Ke esokan harinya.
Briel mengerjapkan matanya. Pertama kali dia menatap langit-langit yang begitu asing baginya.
'Di mana ini?' batin Briel bingung.
Ah, tunggu dulu. Kenapa rasanya perutnya seperti tertindih suatu beban? Briel menoleh ke samping, dia membulatkan matanya ketika melihat wajah pulas Erland dengan deruan napas yang terdengar sedikit kasar tetapi wajahnya begitu tampak tangan. Seketika gelenyar dingin menyentuh kulit tubuhnya. Seketika dia tersadar bahwa tubuhnya di balik selimut tak terbalut sehelai benang pun. Dia lantas mendudukkan tubuhnya perlahan. Dia mencoba mengedarkan pandangannya dan di bawah sana tampak berantakan.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com