"Apa ini?" tanya Devan menunjul satu amplop coklat lumayan besar yang dikirimkan padanya dari Sadewa. "Jangan lo pikir gue sekarang miskin lo bisa terus-terusan bungkam gue dengan uang," sambungnya ingin mematikan sambungan teleponnya.
"Ini yang kedua kalinya gue kirim uang ke lo, dan dua kali lipat dari hari biasanya," Devan memutar bola matamya malas, jika sudah ada kata dua kali lipat dari sebelumnya maka Devan akan menerimanya.
Tidak mungkin Devan menolak uang sudah ditangannya seperti ini jika keekonomiannya saja sudah sangat mencekiknya. "Apa mau lo," Sadewa terkekeh mendengarnya.
Dia lega sekarang, selain Devan sangat menurut padanya, ada malasah besar lagi yang membuatnya takut. Sadewa takut mulutnya besuara dan membuatnya mati kutu karena semua rahasiannya ada pada Devan.
"Gue enggak minta yang aneh-aneh ke lo, cukup tutup mulut dan gue akan kasih lo uang setiap bulan dua kali lipat dari bulan kemarin," Devan sedikit berpikir intens sekarang.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com