Senyuman yang terlihat begitu indah dan manis terukir dari bibir tipis dan ciut berwarna merah muda itu, membuat suasana di ruang keluarga begitu bahagia.
Gadis kecil dan mungil yang berparas cantik bak seorang bidadari, menari-nari memamerkan sepatu baru yang di hadiahkan oleh sang Ayah di hari ulang tahun nya yang ke 7 tahun.
"Selamat ulang tahun sayang, maaf ya, Mama belum bisa kasih kado buat Echa, cuma bisa doain aja, semoga Echa selalu menjadi gadis yang baik dan bahagia seumur hidup Echa," tutur Rina sang Ibu sembari memeluk putri kecil nya.
"Iya Ma, amiiin..."
"Gimana sayang ? Suka gak sama sepatunya ?" Lanjut sang Ayah.
"Suka banget Pa, makasih."
"Sama-sama."
Keluarga sederhana itu merayakan ulang tahun putri tunggalnya dengan penuh kebahagiaan, walaupun hanya di rayakan dengan satu buah kue yang mereka pesan dari sebuah toko kue ternama di kota nya.
Pasangan suami istri yang kini telah menikah selama 9 tahun selalu hidup tentram dan tenang.
Arka, yang bekerja di sebuah perusahaan elit sebagai manager, dan Rina adalah Ibu rumah tangga yang sangat baik dalam mengurus keluarga kecil nya, ia juga pandai mengelola keuangan, sehingga mereka berhasil membeli sebuah rumah minimalis sederhana yang dapat melindungi mereka dari teriknya sinar matahari dan derasnya air hujan.
"Mas, ini kan hari ulang tahun Echa, bisa gak ajak Echa jalan-jalan ke taman hiburan ?" ujar Rina pada suaminya.
"Iya Pa, Papa sekarang sibuk terus, Echa jadi jarang main sama Papa," celetuk Echa sembari memanyunkan bibir mungilnya.
"Maaf ya sayang, Papa harus kerja, kapan-kapan aja ya." tolak Arka lembut.
"Apa tidak bisa Mas, ambil cuti sehari aja buat rayain ulang tahun putri kita ?" Ujar sang mama yang merasa suaminya akhir-akhir ini selalu sibuk.
"Tidak bisa, kapan-kapan saja ya, Maaf !" Ungkapnya.
"Papa selalu bilang kapan-kapan terus, Echa jadi pengen marah," ujar Echa dengan wajah nya yang cemberut.
"Maaf ya sayang. Kalo gitu, aku mau mandi dan siap-siap ke kantor, kamu bisa ajak Echa jalan-jalan, maaf aku tidak bisa ikut." Lelaki dewasa berusia 40 tahun dengan wajah tampan itupun melangkah menuju kamarnya untuk bersiap.
"Ya udah, gimana kalo Echa jalan-jalan nya sama Mama."
"Gak mau, pokok nya Echa mau nya sama Papa !" Kemudian gadis kecil itupun berlari ke halaman rumah nya dengan perasaan kesal kecewa.
"Mau kemana sayang ?" Panggil sang mama.
"Mau ke Molly."
Seperti biasa, gadis itu selalu mengadukan semua yang ia rasakan pada se ekor kucing peliharaan nya, disaat ia sedih maupun bahagia. Kucing tersebut adalah hadiah dari Nenek nya yang telah meninggal dunia baru-baru ini.
Echa berlari mencari kucing yang di beri nama Molly tersebut, sampai ia melihat kucing nya berlari ke sebuah garasi tempat ayah nya memarkir mobil Avan**.
Melihat mobil itu, kemudian otak cerdas Echa menemukan sebuah ide, ia iseng-iseng membuka pintu mobil bagian belakang yang kebetulan tidak terkunci.
"Aku akan ikut Papa ke kantor diam-diam, biar nanti setelah pulang kerja aku bisa langsung mengajak Papa jalan-jalan." Gadis kecil itupun tanpa pikir panjang bersembunyi di kursi bagian paling belakang.
