"Sialan!" Paula melempar tas selempang yang ia bawa di atas sofa, sesampainya ia di rumah.
Terlihat wajah sinis penuh emosi yang ia tampilkan. Rupanya perasaannya cukup hancur melihat perlakuan Azka sebelumnya.
Ia mulai frustasi, harapannya untuk kembali pada Azka serasa mustahil. Ia menggaruk kepala dan mengacak-acak rambutnya. Rasanya, ia tak mampu berpikir rencana apa yang harus ia lakukan selanjutnya.
Tubuhnya luruh di atas sofa tanpa kekuatan. Ia terperanjat manakala diingatkan lagi pada satu nama 'Sabrina' wanita yang ia anggap tak tahu diri, berani-beraninya melangkahinya.
"Kalau aku tidak bisa mendapatkan Azka lagi, wanita lain pun tak boleh mendapatkannya," desisnya di tengah lamunan.
Paula merogoh tas selempangnya kemudian mengambil ponsel di dalam tas itu. Ia mengusap layar ponselnya kemudian memainkan jemarinya terlihat seperti hendak menghubungi seseorang.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com