webnovel

Cinta Sabrina

20+ Sabrina Anastasya Bramantio, gadis cantik berusia 23 tahun itu terpaksa harus menelan pil pahit secara bersamaan dalam hidupnya. Dia tidak pernah menyangka hidupnya akan hancur bagaikan pecahan kaca. Kehancurannya berawal dari kekasihnyanya Reyno Prasetiyo yang selama 3 tahun bersama, akhirnya malah menikahi adik tirinya, Cantika Zaipahusna. Hingga suatu hari, Reyno mengalami kecelakaan yang nyaris merenggut nyawa. Sialnya, Cantika menuduh Sabrina yang mencelakai Reyno, karena semua bukti-bukti mengarah padanya. Peristiwa itu terjadi begitu saja dan berhasil membawa Sabrina ke penjara atas dakwaan kelalaian. Siapa sangka, saat ia memulai kehidupan baru dengan menjadi asisten rumah tangga, di tempatnya bekerja dia menemukan sosok Azka Purnama Assegaf, putra dari majikannya. Wajah tampan dan sikap bijaksana yang dimiliki Azka, nyatanya berhasil menarik perhatian Sabrina. Pun sebaliknya. Azka juga perlahan mulai terkesan dengan sikap lugu Sabrina. Seiring berjalannya waktu, akhirnya mereka saling dekat dan mempunyai perasaan yang sama. Akan tetapi, hati Sabrina kembali dipatahkan, saat mengetahui bahwa Azka hendak dijodohkan dengan wanita pilihan orang tuanya. Sakit. Hatinya bak hancur berkeping-keping. Untuk yang kesekian kalinya Sabrina terjerembap ke dalam lubang lara. Bagaimana kelanjutan kisah Sabrina dan Azka? Akankah pada akhirnya perjodohan itu berjalan dengan mulus, hingga mereka bisa bersatu? Mampukah Sabrina membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah?

Miss_Pupu · Urbano
Classificações insuficientes
292 Chs

bab-7 Kecelakaan Reyno

Entah kenapa, Cantika terus memikirkan perkataan Reyno yang menyebutnya 'Rin' sewaktu di bali. Ia jadi menaruh curiga jika Reyno masih mencintai Sabrina.

Semakin hari semakin tampak, tatapan Reyno terlihat berbeda pada Sabrina. ia baru menyadari Sabrina masih berseliweran dalam hati dan pikirannya.

Setiap kali Reyno pulang kerja, selalu saja hilap membawa dua makanan ke sukaan Cantika dan Sabrina. Hal ini yang selalu memancing rasa cemburu Cantika.

Tanpa Reyno sadari, perhatian-perhatian kecilnya pada Sabrina semakin membuat Cantika geram. Walaupun Sabrina tak pernah sekalipun menanggapinya.

Malam tak pernah gagal membunuh jiwa yang sunyi. Ketika Sabrina tidak bisa tidur di malam hari, ia memilih untuk keluar kamar, seperti biasa merenung sendirian di samping kolam. Hanya sofa biru yang menjadi saksi bisu, saat Sabrina merasa sunyi dan sendirian.

Tak lama terdengar suara langkah kaki, berjalan mendekat ke arah tempat duduk Sabrina.

"Kok tadi gak makan malam bareng, Rin?" sapa Reyno yang datang mengagetkan

"Hah? Enggak apa-apa, udah makan di luar tadi sama temen-temen," sahut Sabrina terperanjat saat menoleh ke arah sumber suara, tak disangka jika itu nada dari suara laki-laki yang sudah ia lupakan.

"Ngapain kesini? Masuk sana, Udah tau punya istri cemburuan juga. Tar aku lagi yang kena," sindir Sabrina dengan raut wajah sinis.

"Aku enggak sempet minta maaf sama kamu," ujar Reyno yang semakin membuat Sabrina kesal

"Udah lah, gak usah! Pergi sana!" usir Sabrina dengan cepat.

"Kamu berubah ya, Rin," ujar Reyno yang semakin menyulut emosi Sabrina.

"Bukan urusan kamu! Kalo kamu enggak mau pergi, aku yang akan pergi!" ketus Sabrina penuh emosi.

Benar saja yang di ucapkan Sabrina. Terlihat Cantika mengetahui pemandangan yang menyulut emosinya. Cantika lekas menghampiri dan memotong percakapan.

"Lagi pada ngapain? CLBK?" sindir Cantika, bola matanya membeliak ke arah Reyno.

"Tuh kan," desis Sabrina

Reyno yang terperanjat, bergegas menarik tangan Cantika dan membawanya masuk ke ruangan kamar tidur. Mereka berdua beradu mulut. Reyno yang sering menyulut emosi Cantika selalu piaway memadamkannya.

Saat dinginnya pagi menyapa tubuh, seolah memperjelas situasi yang semakin membeku. Terlihat saat di ruang makan, Reyno dan Cantika saling diam. Sabrina tak menghiraukan sikap dingin mereka, ia tetap lahap menyantap nasi goreng buatan Ibunya.

Saat berangkat kerja terlihat mobil Reyno tiba-tiba tak bisa di nyalakan "kenapa lagi ni mobil gak tau orang lagi pusing apa ya," desis Reyno

"Kenapa, Ren?" tanya Bramantio.

"Enggak tahu ini, Yah. tiba-tiba kumat mobilnya enggak tahu kenapa," sahut Reyno pada Bramantio.

