webnovel

Part 4

~Sebuah gravitasi baru saja runtuh menjadi lubang hitam dan menyeretku ke dalamnya~

***

Author

"Heh, lo!" Suara seorang gadis dan tarikan dari sebuah tangan membuat Ero berbalik.

"Lo yang namanya Ero?" tanya gadis yang sekarang sudah melepaskan tangannya dari bahu Ero.

Bego ya nih orang. Kalo gue jawab nggak, asik kali ya

"Ya, perlu apa?" Ero balik bertanya. Gadis rambut pirang itu berdecih.

"Lo gak usah chat-chat sama Nata lagi!" Nadanya rendah tapi penuh penekanan membuat Ero malah tersenyum kecut.

Perasaan yang ngechat duluan Nata deh, itu pun gue cuekin. Aneh nih bocah

Ero melirik name tag yang ada di seragam gadis. Hijau.

"Maaf ya Pelangi, saya tidak mengirim chat kepada Nata. Asal anda tau, yang memulai semuanya adalah Nata. Kalau anda tidak percaya, anda bisa lihat di ponsel saya," kata Ero penuh penekanan. Gadis itu segera mengambil benda pipih di sakunya. Membuka aplikasi whatsapp, mencari nama Nata. Memang, tadi malam ia sempat berkirim pesan melalui aplikasi hijau itu. Tapi yang memulai semuanya adalah Nata. Itu pun Ero mencoba cuek. Ya gadis itu memang cuek.

"Gak perlu!" sentak gadis bernama Pelangi itu sambil menyenggol tangan Ero, membuat benda pipih berwarna rose gold itu lepas dari genggaman sang netra abu-abu.

"Lo!" Satu kata namun penuh amarah dan kekesalan. Ero memungut ponselnya yang berada tak jauh dari ujung kakinya.

"Heran gue, kok punya dikel kelakuan kek binatang! Main ngelabrak aja," sembur Ero sambil menunjuk wajah gadis itu dan segera berlalu.

Tak jauh dari tempat itu, sepasang mata menatap apa yang baru saja terjadi. Dadanya naik turun, menahan amarah yang sudah berada di ujung berharap masih bisa tertahankan. Tangannya mengepal keras hingga buku jarinya memutih.

Bego.

***

"Ra, tungguin gue!" Ero mempercepat langkahnya.

Suara Ero membuat gadis berambut pirang yang sekarang sedang berada di lapangan basket lengkap dengan bola yang ia pegang melirik ke arahnya. Ya, full-day dengan jam ekstra terjadwal pada jam pelajaran ke 10-11 membuat siswa bisa menikmati ekstra dengan baik. Seperti sekarang, terjadwal basket, volly, matematika, dan literasi.

Ero yang masih menggenggam buku yang akan dia gunakan untuk menghadiri kelompok literasi masih tetap mencoba menyejajarkan langkahnya dengan Rara.

Buuukkk

"Eeh, Ra!!"

Gubrak

"Uhh," ringis gadis dengan netra abu-abu itu saat tubuhnya menyentuh marmer kasar yang berada di samping lapangan basket. Ia mencoba untuk duduk. Lututnya terasa nyeri.

"Lo, guee... Hahaha... Ngakak sumpah," tawa Rara meledak saat menyadari temannya terjatuh dengan posisi telungkup dan sekarang seragamnya ya, kotor.

"Lah, lo malah ngetawain! Bantuin gue berdiri dong!" sentak Ero tanpa menyadari langkah kaki mendekat ke arahnya.

"Maaf, gak sengaja," kata seorang gadis membuat Ero menoleh dan menaikkan sebelah alisnya.

"Oh, iya." balas Ero datar dan dingin.

"Bantuin gue Rara!" 

"Mbak, lututnya mbak kayaknya luka deh," duga Nata, karena lutut Ero tertutupi oleh roknya.

"Udah, gak apa. Lagian dia kan gak sengaja," penuh penekanan dan sedikit mencibir sambil menatap gadis berambut pirang di sampingnya. Nata tersenyum tipis dan membiarkan gadis yang terjatuh tadi pergi bersama Rara, bukan untuk ke UKS karena jelas-jelas mereka berjalan ke arah yang berlawanan dengan UKS.

"Lo ya! Apa sih mau lo?!" bentak Nata pada gadis yang sekarang tersenyum manis di depannya, membuat sang hazel tambah kesal.

Sumpah nih cewe aaarggh!!

"Kenapa?" tanyanya tak berdosa.

