webnovel

Racun di pernikahanku

Aku terkejut saat menyaksikan suamiku mabuk bersama teman-temannya yang tidak jauh dari rumah mertuaku.

Begini ternyata kelakuan suamiku saat aku tertidur, lalu aku hanya melewati segerombolan orang-orang itu yang salah satu di dalamnya adalah suamiku sendiri.

Salah satu dari mereka ada yang mengenaliku, dan mengatakan ke suamiku jika aku ada disitu " Wendro, istri kamu itu! ".

Lalu aku secepatnya meninggalkan tempat itu bersama Dirga, segera masuk ke kamar mandi dan menangis sejadi-jadinya atas apa yang kulihat malam itu.

Aku tidak perduli lagi malam itu apakah suamiku pulang menyusulku atau tidak, aku hanya butuh tempat yang nyaman untuk aku melepaskan beban yang terasa amat berat di pundakku.

Keesokan harinya, aku melihat suamiku tidur disebelahku, aku tidak bertanya apapun padanya, karena aku berniat untuk sholat Shubuh, tapi kepalaku berat dan berputar-putar.

Aku paksakan ke kamar mandi, dan aku muntah, tidak ada seorangpun yang mengetahui hal itu krn kamar mandi di kamar tidur letaknya sehingga tidak terdengar keluar, dan aku sengaja menahan suara ketika muntah, jadi tidak terdengar sama sekali. Habis semua isi perutku, sampai cairan kuning juga keluar dr kerongkonganku, aku menangis tanpa sadar, airmataku meleleh begitu saja, tapi nyaris tanpa suara. Aku bersihkan muntah itu sendirian, dan aku sholat Shubuh.

Setelah sholat shubuh, aku berniat ingin tidur kembali karena kepalaku berat, tapi begitu aku tidur, dunia langsung berputar, dan aku akhirnya memaksakan diriku untuk membangunkan suamiku dan mengatakan aku sakit dan perlu berobat.

Suamiku terbangun, lalu tidur lagi. Akhirnya aku hanya duduk dilantai bersandar pada lemari karena hanya dengan cara itu aku tidak pusing.

Besok paginya, aku mendengar diluar kamar, mertuaku komplain krn aku tidak bangun pagi membuatkan kopi utk suamiku, saat itu suamiku bilang, aku sakit.

Lalu aku mendengar mereka mengatakan jika aku terlalu lemah dan sebagainya, aku berusaha untutk tidak menangis lagi, krn itu menyakiti diriku sendiri dan kepalaku semakin pusing.

Akhirnya, karena aku begitu kesakitan, suamiku juga sudah keluar kamar, aku tidak bisa meminta pertolongan lg kepadanya, aku berzikir, aku berharap itu dapat membantuku sembuh. Aku melakukannya dan membuatku tertidur dengan posisi bersandar pada lemari.

Begitu aku bangun, aku merasa agak baikan dan suamiku masuk ke kamar menyuruhku makan, mungkin karena dia lihat aku terlalu lemah untuk berdiri akhirnya dia bawakan makanan untukku, dia bertanya "Mau makan?", aku menjawab "Nasi putih saja", akhirnya setelah dia memberikan apa yang aku minta, aku makan nasi itu dengan cepat, aku tidak berfikir itu enak atau tidak, aku ingin sembuh secepatnya.

Seharian, aku hanya dikamar, aku mengobati diriku sendiri, dan malam harinya sudah mulai berangsur pulih, salah satu diantara keluarga mereka, satupun tidak ada yg bertanya soal aku, tidak ada yang perduli soal aku sakit dan penyebabnya.

Hatiku, saat mengingat kejadian malam sebelumnya, tiba-tiba sakit sekali seperti dihimpit besi yang terasa sampai ke tulang kering betis kakiku, sakit sekali.