webnovel

Cintaku mantan kakak ipar ku

Dia yang ku cinta memilih kakak ku sebagai pendamping hidup-nya. Aku hanya bisa pasrah dan menerima-nya. Namun melihat-nya tersakiti secara fisik dan batin oleh kakak ku membuat ku terlibat lagi dengan-nya. "Jaga wanita mu, atau akan ku rebut dia kembali" kata ku pada kakak ku itu.

IChy_dStya · Fantasia
Classificações insuficientes
14 Chs

Tamu rahasia

Terik sinar matahari menyilaukan pandangan ku, sekilas ku angkat satu tangan ini untuk sedikit menutupi cahaya-nya yg begitu silau kali ini. Aroma semerbak bunga-bunga kecil berwarna kuning yang ku suka setiap kemari, hamparan ladang bunga nan cantik yang membuat ku selalu bahagia. Udara sejuk yang selalu ku dapatkan, serta pemandangan menarik yang sudah lama tidak ku dapatkan.

Ku rentangkan kedua tangan ini ke udara, melayang bagai burung yang bersiap untuk terbang dengan sayap indah-nya, perlahan ku hirup udara segar penuh kehangatan.

Yosi: hoyyy...apa yang mbak lakukan?? kesinikan tanganmu.

Menarik satu tangan ku dan melingkarkan-nya ke pinggang-nya yang kini tengah mengayuh sepeda sedari tadi. Aku pun baru sadar sedang duduk di boncengan sepeda-nya, seketika tubuh kami menjadi begitu dekat, detak jantung ini tiba-tiba berpacu begitu cepat tidak seperti biasa-nya. Genggaman tangan ini kenapa seperti berbeda, ada kelembutan yang ku rasakan. Rasa yang lain setelah lama mengenal-nya.

Ia tiba-tiba menghentikan kayuhan-nya dan berbalik melihat ku ke belakang.

Yosi: tangan mbak berkeringat, apa mbak sakit??

Rosa: hah (segera tersadar dari lamunan ku)

Yosi: tenang kita akan segera kembali kog.

Rosa: aku nggak apa-apa, kita bisa nikmati momen ini perlahan.

Yosi: oke deh mbak. (berbalik dengan senyum terpancar dari wajah-nya)

Rosa: astaga!!! apa ia tadi melihat pipi ku yang memerah karena perlakuan-nya itu?? semoga tidak, jika benar, sungguh malu-nya aku kali ini. Dasar tubuh nggak bisa di kondisikan apa!! (isi hati ku yang menggutuk diri ku sendiri yang sudah salah tinggkah karena-nya)

Sedangkan Yosi kembali mengayuh sepeda-nya secara perlahan, ku dengar ia tertawa kecil sepanjang perjalan pulang kami. Aku pun curiga apa yang ia tertawakan, jangan-jangan benar saja ia lihat pipi tomat ku saat wajah-nya mendekat tadi.

Rosa: apaan sih, kog ketawa??

Yosi: enggak kog. (yang terus saja menahan tawa-nya biar nggak terdengar jelas)

Rosa: tuh kan ketawa!!! ngetawain aku ya?? ngaku deh!! (desak ku pada-nya)

Yosi: enggak!!! bukan!!! (menggelengkan kepala-nya ke kanan dan ke kiri begitu cepat sambil terus menahat tawa-nya itu)

Rosa: ayo ngaku!! (ku kelitiki pinggang-nya yang membuat tawa-nya akhir-nya meledak)

Yosi: cukup!!! nanti kita jatuh!! (sambil terus tertawa)

Rosa: enggak mau!! sampai kamu ngaku!! (terus menggelitiki-nya)

Kayuhan sepeda pun akhir-nya goyah dan oleng yang menyebabkan kami terguling di rerumputan hijau dengan sedikit bunga kuning cantik di sekiling-nya.

Kami pun bukan-nya kesakitan malah sama-sama tertawa lepas dengan kejadian itu, untung saja sepeda itu tidak menimpa kami berdua. Sepeda itu berada tepat di bawah kaki kami berdua, karena kami sempat melompat kesamping sesaat sebelum sepeda itu menabrak sebuah pohon dan jatuh juga.

Di sela tawa kami, tiba-tiba wajah kami berdua pun tidak sengaja berhadapan dan hal yang nggak pernah ku bayangkan pun bakalan terjadi kali ini, dua bola mata kami pun saling bertatapan, aku lihat bola mata indah-nya, hidung mancung-nya serta bibir merah-nya yang begitu menarik, fikiran ku melayang kemana-mana.

