh dari pohon, dia mengencangkan pegangannya, memeluk batang pohon seperti anak kecil yang habis dikejar anjing. Banteng itu merasa semakin jijik melihat Fang Yin, dia semakin marah dan menggunakan seluruh tenaganya untuk meruntuhkan pohon.

Dengan suara yang keras, pohon nyaris saja tumbang. Beruntung pohon tidak tumbang, namun Fang Yin terpeleset dan jatuh dari pohon. Dia mengerang kesakitan, memegangi bokongnya yang sakit terbentur tanah. Apa dia bisa dibilang seorang ahli? Hanya jatuh dari pohon dia sudah seperti itu. Bahkan banteng sendiri merasa heran dan tidak percaya bahwa gadis ini adalah ahli spiritual seperti yang biasa banteng itu temui, banteng benar benar meragukannya!

Tidak mau berlama lama lagi, banteng itu menyiapkan Acang acangan untuk menyerang. Mengarahkan tanduknya untuk menikam Fang Yin dan berlari secepatnya hingga tanah terguncang. Fang Yin membelalakkan mata, dia langsung berguling dan nyaris tercebur sungai.

"Tidak bisakah kau sedikit lembut dengan gadis kecil?" Fang Yin mengerang. Banteng tidak mau lagi mendengar omong kosong Fang Yin, dia sudah muak mendengarnya. Sebelum Fang Yin melanjutkan kalimatnya, banteng menyerangnya kembali dan membuat guncangan hingga Fang Yin tidak bisa kemana mana.

Banteng tersebut membuat tekanan gravitasi yang kuat, Fang Yin tidak bisa bergerak dan berusaha untuk bangkit. Fang Yin mengambil pisau terbang dari sakunya kemudian dilemparkan ke arah banteng, alhasil tidak ada yang terjadi, justru banteng semakin marah merasa dikucilkan dengan pisau kecil. Pertahanan banteng sangat kuat hingga pisau setajam itu tidak berhasil menembusnya. Fang Yin menggunakan cara lain untuk bertahan. Dia menggunakan pedang, kemudian mencari celah area gravitasi dan keluar dari tekanan. Area gravitasi banteng ini tidak luas dan tetap, jadi Fang Yin dengan mudah mendapatkannya walau sulit bergerak.

Dengan terpaksa, Fang Yin harus melawannya dan mengangkat pedangnya. Pedang Fang Yin terbuat dari es mengkilap yang tidak akan pernah mencair. Huan Yue mendapatinya dari daerah Utara dan menjadi harta terbaiknya, kini jatuh ke tangan Fang Yin.

"Kalau begitu, jadilah makan malamku!" Bahkan dalam keadaan seperti ini dia masih sempat memikirkan makanan.

Fang Yin berlari, mendekati banteng karena tidak bisa menggunakan senjata jarak jauh. Kekuatan spiritualnya belum dilatih, dia tidak bisa melawan dengan itu dan hanya bisa dengan cara manual. Lagipula, banteng bertanduk rusa sama seperti serigala iblis yang memiliki tingkatan ke-4. Fang Yin menggunakan teknik pedang "Sapuan mata". Meletakan tangannya dipinggir pedang dan mengedarkannya ke arah banteng dnegan kuat. Kedua tangannya secara alami bergerak sesuai keadaan dan diputar kembali ketika mundur. Teknik ini mengandalkan kecepatan, kecepatan Fang Yin sudah mencapai tipe serangan kecepatan tingkat satu, tidak diragukan lagi akan membuat si banteng bingung.

Tubuh Fang Yin berputar ke atas kemudian mengarahkan pedangnya ke bawah tepat dimana banteng berada. Pertahanan banteng sangat kuat, banteng membentuk perisai ditubuhnya hingga menolak serangan Fang Yin dan sedikit menjauh. Fang Yin dengan cepat mendorong pohon dengan kakinya dan dia kembali ke arah banteng. Pedang berputar dengan cepat tepat didepan banteng dikombinasikan kekuatan yang cukup membuat tingkat master dan warrior bergetar. Fang Yin melompat ke atas menghalau perhatian banteng kemudian melancarkan serangan melintang ke tubuh banteng.

Serangan kedua, berhasil menyayat kulit banteng hingga darah keluar membasahi tubuh banteng, tapi tidak berhasil mengenai alat vitalnya. Banteng semakin marah, kemudian membuat tanah kembali bergetar hebat. Fang Yin kehilangan keseimbangan dan jatuh, berusaha mempertahankan posisi dan pandangan tetap pada banteng cokelat itu.

Banteng mengeluarkan suara raungan keras yang berhasil membuat gendang telinga Fang Yin nyaris pecah. Gelombang suara itu memberi tekanan yang menyakitkan, orang biasa akan mati dengan kelima indera yang berdarah jika sudah seperti ini. Sepertinya banteng sudah putus asa dan mengeluarkan kartu trufnya untuk mengalahkan Fang Yin. Melihat Fang Yin melemah, banteng memperkuat guncangan hingga beberapa pohon runtuh nyaris mengenai Fang Yin. Mata banteng semakin memerah seperti darah, dia berlari dengan guncangan menakutkan kearah Fang Yin dengan tanduk yang di codongkan.

Fang Yin tersentak, baru menyadari tentang tanduk rusa yang tepat didepannya. Fang Yin menahannya dengan pedang, tanduk yang begitu keras dan dia sulit menahannya. Tanduk tajam itu tepat didepan wajahnya, Fang Yin terus termundur hingga terpojok dibebatuan. Dia tidak kuat menahannya lagi, tekanannya terlalu kuat dan tangan Fang Yin merasa sakit seperti ingin patah. Punggungnya sudah sakit berusaha menahan batu dibelakangnya, ini begitu menyakitkan.

Kemudiam Fang Yin menyadari sesuatu. Bebatuan diatasnya tidak sepenuhnya menempel. Dia menunduk kebelakang, menarik pedangnya membiarkan dirinya merosot kedepan sedangkan tanduk banteng mengenai bebatuan dan tertancap disana. Fang Yin merosot dan berguling ke samping, melihat banteng yang terjebak, dia masih belum bisa merasa aman. Sebelum banteng benar benar mati, dia baru boleh merasa lega.

Kemudian Fang Yin mengambil panah dari cincin ruang kemudian mengarahkannya ke arah bebatuan. Anak panah biasa tidak bisa menembus kulit tebal banteng, jadi dia membidik ke arah bebatuan. Anak panah dilepaskan dan tepat mengenai celah bebatuan. Bebatuan tersbeut runtuh, banteng yang terjebak baru bisa lepas, tapi bebatuan sudah telanjur mengenainya dan menimbunnya bertubi tubi. Meski tidak mati, banteng tetap merasa lemah dan tidak berdaya, setidaknya dia sudah cacat fisik berkat Fang Yin.