"Leo, em..." kata Lita sambil memutar mutar telunjuknya di atas lingkaran gelas.
"Apa nona?" tanya Leo penasaran sambil duduk di balkon bersama Lita.
"Boleh aku memanggilmu dengan sebutan Abang saat kita hanya berdua. Menurutku terlalu tidak sopan jika harus memanggilmu dengan sebutan nama saja." Pinta Lita sambil menatap Leo penuh harap.
"Em. .." Jawab Leo sambil mengangguk.
"Makasih. Abang!" Seru Lita sambil tersenyum manis.
*Kenapa hatiku selalu berdebar setiap kali melihat senyum manisnya? seperti ada sesuatu yang berdesir hebat dan mencelos begitu saja.* Batin Leo sambil membalas senyum Lita.
ceglek...,
Pintu terbuka tanpa ketukan. Leo menoleh dengan segera lalu mulai melakukan ancang ancang untuk bersiap memukul. Lita hanya melihat gerak Leo dengan kebingungan.
"Kamu ngapain Abang?" tanya Lita perlahan dengan wajah bingungnya.
"Ssstt!" jawab Leo sambil meletakkan telunjuk di bibirnya memberi kode untuk diam.
"Leo!" Terdengar suara wanita memanggil nama Leo.
Leo langsung menghampiri arah suara dan melihatnya.
"Abang Leo, Monic kangen!" Seru Monic sambil berlari lalu memeluk tubuh Leo.
"Adek? kapan datangnya?" Tanya Leo penasaran.
"Tadi siang, tapi mampir ketempat kakek dulu. Kata kakek aku di suruh kesini dan membantu calon kakak ipar. Dimana dia?" Tanya Monic sambil melihat kanan kiri.
"Ada siapa Abang?" Tanya Lita yang muncul dari balkon.
"Abang?" ucap Monic sambil mengerutkan dahinya.
"Oh, Leo maksudku. Kamu?"
"Hai, kakak. kenalkan aku Monica aku saudari kembar bang Robby. Tapi kami bukan kembar identik." Jawab Monic memperkenalkan diri.
"Oh iya, aku sudah pernah melihat gambar mu sekali di kantor kakek. kenalkan, aku Lita." jawab Lita dengan senyum ramahnya.
"Mari duduk."
"Mau minum apa?"
"Tidak usah, kakak duduk saja kita ngobrol saja dulu." jawab Monic menarik tangan Lita.
"Kakak tadi manggil bang Leo Abang juga?" tanya Monic.
"yah, ketauan deh. Iya, soalnya ga enak kalau cuman berdua manggil nama. Soalnya juga kan lebih tua bang Leo dari pada aku. Eh harusnya aku manggil kamu kak juga dong. Kamu kan seumuran sama tuan Robby." jawab Lita polos.
"Apa tadi, tuan? panggil aja dia mas. Itu panggilan yang paling tidak di sukainya." kata Monic sambil tertawa.
"Monic, jangan ajari yang tidak tidak pada kakak iparmu." celtuk Leo sambil menyentil kening Monic.
"Wah, kalian dekat dan akrab sekali ya?" kata Lita melihat kedekatan Monic dan Leo.
"Iya kak. Kalau bisa memilih, aku lebih suka dia yang menjadi Abang kandungku dari pada si bengis Robby itu." jawab Monic jujur.
"Hust! tidak sopan seperti itu Monic." ujar Leo menegur ucapan Monic.
"Biarin, emang iya Monic lebih suka Abang dari pada Robby." jawab Monic enteng sambil memeluk Leo lagi.
.Lita hanya tersenyum melihat kedekatan Leo dan Monic.
Leo tersenyum sambil menggeleng pelan.
"Bang Leo ini kak, sedari kecil yang menjaga aku. Kami tumbuh bersama. Tapi dia lebih banyak berperan menjadi kakak yang baik dari pada Robby. Bang Leo ini satu satunya anak angkat Kakek sekaligus orang kepercayaan kakek."
"Iya kan bang?" Ucap Monic membanggakan Leo.
Leo hanya mengangguk sambil tersenyum dan melirik Lita.
"Oke, sudah ngobrolnya. sekarang kalian mulai kelasnya. Aku akan keluar membeli sesuatu." Kata Leo sambil beranjak berdiri.
"Baik. siap Abang!" jawab Monic sambil tersenyum menatap Leo.
"Kelas apa?" tanya Lita bingung dan sama sekali tidak tau.
"Kelas manner dan attitude." jawab Monic sambil memasang wajah manis.
*Mereka kembar? tapi sangat berbeda sekali. yang satu matahari yang hangat. yang satu lagi gunung es.* Batin Lita dalam senyumnya.
Semalaman Monic mengajarkan kepada lita hingga pukul 12 malam. Untungnya benar yang di katakan kakek Agus. Lita adalah orang yang sangat cerdas. kemampuan mengingatnya patut mendapat pengakuan. Jadi tidak teramat sulit untuk Monic mengajarkan semuanya.
"Udah cukup dulu kak, untuk malam ini. Besok pagi sudah h-3 mu. Besok pagi kita lari pagi ya. Aku akan jemput Jan 5.30 pagi. okey!" Kata Monic sambil memberi jari simpul okey.