Ia pun juga semakin mendekatkan bibir-nya kepada ku, apakah kami akan berciuman?? di sini??? saat ini??? benarkah kali ini??

Tidak kuasa, ku pejamkan mata ini perlahan.

*****

"Kringgggggg...."

Sebuah alaram berbentuk bulat yang ada di dekat sofa pun membangunkan ku.

Rosa: astaga, sudah berapa lama aku ketiduran di sini??. (gelagapan dengan apa yang telah ia mimpikan kali ini lalu bangun dan merapikan penampilanku yang awut-awutan habis bangun tidur)

Aku pun segera mengambil alaram yang ada di sampingku, mematikan-nya dan meletakkan-nya kembali ke tempat asal-nya.

Rosa: apa yang ku mimpikan tadi?? kenapa tiba-tiba dia?? ini sungguh tidak benar!! (mengghela nafas panjang)

Rosa: tenang rosa, ini cuma mimpi yang nggak penting buat lo fikirin lagi. (menepuk-nepuk pipi ku perlahan biar aku segera tersadar)

Melihat jam sudah semakin sore, aku pun segera bangkit dari sofa melakukan rutinitas ku sebelum mas Rio datang dan menyakiti ku lagi, aku nggak perlu memikirkan hal yang nggak penting seperti mampi ku kali ini, yang perlu kufikirkan kali ini hanya segera bergegas beberes kemudian bersiap menunggu mas rio pulang, toh itu juga cuma sekedar mimpi meskipun mimpi itu indah bagi ku.

Rosa: oke!!! segera bereskan tugas yang sudah menumpuk, kita mulai dari mana coba?? (dengan semangat membara)

Aku pun mulai berkeliling dari satu ruangan ke ruangan lain untuk melakukan rutinitas ku seperti biasa-nya.

*****

Hari demi hari berlalu begitu saja, tidak terasa akhir pekan pun tiba begitu cepat. Seperti kata mas Rio minggu lalu, hari ini ia akan mengajak ku untuk mengunjungi ayah-nya yang notaben-nya ayah dari Yosi juga.

Rosa: kenapa juga aku jadi mengingat dia di saat seperti ini. (desah ku)

Di depan cermin setinggi tubuh ku, ku pandangi gaun yang telah ku pakai. Dress biru muda selutut dengan hiasan bunga-bunga putih terlihat begitu indah dengan lengan panjang yang ku gunakan untuk menutupi bekas cambukan yang belum juga hilang, dandanan soft ini cocok untuk ku, rambut panjang-ku ku biarkan terurai ke depan dengan sebuah pita yang ku sematkan di atas-nya, ku pakai pula tas serta high-heel berwarna hitam untuk menyempurnakan penampilan ku.

Rosa: sempurna!!! (puji ku untuk diriku sendiri)

Kulirik setelan jas berwarna biru masih tergeletak di atas ranjang kami, belum di pakai oleh mas rio.

Rosa: mungkin mas rio masih mandi kali ya!! (bisik ku dalam hati sambil membenahi gaun ku yang sama sekali tidak kusut)

Tiba-tiba sepasang tangan kekar melingkar di pinggang ku, ia memeluk ku dengan mesra, hembusan udara yang keluar dari hidung-nya tepat mendarat di leherku, seketika membuat ku terkejut. Sebuah pelukan yang seharus-nya hangat ku rasakan namun kadang begitu membuat ku merinding, ya pelukan dari mas rio yang baru saja keluar dari kamar mandi dan masih berbalut dengan sebuah handuk di pinggang-nya sontak membuatku begitu tidak nyaman.

Rio: tetap seperti ini sebentar saja. (pinta-nya begitu lembut kali ini)

Aku pun terdiam dan mau ta' mau menuruti kemauan-nya lagi dan lagi. Selang beberapa menit ia pun melepaskan pelukan itu, jemari halus-nya perlahan menelusuri lenganku, membalikkan tubuh kecil ini dan memberikan sebuah kecupan di bibir ku.

Rio: ingat ya sayang bicara yang baik-baik saja di depan ayah dan jangan sekali-kali untuk mengadu, mengerti sayang. (membisikkan kalimat itu dengan pelan di telingaku sambil mengelus rambut lurus ku dan senyuman khas-nya)

Aku hanya mengangguk tanda mengerti dengan apa yang barusan mas rio bisikkan dan memilih keluar kamar meninggalkan mas rio untuk ganti baju. Ku tutup pintu kamar kami secara perlahan.

