Gu Zijun keluar dari hotel dalam keadaan sedikit mabuk, sedangkan sekretarisnya telah mengirim mobil untuk menjemputnya. Setelah masuk ke dalam mobil, dia bersandar pada kursi sembari sedikit mengernyitkan dahi dan menutup mata.
"Menteri Gu mau kemana sekarang?" tanya sang sopir.
Gu Zijun memikirkannya sejenak, seharusnya dia sudah pulang saat ini. Namun, salah satu rekan kerja di departemennya memberitahu akan adanya pemindahan posisi. Dia akan dipindahkan ke Departemen Pendidikan dan ditempatkan di universitas dengan jabatan sebagai wakil presiden.
Dua atau tiga tahun kemudian, dengan jabatan tersebut, karirnya akan melambung dan hidupnya akan mengikuti jejak ayahnya. Jika semuanya berjalan lancar, dia khawatir setelah berusia tiga puluh tahun, dia akan melangkah lebih jauh dari ayahnya. Pada saat itu, yang dikhawatirkannya adalah dia akan menjadi pejabat termuda yang memiliki banyak perjanjian dengan pejabat-pejabat lain. Hal itu tentu bisa membuatnya terbebani di masa depan.
Hari ini Gu Zijun minum terlalu banyak, dia tidak menyangka semua orang di departemen pendidikan pandai minum. Saat ini, dia pergi dipenuhi dengan rasa sakit hati, ketika mendengar pertanyaan dari sopir, dia sempat berpikir sejenak dan kemudian berkata, "Pergi ke jalan XXX"
***
"Hei, kenapa kamu minum terlalu banyak?" Setelah Zou Xiaomi mengantar Ye Chaoyang pulang sampai pintu, dia meninjau kembali apa yang dipelajarinya hari ini. Dia tidak menyangka kalau Gu Zijun akan pulang dan lebih tidak menyangka lagi, pria itu pulang dengan diantar sopir.
Begitu Zou Xiaomi memapah tubuh Gu Zijun, dia bisa mencium aroma anggur yang kuat di tubuhnya. Jadi, dia tidak bisa menahan rasa khawatirnya, namun juga merasa sedikit kesal.
"Tidak banyak. Pergilah ke dapur dan ambilkan aku segelas air. Aku haus." Meskipun Gu Zijun berjalan sedikit sempoyongan, dia masih bisa berpikir dengan jernih. Setelah sopir yang mengantarnya pergi, dia memerintahkan Zou Xiaomi untuk membantunya mengambil air minum.
Zou Xiaomi mendudukkan tubuh Gu Zijun di sofa, lalu dengan segera menuangkan air. Khawatir pria itu sedang mengalami hal yang begitu buruk, Zou Xiaomi pun membuatkan secangkir teh untuk membuat pikirannya rileks.
Sementara itu, Gu Zijun sudah meneguk beberapa kali dan merasa jauh lebih baik dari sebelumnya. Dia melepaskan dasinya dan membuka dua buah kancing bajunya, sekarang dia bisa bernapas dengan lega tanpa mengalami sesak.
Melihat dada Gu Zijun yang terbuka, entah bagaimana tiba-tiba gambaran kejadian tadi malam tebersit di pikiran Zou Xiaomi. Dia tidak bisa menahan rasa malu sehingga membuat wajahnya menjadi merah dan tubuhnya juga terasa sedikit panas. Dengan segera dia menjauh darinya, lalu bertanya dengan nada suara malu-malu, "Apalagi yang kamu butuhkan? Apa kamu ingin makan sup yang sehat?"
"Tidak, bantu aku menyiapkan pakaian mandi. Aku akan mandi terlebih dahulu." Gu Zijun menarik kerahnya lagi sehingga area dadanya terlihat lebih banyak lagi.
Zou Xiaomi yang tidak ingin melihatnya langsung mengalihkan pandangan dari Gu Zijun. Setelah mendengar perintah itu, dia pun pergi untuk menyiapkan pakaiannya.
Namun sebelum Zou Xiaomi benar-benar pergi, Gu Zijun bertanya dengan santai, "Apakah tutor itu datang siang ini? Bagaimana dia? Aku belum pernah bertemu dengannya. Sekretaris di kantor yang mendapatkannya. Jika menurutmu dia tidak bagus, bisa digantikan dengan yang lain."
"Sangat bagus. Aku sangat menyukainya. Dia menjelaskan materi dengan sangat menarik. Aku belajar banyak darinya hari ini." Mendengar pertanyaan Gu Zijun mengenai Ye Chaoyang, semua anggota tubuh Zou Xiaomi menjawab dengan penuh semangat, sampai-sampai matanya pun berbinar.
Gu Zijun membelalakkan matanya, menatap Zou Xiaomi dengan cermat. Melihat mata Zou Xiaomi berbinar, seketika dia mengernyitkan dahi. Suasana hatinya saat ini sedang tidak baik, lalu langsung membuka mulutnya dan ingin memberitahunya akan status dirinya yang sekarang akan menjadi istrinya.
Gu Zijun juga ingin memperingatkan Zou Xiaomi untuk tidak menyukai orang lain. Dia memang belum pernah bertemu dengan tutor itu, namun mengetahui bahwa tutornya seorang lelaki. Akan tetapi dia tidak bisa mengatakannya, saat akan bersuara, dia mengurungkan niatnya. Dia tidak ingin dianggap berpikiran sempit, namun jika tidak dikatakan juga akan membuatnya merasa tercekik. Akhirnya, dia hanya bisa berbicara dengan dingin dan mengatakan, "Bantu aku untuk bangun dan mandikan aku!"