Cantika pun turut keluar rumah melihat kepayahan suaminya.

Saat Sabrina hendak melangkahkan kaki memasuki mobilnya kesayangannya, tiba-tiba Bramantio memanggil Sabrina.

"Rin! Kantor kamu satu arah kan sama Reyno," tanya Bramantio pada Sabrina

"Hah! Maksudnya, Yah?" Dengan tercengang Sabrina kembali bertanya.

"Ini mobil Reyno kan mogok, Reyno sekalian aja bareng kamu," saran Bramantio

"Oalah!" Sabrina menengok ke arah Cantika yang sinis, dan berbalik ke arah Reyno yang kaku.

"Aduh! maaf, Ayah. Aku udah ada janji meeting dulu ke tempat lain. beda arah sama kantor jauh lagi. Aku duluan ya," sahut Sabrina dengan bergegas pamit, agar Reyno tak ikut dengan mobilnya.

"Aku bisa bawa motor dulu aja, Yah. Enggak apa-apa kok," balas Reyno pada Bramantio, yang sesekali melirik Cantika yang mulai sinis lagi terhadapnya.

Sesampainya di kantor. Seperti biasa, Sabrina melaksanakan tugasnya dengan lancar. Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki mendekat dan masuk ke ruangan Sabrina.

"Hai, Rin. Lagi sibuk gak?" Tanya Santi. Salah satu teman kantor Sabrina

"Biasa lagi ngerjain tugas harian, Kenapa?" Sahut Sabrina pada temannya yang baru beberapa bulan kenal.

"Gue boleh minjem mobil lu dulu gak? Mau makan siang bentar, ada janji sama seseorang. Gue enggak bawa mobil, masih di service," rengek Santi pada Sabrina.

"Oh iya, pake aja dulu. Gue makan siangnya di caffe sebelah kantor kok," jawab Sabrina seraya menyerahkan kunci mobilnya pada Santi.

"Makasi ya, Rin. gue enggak lama kok paling 2 jam doang," ucap Santi. Dia memeluk Sabrina terlebih dahulu dengan mengucapkan terima kasih, kemudian bergegas pergi meninggalkan ruangan.

Santi pergi makan siang dengan mengerndarai mobil Sabrina. Saat perjalanan pulang awalnya ia mengendarai mobil dengan kecepatan sukup rendah. Tiba-tiba dari arah belakang terdengar suara deru motor memainkan pedal gasnya, mengejar dengan membunyikan kakson berkali-kali. Santi mulai resah dan ketakutan, ia mencoba tancap gas lebih dalam lagi karena takut jika itu orang jahat.

Rupa-rupanya itu adalah Reyno yang mencoba mengejar mobil Sabrina. Ia tidak tahu jika pengemudi mobil itu adalah Santi, teman kantor Sabrina.

Akhirnya, Santi dan Reyno saling kejar-kejaran di jalan raya dengan kecepatan tinggi. Reyno menyangka, Sabrina yang sedang mengemudikan mobil merah itu.

Sampai akhirnya Reyno berhasil menyelip mobil Sabrina yang di kemudikan Santi.

Santi terkesiap, sialnya ia terlambat menginjak pedal rem yang akhirnya mobil merahnya menabrak motor yang di kendarai Reyno. Akhirnya Reyno terpental jauh sekitar 10 meter.

Melihat kondisi Reyno terkapar di jalan. Santi gemetar, kaget & ketakutan. Ia tidak tau harus berbuat apa. Tanpa pikir panjang, d jalan yang sepi itu Santi pergi meninggalkan Reyno tanpa terlebih dahulu keluar melihat kondisinya.

Pikir Santi, takut jika itu orang jahat yang hendak mencelakainya.

Sementara sabrina, saat itu makan siang sendirian. Teman-temannya sudah punya janji dengan pacarnya masing-masing.

"Haduh! Mana makan sendirian, mana mati lampu lagi ni tumben-tumbenan. Santi udah sampe kantor belum ya," desis Sabrina.

Selepas makan siang, setiba Sabrina di kantor. Ternyata Santi belum juga kembali ke kantor. "Santi belum kembali juga padahal udh dari tadi ini," gumamnya.

Santi termenung di parkiran, sesaat setelah Sabrina masuk ke dalam kantor. Dia masih terdiam di dalam mobil. Tubuhnya gemetar, kebingungan serta ketakutan. Dia tidak menyangka jika baru saja telah menabrak orang dan meninggalkannya begitu saja.

"Aku tidak sengaja, orang tadi yang duluan ngejar-ngejar aku," lirih Santi. Matanya berkaca-kaca, terlihat jelas ia tengah membendung tangisannya agar tak jatuh di pipi.

"Tuhan harus gimana ini." Santi menutup wajahnya dengan telapak tangan. Menarik nafasnya dalam-dalam, mencoba menetralkan perasaannya.

Sementara kondisi di jalan raya, seusai Reyno tertabrak. Ia di bawa ke rumah sakit oleh polisi yang kebetulan saat itu lewat jalan tersebut.

Dugaan sementara Reyno adalah korban tabrak lari.

Hari sudah menjelang sore Sabrina hendak siap-siap pulang kantor, entah kenapa hatinya tiba-tiba resah. Ia tidak tahu ada apa dengan keresahannya itu. Terlebih Santi belum juga menampakkan batang hidungnya.

"Santi kemana sih, kok belum juga datang!" Sabrina mulai kesal.