Rosa: dasar bodoh!!! kenapa kamu mau menurut saja sama psikopat itu?? (gerutuku dalam hati saat sudah ada di luar kamar dengan memukul dahiku sendiri beberapa kali)

Aku pun berjalan menuju ruang tamu dan memilih menunggu-nya di sofa.

Tidak berselang lama, mas rio pun keluar dari kamar kami, menghampiri ku yang memang sedari tadi tengah menunggu-nya. Aku lagi-lagi di buat terpana oleh ketampanan mas rio, dengan setelan jas itu ia nampak sempurna. ya meskipun apapun yang akan ia kenakan pasti terlihat cocok dengan pesona dia.

Rosa: ia memakai pilihan ku kali ini. ( kata ku lirih dengan senyum kecil terpancar di bibir ku, ada sedikit rasa bahagia saat apa yang telah ku pilihkan akhir-nya di pakai juga oleh-nya)

Rio: kamu bilang apa?? (sedikit penasaran tentang apa yang ku katakan barusan)

Rosa: enggak kog mas. (ku tebarkan senyuman termanisku pada-nya)

Rio: ya sudah, kita berangkat sekarang!! nanti keburu kesorean. (menengok jam-nya yang ternyata sudah menunjukkan pukul 17:00)

Mas rio pun melenggang keluar menuju bagasi kami, mengambil mobil dan bersiap menuju rumah ayah-nya. Sedangkan aku hanya mengekor di belakang-nya tanpa berkata apa-apa lagi.

*****

Perjalanan menuju rumah ayah tidak lah lama, cuma butuh waktu kurang lebih 1 jam sudah bisa sampai. Di jalan kami sempat membeli beberapa martabak kesukaan ayah. Begitu sampai di rumah ayah, mas Rio langsung memarkirkan mobil-nya di bagasi lalu berjalan menuju ruang utama.

Di sana kami sudah di sambut oleh beberapa pelayan yang menggiring kami langsung ke ruang makan keluarga, aku pun memberikan martabak yang ku beli tadi ke salah satu pelayan untuk nanti-nya di siapkan di meja makan.

Rosa: tolong ini di salin di piring dan letakkan di meja makan ya mbak. (pinta ku sambil memberikan martanak tersebut)

Pelayan: baik mbak. (menerima martabab tersebut dan bergegas ke dapur untuk mempersiapkan-nya)

Kami pun di sambut hangat oleh ayah dan mama, ku kecup telapak tangan mereka dengan sopan. Ku lihat ayah semakin kurus, mungkin gara-gara penyakit-nya ia jadi terlihat seperti itu. Lagi-lagi ku dapati senyum palsu dari ibu mertua ku ini, aku tau hanya ayah yang benar-benar mengharap kehadiran ku, sedangkan mama, hanya akan memuji anak semata wayang-nya.

Mama: aduhhh sayang, kamu tambah ganteng deh!! kamu terlihat sedikit kurus apakah istrimu ini tidak melayanimu dengan baik?? makan yang banyak dong sayang!! (celoteh-nya pada mas Rio setelah mereka cipika-cipiki sambil menatapku sinis)

Rio: udah lah ma, aku baik-baik saja!! (menurunkan kedua tangan mama-nya yang tengah memegangi pipi-nya)

Rosa: it's oke (desah ku dalam hati)

Ayah pun menyuruh kami untuk duduk di meja makan yang telah di sediakan.

Ayah: duduklah nak, kita tinggal menunggu satu orang lagi lalu kita bisa mulai makan bersama.

Rio: ayah mengundang orang lain selain kami?? siapa dia?? (tanya-nya penasaran)

Ayah: kamu akan segera tau, tunggu saja!

Tidak lama terdengar suara langkah kaki dari ruang utama yang akan menuju ruangan kami, dan ia pun mulai mendekat, kami berdua pun terkejut dengan siapa yang datang kali ini. Dia adalah Yosi.

Rosa: yosi??? beneran dia mengunjungi ayah?? jangan sampai dia cari tau tentang lukaku kemarin di sini!! (teriak ku dalam hati sambil berdiri dan terpaku)

Rio: siall!! kenapa juga dia ada di sini. (bisik-nya dalam hati dengan ekspresi yang memperlihatkan ketidak sukaan-nya pada Yosi)

Bagaimana ini??? aku tau mas Rio sangat membenci Yosi, apakah ia akan bertingkah disini??

****