webnovel

BAB I Perjuangannya

Di desa yang ada didalam daerah terpencil, ada salah satu pasangan suami istri (pasutri) yang sedang tengah berbahagia menunggu kelahiran sang bayi ke dunia. Hari ini adalah hari terakhir si istri periksa kandungan dan saat ini mereka sedang dirumah bidan dekat sekitaran rumah mereka.

Sebelum kedatangan mereka dirumah bidan, ternyata sudah ada satu pasien yang sama sama ingin memeriksa kandungan, tetapi kandungannya masih muda. Pasutri ini menunggu giliran mereka dipanggil untuk diperiksa dengan duduk diruang tunggu. Dan kini tiba giliran pasutri ini..

" Pasien selanjutnya !. " Panggil asisten bidan.

" Mah, giliran mama. Yuk mah kita masuk. " ajak sibapak.

" Iya pah. " Jawab si ibu dengan semangat untuk masuk ke ruangan.

Diperjalanan mau ke ruangan periksa bidan, ditengah bertemu dengan pasien sebelumnya.

" Wah! buk, udah gedek perutnya. kayak udah gak sebar nunggu lahirannya. " Sapa pasien sebelumnya.

" Iya buk. Ibu juga kayaknya udah mau lahiran juga. " jawab si ibu dengan senyum bahagia dan kembali menyapa.

" Saya masih nunggu tiga bulan lagi buk. " Jawab pasien sebelumnya.

" Ya sudah buk, saya masuk dulu mau periksa buk. Sehat-sehat ya buk. " Si ibu menyudahi percakapan mereka.

" iya buk, makasih. Ibu juga sehat-sehat melahirkannya. Saya duluan ya buk. " Pamit si ibu hamil itu.

Mereka pun lanjut berjalan menuju ruang periksa, didepan pintu disambut senyuman dari asisten bidan dan didalam ruangan juga disambut senyum hangat dari ibu bidan.

" Silahkan duduk pak! ibunya ikut saya menuju tempat tidur sana biar saya periksa. " sambut hangat ibu bidan.

Si ibu menuruti ajakan ibu bidan untuk menuju tempat tidur. Setelah mendekati tempat tidur, si ibu pun berbaring di atasnya lalu diperiksa oleh ibu bidan. Setelah ibu bidan memeriksa si ibu, ibu bidan melihat ke si bapak dan mengeluarkan ekspresi seperti orang tidak yakin. Si bapak yang khawatir dengan ekspresi ibu bidan, langsung bertanya .

" Bagaimana bu bidan ?. " Tanya si bapak

Bu bidan yang belum menjawab pertanyaan sibapak karena membantu si ibu untuk bangun dan kembali mendekati sibapak, lalu melihat surat rekomendasi yang diserahkan pasutri ini diatas mejanya.

" Disini ibu menganjurkan diri agar melahirkan secara normal ? akan tetapi anjuran ibu sangat beresiko !. " Jawab bu bidan dengan pertanyaan si bapak tadi.

" Kenapa begitu bu bidan ? saya ingin melahirkan secara normal bu !. " tegas si ibu dengan anjurannya.

" Saya sarankan ibu melahirkan tidak secara normal ! karena posisi bayi ibu sungsang. " tegas bu bidan.

" Memang resiko nya sangat besar bu bidan ?. " Tanya si bapak panik.

" Kalau bukan pada si ibu, bisa jadi pada bayinya. " Jawab bu bidan cemas.

" Saya mohon bu bidan, saya ingin melahirkan secara normal. Bila beresiko, berikan resiko itu pada saya bu bidan. " pinta si ibu yang masih tetap dengan anjurannya.

" Mah !. " Tegas si bapak yang kaget mendengar permintaan si ibu.

" Udah papa diam aja. " Jawab si ibu yang membantas cemas sibapak. Si bapak yang tahu kerasnya hati sang istri, hanya bisa pasrah.

" Ibu yakin ?. " Tanya bu bidan dengan permintaan si ibu .

" Ya saya yakin bu bidan. Saya mohon tolong bu bidan. " Pinta si ibu sekali lagi.

" Saya sudah jelaskan kalau permintaan ibu beresiko. Jika terjadi hal yang fatal terhadap salah satu, semua bukan tanggung jawab dari pihak kami. " Tegas bu bidan yang menyakinkan sekali lagi dengan cara menakuti si ibu .

" Saya yakin dan siap bu bidan!. " Tegas terakhir si ibu.

" Ya sudah, mulai sekarang ibu harus mempersiapkan diri untuk mengambil resiko saat melahirkan nanti. " Anjur bu bidan.

" Baik bi bidan. Kalau begitu kita pamit bu bidan. " jawab si ibu sambil pamit pada bu bidan.

" Ya, terimakasih ibu dan bapak. " jawab lembut bu bidan.