Bramantio terkejut dengan penuturan Cantika dengan raut wajahnya yang tampak geram kepadanya.
"Kamu kenapa, Cantika? Mana mungkin Ayah ingin melukai perasaanmu. Ayah hanya ingin kalian akur kembali. Kamu masih ingat kan saat remaja kalian selalu bersama dan Ayah menginginkan kaloan akur kembali." Bramantio membalas ucapan Cantika dengan lirih.
Ia menatap Cantika sendu. Harapannya yang menginginkan Sabrina dan Cantika akur dan damai nyatanya pupus dengan melihat raut wajah Cantika yang tampak murka.
"Tapi aku tidak suka dengan cara Ayah seperti ini! Aku tersinggung, Yah!" sergah Cantika tak ada lagi keramahan pada ayahnya. Ia beranjak dari tempat duduknya kemudian berjalan menjauhi mereka.
"Tunggu, Cantika! Kamu mau kemana?" Meysa memanggil Cantika berharapa anaknya kembali dan menghentikan langkahnya.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com