"Ayo keluar," ajak Sana pada Wiga, pacarnya menggelengkan kepalanya menolak. "Tugasku banyak," Sana mengeluh lelah menghadapi Wiga yang hanya banyak diam dan tidak asik akhir-akhir ini.
"Besok?" Wiga kembali menggelengkan kepalanya tidak menerima, Sana menaikan satu alisnya bingung. "Lusa?" Wiga kembali menggelengkan kepalanya menolak. "Akhir pekan?" Wiga menggelengkan kepalanya oelan sekali. "Minggu besok?" Wiga menggelengkan kepalanya kembali melayangkan penolakan.
"Bulan depan?" tanya Sana dengan mendatarkan wajahnya menarik perhatian Wiga, sayangnya Wiga masih menggelengkan kepalanya tidak menerima. "Aku kerja," Sana menghela nafasnya berat. Dia tahu sekarang.
"Stop kerja satu hari enggak akan membuat kamu enggak makan satu hari," ucap Sana mengusulkan ide gilanya pada Wiga. Wiga merasa terlaihkan fokosnya dari pekejranannya. "Libur atau cuti digaris bawahi sama dengan tidak akan menerima gaji," Sana menyandarkan keplaanya pada sandaran kursinya sendiri.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com