Nathan melepas ciuman nya, kedua mata itu beradu, tatapan yang tadi nya penuh amarah berubah menjadi tatapan sayu penuh arti.
"Istirahatlah disini, aku akan menggunakan kamar di lantai tiga," ucap Nathan sembari beranjak dari atas tubuh gadis itu, kemudian ia melangkah keluar menuju kamar lain.
Sesampai nya di kamar yang lain, Nathan segera melepas kemeja yang ia kenakan, menampakkan tubuh kekar yang membuat para wanita akan tergila-gila bila melihat nya. Segera ia merendam tubuh nya di dalam bak kamar mandi.
"Apa yang terjadi padaku ? Kenapa jantungku berdegup kencang sekali. Benar kata Ricard, sebelum nya aku belum pernah seperti ini, apakah aku benar-benar menyukai nya ?" batin Nathan sembari memegangi dada nya, memeriksa keadaan jantung nya yang kini sedang tidak baik-baik saja.
Di sisi lain, Echa sedang membersihkan bubur yang berceceran di lantai, sembari memikirkan perasaan aneh yang tadi hadir sebentar di saat lelaki itu mencium nya.
Di tengah-tengah pekerjaan yang belum ia selesaikan, karena sulit nya ia bergerak dengan kaki nya yang masih sakit. Tiba-tiba sosok yang ia pikirkan memasuki kamar tersebut. Lagi-lagi perasaan yang tadi hadir, saat ia mengagumi ketampanan Kakak tirinya, dan aneh nya kenapa ia baru menyadarinya.
"Kembalilah ke ranjang, biar aku yang membersihkan nya." perintah Nathan sembari mengangkat tubuh Echa ke atas ranjang. Echa semakin bingung, kenapa sifat Kakak nya selalu berubah-ubah, dan tak dapat ia tebak. Kadang baik, perhatian, dan kadang pula jahat, lebih parah nya lagi, dia bisa berubah menjadi seorang psychopath yang amat menakutkan.
Setelah membersihkan bubur yang berceceran tadi, Nathan mendekati Echa dengan membawa kotak p3k.
"Biar ku obati memar di lehermu,"
"Tidak perlu,"
"Jangan membantah."
"Aku bisa sendiri,"
"Jangan membuatku marah lagi."
Mendengar kata-kata terakhir Nathan, membuat Echa merasa sedikit takut, takut akan Kakak nya berubah jahat seperti tadi lagi.
Perlahan, Nathan mengobati memar di leher Echa. Wajah mereka yang sangat berdekatan, membuat jantung Nathan kembali berdegup kencang.
Dan ternyata, Echa yang mencuri pandang, juga merasakan hal yang sama, ia kembali di buat terkagum-kagum dengan ketampanan Nathan yang semakin jelas saat ia menatap nya sedekat itu.
Alis tebal nya, mata tajam yang di tumbuhi bulu-bulu panjang dan lebat, hidung mancung, dan bibir tipis dan sexy, bentuk wajah yang begitu tegas, menandakan dia adalah lelaki yang kuat dan tangguh. Bahkan Echa juga dapat melihat pori-pori kecil dari kulit putih itu.
"Aku tau, aku tampan, berhentilah menatapku seperti itu." ujar Nathan yang menyadari diri nya di amati oleh gadis kecil, yang tak lain adalah Adik tirinya.
Echa yang mendengar itu, seketika menarik diri menjauh dari Nathan yang masih mengobati memar di leher nya. Gadis yang masih sangat polos itu mulai salah tingkah.
Nathan tersenyum tipis saat melihat Echa mulai merona, ingin rasa nya ia menggigit mahluk kecil yang sangat begitu menggemaskan.
Nathan menarik Echa kembali mendekat, mata nya memandang sayu wajah Echa yang kalem dan lugu. Terukir senyuman indah yang membuat dirinya terlihat semakin tampan berkali-kali lipat.
Melihat Kakak nya memperlakukan dia begitu lembut, membuat Echa kembali terpesona, ia merasa gugup dan takut, ia tak berani membalas tatapan dari Nathan, ia hanya bisa menunduk melihat ke arah spray nya.
