"Kamu melupakan satu hal, Cahyo," ucap Bram.
Cahyo terdiam, dia menerka-nerka maksud ucapan Bram dan sepertinya dia telah menyadari satu hal. Yaitu, tentang Allena.
"Apa ini tentang Allena?" tanya Cahyo.
Bram hanya diam seraya menatap Cahyo dengan datar.
Cahyo menghela napas panjang.
"Masalah Allena, bagaimana pun dia yang akan memutuskan. Aku tak bisa memaksanya. Lagi pula, dia sudah mengatakan pada anakmu, bahwa dia akan memberikan anakmu waktu selama dua minggu. Aku rasa, kita hanya perlu bersabar hingga satu minggu ke depan," ucap Cahyo.
"Oh," Bram lagi-lagi hanya beraksi datar membuat Cahyo merasa tak mengerti ekspresi macam apa yang di tunjukan oleh Bram.
"Sayangnya, masalah itu akupun tahu. Tapi, masalah lainnya," ucap Bram.
"Apa itu?" tanya Cahyo bingung.
"Hem..."
Bram memanggil sekretarisnya, dia meminta sebuah berkas dan sekretarisnya memberikan berkas di tangannya pada Bram. Setelah itu, Bram pun meminta sekretarisnya meninggalkan ruangan itu.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com