**Warning**
Ada adegan 18+ (just bloody) yang mungkin membuat pembaca sedikit kurang nyaman. Mohon maklum. Terima kasih.
_______________________________________
Aim membuat Athan untuk membantunya mencari makan, karena Aim hanya bisa memakan jiwa yang membuat kontrak dengannya yang dianggapnya terlalu lama. Pada masa itu, masih banyak penyihir yang dapat memperpanjang usianya. Aim mempertaruhkan setengah nyawanya untuk membuat Athan. Tak masalah baginya karena ia bisa memangsa lebih banyak lagi jika ada Athan. Ia membuat Athan khusus untuk memakan manusia yang akan ia makan jiwanya. Seseorang yang telah di makan seekor iblis, ruhnya tidak akan pernah bisa sampai ke surga atau neraka sekali pun. Ya, dan yang Aim makan adalah ruh atau jiwanya yang terjebak di dunia bersamanya. Ia tidak memakan daging manusia. Itu menjijikkan baginya.
Sejujurnya, Aim membuatnya dengan desain asal kecuali bentuk kepalanya yang terbentuk saat ia kebetulan tengah memikirkan serigala dan beruang yang dipelihara salah satu penyihir gila hanya untuk bertarung sampai mati dan bahan eksperimennya. Jadi ia menggabungkan kedua hewan itu dan membentuk Athan menjadi sesosok makhluk kegelapan tanpa ekor dan tanduk. Sebentuk penghinaan sebenarnya, karena iblis rendahan biasanya tidak memiliki ekor dan tanduk. Dan ia membentuk Athan menyerupai bayangan hidup, dengan beberapa keterbatasan yang menurutnya tidak diperlukan.
Sudah lama sekali sejak terakhir kali ia melepaskan Athan karena sudah tidak memerlukannya. Ia sudah mencapai tujuan akhirnya menduduki takhta saudaranya dan kekuatan yang ia kumpulkan berabad-abad menggunakan Athan sudah terlampau melebihi ekspetasinya. Setelah perebutan takhta, ia menghapus semua tanda yang ditinggalkannya di dunia manusia agar tak ada yang mengganggunya. Kini tak ada yang berani menantang mahkotanya. Jadi ia membebaskan Athan dengan syarat ia harus kembali dan patuh padanya jika diperlukan karena ia merasa belum saatnya untuk mengembalikan Athan pada dirinya.
Dan benar saja, sepertinya peliharaannya terlibat sesuatu yang menarik. Ia bosan hanya duduk di singgasana kebesarannya. Lagi pula tidak ada yang menantangnya sama sekali, apa lagi yang harus ia khawatirkan? Pemerintahannya akan tetap berjalan walau tanpa dirinya, ia sudah menunjuk beberapa iblis kepercayaannya untuk mengatur kerajaannya, jadi ia tinggal berleha-leha dan menikmati semua hasil kerjanya berabad-abad.
"Ilithya," panggilannya di jawab kelotakan sepatu dan debuman pintu besar yang terbuka dan menutup jauh di depannya yang terselimuti kegelapan. Suara langkah itu semakin mendekat dan menunjukkan wujudnya sebagai seorang gadis cantik pucat yang suram.
Aim menyeringai. Bahkan ia berhasil menaklukkan musuh bebuyutannya--si malaikat pencabut nyawa--dan menjadikan dia salah satu pelayan yang dipercayainya. "Aku akan pergi beberapa lama, kau awasi mereka. Mengerti?"
Ilithya mengernyit pada dahi pucatnya, di mana terdapat mata ketiga palsu yang Aim tanamkan sendiri tepat di antara kedua matanya sebagai bentuk penghinaan lain untuk malaikat itu. Menandainya sebagai salah satu dari iblisnya. "Kemana?"
"Bukan urusanmu," jawab Aim. "Tenang saja, aku akan sesering mungkin mengirim kabar padamu agar kau tidak rindu padaku."
Seringaiannya semakin lebar melihat kernyitan tak suka dari gadis itu semakin dalam. "Baiklah."
Setelah membungkuk kaku yang singkat dan sedikit lirikan sinis, Ilithya pergi meninggalkannya di ruang singgasana.
_____________________________________________________
Athan memutuskan untuk mengambil mayat Cheryl sendirian, ia meminta Achlys untuk menunggu. Sudah lewat satu hari sejak kejadian itu. Darahnya sudah mengering, bau busuk sudah menguar, tapi Athan tetap mengambil daging itu. Ia lapar. Dikoreknya tumpukan sampah itu dan menemukan potongan besar-kecil daging yang tak rata. Beberapa daging sudah terkelupas dari tulang. Baunya seharusnya sudah mengundang para warga untuk memeriksa, namun entah kenapa sepertinya tidak ada yang mengusik mayat ini. Dibiarkan begitu saja. Apa ada seseorang yang membantu Achlys? Sepertinya tidak. Seharusnya tidak. Dari cerita Achlys, dia melakukan semuanya sendirian yang untungnya tidak membuatnya segera tertangkap walau ini sangat mencurigakan. Orang tua gadis malang ini pasti mencarinya. Ia harus segera membawa Achlys pergi dari sini. Tapi bagaimana dengan orang tua Achlys?