Nathan yang kini sudah tak dapat menahan diri, ia pun kembali mencium bibir gadis itu dengan lembut. Nathan adalah pria dewasa normal yang kini mulai ketagihan dengan gadis itu.
Entah apa yang terjadi, saat ia mengenal Echa, ia sudah tak berminat dengan wanita lain, di dalam dirinya hanya ada Echa dan Echa. Sepertinya tubuh nya saat ini hanya menerima gadis itu saja.
Merasa gadis itu hanya diam, tak ada penolakan sama sekali, Nathan semakin memperdalam ciuman nya. Kedua mata mereka terpejam, mereka mulai terhanyut dalam keromantisan dan cinta.
"Berdamailah, mari kita bangun hubungan kita lebih baik lagi," ucap Nathan sembari menatap sayu gadis dalam pelukan nya.
"Apakah bisa ?" tutur Echa lirih.
"Kita lupakan semua masa lalu, biarlah itu semua menjadi masalah antara orang tua kita. Mulai sekarang kita buka lembaran baru, dan melupakan semua dendam yang pernah ada."
Mendengar penjelasan Nathan, membuat Echa hanya terdiam tak dapat menjawab.
"Apakah kamu bisa melupakan semua nya ?" lanjut Nathan yang seperti nya memang sudah benar-benar jatuh cinta pada Adik tirinya.
"Iya. Aku akan berusaha." jawab Echa sembari menganggukan kepala nya pelan, air mata nya mulai menetes membasahi kedua pipi chubby nya.
Mendengar hal itu, membuat Nathan sangat senang. Dan saat itu, ia menyadari bahwa ternyata benar yang di katakan oleh Ricard sahabat nya, bahwa dia telah jatuh cinta pada gadis kecil yang tak lain adalah Echa Adik tirinya sendiri.
_______________________
Beberapa hari kemudian, kini hubungan kedua nya semakin membaik, Echa mulai kembali ke sifat ceria nya yang penuh senyum seperti waktu kecil dulu.
Nathan menyuruh Echa untuk kembali bersekolah, karena kini ia sudah memperkerjakan beberapa pelayan di rumah itu.
Di sebuah pagi yang cerah, terlihat Nathan mengemudikan sebuah mobil dengan ada nya Echa duduk di samping nya.
"Nanti aku jemput, belajarlah dengan baik," ujar Nathan setelah sampai di depan gerbang sekolah.
"Iya Kak." Jawab nya sembari keluar dari mobil itu.
Echa melambaikan tangan nya ke arah pria yang kini mulai melajukan kembali mobil nya.
Dengan langkah cuek dan dingin, gadis itu memasuki kelas nya. Kemudian ia duduk di bangku bagian belakang dan paling ujung dekat dengan jendela yang mengarah ke luar.
Meskipun di rumah Echa sudah kembali dengan sifat ceria nya. Namun, saat di sekolah ia masih pendiam dan dingin.
"Siapa tadi yang lihat Echa di anterin sama Om Om ganteng ?" ujar Laura, murid cantik yang sombong dan angkuh, ia juga di takuti oleh seluruh siswa, lantaran ia adalah putri dari seorang gangster yang terkenal kejam.
"Ya jelaslah kita semua lihat, kan tiap hari dia emang di anterin sama Om Om itu," Riska ikut menanggapi.
"Gak nyangka ya, di kelas kita ternyata ada pelac*r," lanjut Laura lagi.
"Semenjak Papa nya meninggal, dia mungkin kehabisan uang, jadi dia jual diri deh sama Om Om kaya Hahahaha," Ujar siswa lain nya ikut menyudutkan Echa.
Echa hanya diam tak menanggapi ocehan teman sekelas nya itu.
"Ini gak bisa di biarin, kita harus laporin pada pihak sekolah, agar dia di keluarin dari sekolah ini."
"Iya bener. Bisa-bisa nama baik sekolah kita tercemar gara-gara dia,"
To Be Continued...