Lita hanya membalas dengan anggukan dan senyum manisnya.
"Kamu kunci pintunya. Aku pulang dulu, sekalian mengantarkan Monic." Ujar Leo memberi pesan kepada Lita.
"Baik, Abang." jawab Lita sambil tersenyum.
Leo dan Monic pergi. Tak lama berselang, Robby dan Sabrina datang. Lita dan Robby tinggal dalam apartemen yang sama dengan posisi unit yang saling berhadapan. Sepertinya Robby dan Sabrina sedang mabuk. Keduanya saling memapah namun dengan sempoyongan.
Langkah Robby menerobos masuk begitu saja kedalam unit milik Lita. Lita terperanjat sekaligus bingung harus berbuat apa. Terlebih lagi saat ini dia benar benar sedang lelah. Robby masuk dan langsung menuju ke kamar Lita. sambil berjalan keduanya saling memagut bibir satu sama lain. Terjadi adegan panas tepat di hadapan Lita.
Lita ingin menegur tapi percuma saja. Karena mereka sedang mabuk berat. Lita ingin mengambil ponsel tetapi ponselnya ada di dalam kamar. Lita lantas berlari turun dan hendak melapor kepada penjaga keamanan gedung. Tetapi,
*Jika aku melapor, ini akan mencoreng nama baik kakek juga. Tapi jika tidak, dia sangat keterlaluan. Belum jadi suami saja sudah menyakiti perasaan seperti ini.* batin Lita kesal di dalam lift.
*Aku harus apa?!!*
"Tidak mungkin aku masuk lagi dan melihat hal kotor itu. Ah, aku coba saja masuk kedalam unitnya Robby. Siapa tau kode kami sama." Batin Lita sambil tersenyum.
Lita kembali naik kelantai apartemennya da mulai memencet kode sandi di pintu Robby. Benar saja kode mereka sama. Lita tertawa dan melupakan kekesalannya lantas masuk dengan nyamannya dan merebahkan dirinya di sofa. Mata Lita sungguh sangat mengantuk kala itu. Tak lama dia sudah tertidur pulas dan seperti tidak perduli akan seperti apa bentuk kamar Robby.
Pagi hari, terjadi kegaduhan pertangkaran antar dua wanita. Samar samar Lita mendengarnya. Lita yang penasaran lantas keluar untuk melihatnya.
Monic dan Sabrina sedang bertengkar berandai mulut dan saling Jambak. Itu terjadi karena pagi ini Monic ingin menghampiri Lita untuk lari pagi, tetapi malah melihat sesuatu yang tidak seharusnya.
"Hentikan Monic!" teriak Robby sambil melindungi Sabrina di balik tubuhnya.
"Kenapa, kau tidak suka aku mencela wanita murahan ini?" jawab Monic tak kalah keras.
"Ada apa ini, Monic?" tanya Lita yang baru sampai.
"Kak, kakak dari mana saja? semalam kakak tidur di mana?" tanya Monic yang khawatir pada Lita.
"Dengar Monic, aku tidak suka kamu mencela wanita yang aku cintai." Sahut Robby dengan sinis dan menggertakkan giginya.
"Cinta katamu? Dia ini hanya wanita ular kamu tau! Dia memiliki hubungan dengan kaki laki lain kak!" Seru Monic membuka aib Sabrina.
"Monic! atas dasar apa kamu menuduhku?" bentak Sabrina dengan amarahnya.
"Ini, ini. lihat ini! Apa perlu aku membuka semua ini di media. Biar seluruh dunia tau kebusukanmu!" Seru Monic sambil membuka video Sabrina dengan laki laki lain di suatu lobby hotel.
"Dari mana semua ini? ini hanya rekayasa mu saja kan?" Ucap Robby masih membela Sabrina.
"Tidak itu semua asli. untuk lebih jelasnya kamu bisa melihat semua ini. Kamu juga bisa bertanya pada pakar jika meragukan semua bukti ini." Kata Leo yang baru saja datang dengan membawa flash disk.
Sabrina menyahut flash disk itu dengan segera. Wajah panik Sabrina sangat kentara. ketakutan itu menyelubungi pikirannya. Semua kebusukannya terbongkar hari ini. Lita masih terdiam dan menangkap semua kerusuhan yang terjadi.
"Kenapa? akan kau hancurkan. dengar Sabrina, kami bukan manusia bodoh. Kami sudah mengcopy semuanya menjadi lebih dari tiga. Apa kau puas?" Ejek Monic sambil mencibir Sabrina.
Wajah Robby memerah dan matanya memandang tajam Sabrina. Robby lalu menarik tangan Sabrina kencang dan membawanya masuk kedalam kamar apartemennya.
"Makasih Abang, sudah membantu aku." kata Monic dengan rambut yang berantakan.
"Kan kita sudah jadi tim solid untuk membuka ini dek. Udah 1.5 tahun baru selesai." jawab Leo.
*Bang Leo, kamu benar benar orang yang amanah dan bisa memegang kepercayaan. aku salut sama kamu bang* Batin Lita memuji Leo.