Satu-persatu potongan daging dan tulang yang tidak rata itu ia masukkan ke dalam karung yang ia bawa. Athan tidak bisa mencerna makanannya dalam wujud manusianya, ia harus membawanya ke rumahnya dan menikmatinya dengan tenang. Senyum kecil muncul di bibirnya tanpa sadar. Setelah sekian lama akhirnya ia bisa memakan sesuatu yang memang harusnya ia makan. Dirinya memang bisa tidak makan berabad-abad lamanya selama nyawanya tidak terancam, tapi tetap saja perutnya masih bisa merasakan lapar. Apa lagi banyak manusia yang berkeliaran, membuatnya hampir gila yang diatasinya dengan camilan coklat batangan. Untungnya itu cukup untuk membuat mulutnya sibuk mengunyah dan mengalihkan pikiran dari banyaknya daging segar yang melintasi dirinya selama bertahun-tahun. Juga ia mencoba daging hewan. Rasanya tak buruk, tapi itu bukan makanannya. Ia merasa seperti predator karnivora yang dipaksa memakan sayuran setiap hari dan ia tak bisa memprotesnya.
Bayangan masa-masa ia memakan sayuran itu akhirnya terbayarkan. Kakek tua itu ternyata benar. Athan tadinya mulai cemas jika ia akan mati kelaparan karena ikatan kontraknya sendiri. Sekarang, karungnya sudah lumayan membebani berat tubuh manusianya. Ia cukup terkejut menyadari dirinya sudah tidak terbiasa lagi mengangkut hal yang dahulu sangat sepele baginya. Dan ia kembali terkejut mendapati kepala dengan leher terkilir yang terlihat menyakitkan dan wajah yang rusak parah di balik tumpukan sampah terbawah, koyakan daging dan darah kering mengerikan menutupi seluruh wajahnya yang sudah tidak berbentuk. Athan menatap kepala itu beberapa saat sebelum memasukkannya ke dalam karungnya. Tak terpikir olehnya jika Achlys menjadi separah ini. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Ia hanya harus menahan gadis itu agar tidak terjerumus semakin jauh, kan? Sejauh ini, Achlys jauh sekali dari hal-hal berbau mistis semacam dirinya. Yah, hanya dirinya makhluk mistis yang dekat dengannya, sih.
Pekerjaannya sudah rampung. Athan mengaduk tumpukan sampah itu beberapa kali untuk memastikan dan mengelilingi tempat kecil itu hingga ke semak-semak. Ia mengangguk puas setelah tidak ada yang tertinggal. Hanya saja ia bingung dengan darah dan bau busuk dagingnya, mungkin sekedar di siram air pun tidak akan langsung menghilangkan bekasnya. Athan mengernyit memikirkan waktu yang akan terbuang membersihkan tempat itu dan mulai bertanya-tanya kenapa Achlys tidak memberitahunya kemarin saja.
Dalam kebimbangannya, suara helaan napas panjang membuatnya terkejut setengah mati. Ia tidak merasakan keberadaan siapa pun bahkan hidungnya hanya mencium bau sampah dan daging busuk. Mungkin wujud manusianya membuat hidungnya tumpul. Tapi sepertinya tidak mungkin. Telinganya juga tidak mendeteksi apa pun. Athan panik dan bergegas bersembunyi dalam bayang-bayang tipis pohon, namun diurungkannya saat ia melihat sosok yang sangat ia kenal selama hidupnya.
Matanya membelalak lebar, tubuhnya membeku. Dan sang Pangeran menunjukkan dirinya perlahan, meninggalkan selubungan kegelapan yang menghilang setelah kehadirannya, menguatkan gelapnya bayang tipis pohon, menciptakan nuansa suram di sekitarnya. Kegelapan dan kengerian mulai merayapi alam bawah sadar Athan.
"Hai, kawan. Lama tak jumpa. Sepertinya kau sibuk sekali mengais sampah," Aim terkekeh geli melihat reaksi Athan. "Mari berbagi beberapa cerita menarik, eh?"
Athan hanya bisa terdiam menatapnya, tak mampu membalas kata-katanya.
Mata merah gelapnya menelusuri Athan yang masih terpaku dari atas ke bawah dan mengernyit sedikit. "Kenapa kau meniruku? Tidak ada wujud lain, ya? Apa, sih, kenapa diam saja?"
Akhirnya Athan menggerakkan tubuhnya dengan susah payah, membungkuk kaku dengan formal. "Tuan."
Aim menjentikkan jarinya. "Ah, aku lupa. Kau masih belum lancar bicara." Athan memberanikan diri menegakkan badannya dan mengangguk ragu yang di balas Aim dengan senyum miring, hampir menyeringai. "Tenang saja, aku akan menyempurnakanmu untuk memberitahuku segala yang kau tahu, tapi bawa aku ke tempat kau menyembunyikan manusia manismu itu."
Harusnya Athan tak terkejut jika Aim tahu mengenai Achlys. Tapi tetap saja ia terbata-bata mengiyakannya. Selama ini ia sudah sangat berhati-hati bahkan sampai tidak makan dalam kurun waktu yang panjang.
Setelah memulihkan dirinya sepenuhnya, Athan membimbingnya ke rumahnya yang tak jauh dari sana. Pikirannya berkecamuk kacau. Kacau sekali. Ini diluar dugaannya. Seharusnya Pangeran gila ini tidak akan pernah lagi menjejakkan kakinya di tempat manusia berada. Kemudian Athan memikirkan Achlys. Seberapa besar kemungkinannya? Ia tidak akan bisa lepas dari lingkaran setan ini jika Aim berhasil membujuk Achlys.
Di belakangnya, Aim tertawa lepas. "Aku bisa merasakan ketakutanmu, makhluk kecilku."
Athan merinding mendengarnya. Ia tak yakin berharap mati atau memohon dilepaskan lagi darinya. Karena kenyataannya, selama Aim masih hidup, Athan tidak akan pernah bisa lepas dari penciptanya yang bisa memakannya sendiri sewaktu-waktu. [ ]