"Lo pikir gue gak tau apa-apa? Salah besar lo! Lo bego! Lo udah ancurin semua yang lo bangun selama ini," sembur Nata dengan nada dingin membuat Pelangi kaku di tempatnya.

Gadis itu masih terdiam saat Nata sudah berlalu dari hadapannya. Tetes bening mengalir dari sudut matanya.

"Lo gak ngerti gue sesakit apa, Nat perjuangin lo. Dari dulu, dan sekarang dengan mudahnya lo suka sama cewe yang baru lo kenal? Sakit Nat. Sakit,"

Di koordinat yang berbeda namun tempat yang sama. Nata memantulkan bola basketnya dengan kesal.

Dia bego! Kalo emang dia suka gue kenapa dia selalu ancurin apa yang gue milikin?

Nata menatap gadis yang sekarang menangis di tepi lapangan hingga fokusnya terbelah karena seorang cowok yang sedang menggedong gadis mungil ala bridal style. Arah pandangnya mengikuti jalan cowok itu. Dadanya naik turun. Ero. Ia sempat melihat roknya sudah basah pada bagian lutut dengan noda merah tampak jelas di sana.

Sakit.

Bukan hanya melihat gadisnya terluka tapi sakit saat gadis itu tersenyum menatap cowok yang sekarang sedang membawanya ke UKS.

Ke UKS nggak ya? Tapi jangan-jangan luka dia parah gara-gara Pelangi. Mati gue.

***

Gamma segera membawa gadis dalam gendongannya itu ke UKS.

"Bu," panggil Gamma singkat. Membuat sang penjaga UKS langsung membantunya menidurkan gadis dalam gendongannya di salah satu tempat tidur di UKS.

"Aduh, ini parah. Lututnya sobek. Kok sampe kek gini? Perlu dijahit ini,"

"Hah?" Mata Ero terbelalak.

"Ibu masih mau ngomong ke kepsek dulu, biar bisa bawa kamu ke rumah sakit. Dan kamu, tolong bersihkan darah di sekitar lututnya. Cepet ya," perintahnya pada Gamma.

Gamma bakal bersihin lutut gue? Ya Allah. Gue mah mau luka terus kalo kek gini

Mata hitam itu menatap tajam lutut Ero yang terluka membuat Ero yang menatapnya tenggelam di dalam hitamnya.

"Gu.. Gue, maksud gue. Lutut gue harus ya dijahit?" tanya Ero dengan wajah khawatir lengkap dengan bibir bawahnya yang digigit.

"Lo luka gara-gara gue gak sadar akan keberadaan lo. Jadi tugas gue sekarang bikin luka lo cepet sembuh. Jangan ngebantah! Gue gak suka dibantah," dingin tapi terasa hangat dalam waktu bersamaan, membuat netra abu-abu yang menatap lekat pada tiap sudut wajah cowok di depannya itu tersenyum manis. Melupakan rasa sakit yang akan melandanya.

Buset dah, Gamma. Aku padamu mas.

Di tempat yang sama, mata hazel itu menatap keduanya terluka. Ia menghela napasnya panjang melihat sang abu-abu tersenyum riang.

Gamma berbalik membuat gadis pemilik netra abu-abu itu segera melepaskan tatapannya.

"Hem, lo ngapain? Ada kerjaan nggak? Jagain Ero ya," katanya pada Nata yang sekarang menatap Gamma yang tingginya hemm ya begitulah. Secara kan tubuh Nata mirip-mirip Ero gitu. Yang mungil-mungil tapi imut.

Gamma tau nama panggilan gue?

Gamma berlalu tanpa menunggu jawaban dari lawan bicaranya. Sang hazel beralih menatap pemilik netra abu-abu di hadapannya. Dadanya naik turun, gugup berada satu ruangan dengan sang abu-abu dan hanya berdua.

"Mbak, aku..."

"Ero, gimana? Sudah dibersihkan lukanya? Gamma masih ambil mobil sebentar"

Seandainya lo bukan yang nolongin cewe yang gue suka udah gue sikat lo!

"Oh iya Bu. Ya, gimana dek barusan?"

"Mbak, aku... "

"Gamma cepet!" perintah Bu Suci.

Pemilik iris hitam sempurna itu segera membawa Ero dalam gendongannya. Membawanya menjauh dari sang hazel. Membuat sang hazel kembali menghembuskan napasnya kesal.

Jadi itu Gamma?

"Tandain Pelangi, lo udah bikin Ero luka sampe dijahit," gumam Nata dengan tangan mengepal, terlihat jelas buku jarinya memutih.

***

Hai hai

Kritik

Saran

Komen

Vote

Jangan lupa ya

😘😘