Tak lama kemudian, terlihat sang ayah datang, dan mulai melajukan mobil nya.
Lama mobil itu melaju kencang, hingga mobilpun berhenti di sebuah pinggiran jalan raya. Arka keluar dari mobil nya, dan tersenyum kepada seorang wanita cantik dengan tampilan modis yang kini berlari ke arah nya.
Arka membukakan pintu mobil, dan mempersilakan nya masuk. Dan tak lama kemudian mobil kembali melaju kencang.
Di sebuah jalanan sepi, tepat nya jalan pinggiran hutan, mobil Arka terparkir rapi.
"Kenapa Papa berhenti disini ? Dan siapa Bibi itu ?" batin Echa, yang masih tetap bersembunyi di kursi belakang.
"Sayang, aku merindukanmu, kenapa lama sekali tidak mengunjungiku ?" Ujar wanita itu, sembari bergelayut mesra.
"Aku juga merindukanmu, tapi mau bagaimana lagi, istri dan anakku akhir-akhir ini rewel banget." jawab Arka.
"Begitu ya,"
"Bagaimana dengan suamimu ? Aku dengar-dengar suamimu sakit,"
"Ya begitulah, nama nya juga udah tua bangka, tak akan lama lagi dia bakalan mati. Kamu tau sendiri kan, dulu aku bukan nya mencampakkanmu, tapi karena aku di jodohkan sama orang tua, yaah demi bisnis, Suamiku kan kaya raya. Kalo bukan karena itu, siapa sih yang mau nikah sama manusia bau tanah,"
"Jangan bicara begitu, bagaimanapun kamu memiliki putra dengan suami bulemu itu. Oh iya, bagaimana kabar putramu ?"
"Dia baik. Dia tumbuh jadi lelaki yang amat tampan loh, kamu mau lihat foto putraku ?"
"Boleh."
Wanita itu mengambil sebuah handphone, dan menunjukkan sebuah foto pemuda tampan bermata tajam, hidung nya mancung, bibir nya sexy dan merah, rahang nya tegas dan gagah, sungguh pahatan tuhan yang sempurna.
"Waah putramu sangat tampan, berapa usia nya sekarang ?" Arka terkagum-kagum melihat ketampanan pemuda yang ada di foto itu.
"Sekarang dia 20 tahun, dan sudah kuliah."
"Kau memiliki putra yang sudah dewasa rupa nya."
"Ya begitulah, seperti yang kamu tau, dulu aku menikah di usia 19 tahun, dan suamiku sudah berusia 35 tahun kala itu. Di usia 20 tahun aku melahirkan putraku, aku benar-benar kehilangan masa muda, beda denganmu yang memang sudah menikah di usia dewasa, kau benar-benar beruntung bisa menikmati masa mudamu."
"Jangan bersedih. Sekarang kamu punya aku, aku berjanji akan membuatmu bahagia."
"Janji ya,"
"Iya janji."
Kedua orang dewasa itupun, mulai berciuman, saling melumat bibir satu sama lain. Hingga nafsu menguasai kedua nya, dan mereka pun berpindah ke kursi mobil bagian tengah, mulai melepas satu persatu pakaian yang mereka kenakan, hingga pada akhir nya keduanya telanjang bulat tanpa ada nya sehelai benangpun di tubuh mereka.
Sebuah rintihan keras terdengar memenuhi isi mobil. Disana, di kursi paling belakang, terlihat seorang gadis kecil masih menyaksikan adegan haram yang dilakukan oleh ayahnya dan wanita asing itu. Echa kecil yang masih polos tak seharusnya melihat hal seperti itu. Setelah kejadian itu, Echa yang awal nya sangat periang, kini berubah menjadi pendiam dan suka menyendiri, wajah yang biasanya di penuhi ekspresi berubah menjadi datar dan dingin.
To Be Continued...