webnovel

Chapter 22

"Aliiiice!"

Suara melengking Juliet terdengar memekakkan telinga. Alice membuka sontak membuka matanya dan mendapati Juliet yang sudah berdiri di ambang pintu sembari membawa baskom berisi air panas dan handuk kecil.

Tadi, seusai jam pelajaran terakhir, Juliet langsung buru-buru pulang ke asrama dan mengecek suhu badan Alice saat gadis itu masih terlelap. Juliet langsung berinisiatif untuk mengompres Alice saat mengetahui jika suhu tubuh Alice masih cukup tinggi.

"Kamu sudah pulang, Juliet?" tanya Alice.

"Noooo, Alice! Tetaplah berbaring, jangan bangun!" sergah Juliet ketika Alice hendak bangun dari posisi tidurnya. Gadis itu lantas berlari mendekati Alice. Langkahnya yang terburu-buru mengakibatkan cipratan air panas dari baskom mengenai tangannya.

"Ouch!" pekik Juliet. Refleks, ia meletakkan baskom di atas nakas dan meniupi tangannya.

"Hati-hati, Juliet," kata Alice. Ia menatap Juliet dengan tatapan khawatir. "Kamu tidak apa-apa?"

Juliet mengangguk sembari mengibas-ngibaskan tangannya. Karena rasa panas yang dirasakannya tak kunjung hilang, gadis itu lantas berlari menuju ke kamar mandi dan menyalakan keran.

Menurut apa yang ia pelajari dari kegiatan pramuka, jika tak sengaja terkena air panas atau minyak panas lebih baik kita segera mengguyurnya menggunakan air yang mengalir untuk mengurangi rasa panas.

Namun, setelah berusaha memutar keran beberapa kali, air tak kunjung ke luar dari sana. Juliet kemudian beralih meraih bidet yang berada di samping closet. Akan tetapi hasilnya sama, air juga tak mau keluar dari sana. Dengan kesal, Juliet melemparkan bidet tersebut ke lantai. Tiba-tiba saja air menyembur dari bidet dan mengenai tubuhnya hingga Juliet basah kuyup dibuatnya.

"Shit!" umpat Juliet lalu buru-buru mematikan bidet.

"Juliet, apakah terjadi sesuatu denganmu?"

Suara Alice terdengar dari luar kamar mandi. Juliet menghela napas. Sambil berjalan menuju kabinet untuk mengambil handuk, gadis itu berkata, "Aku baik-baik saja, Alice. Tidak usah khawatir."

Gadis itu terus mengomel pelan sambil mengeringkan tubuhnya dengan handuk sebelum keluar dari kamar mandi.

Alice yang melihat penampilan Juliet yang berantakan mengerutkan dahinya, keheranan. "Apa yang terjadi denganmu di dalam toilet, Juliet? Apakah seluruh tubuhmu juga terkena cipratan air panas?" tanyanya penasaran.

Juliet meringis. "Tidak, Alice. Aku hanya tidak sengaja terkena semprotan air," balas Juliet sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sebenarnya ia malu jika harus menceritakan tentang kebodohannya kepada orang lain. Tapi mustahil juga jika ia harus berbohong di saat sudah tertangkap basah seperti ini.

"Hachu!" Alice mengusap hidungnya. "Kamu ganti baju dulu saja. Kalau kamu ikutan sakit, nanti Romeo pasti akan sangat sedih."

Juliet menganggukkan kepalanya. Benar kata Alice, ia tidak boleh ikutan sakit. Kalau dia sakit, ia tak akan bisa bertemu dengan Romeo karena Romeo pasti tak akan bisa menjenguknya. Selain itu, jika ia ikut sakit, lantas siapa yang akan merawatnya? Alice saat ini juga sedang sakit.

Kini, Juliet sudah mengganti seragam sekolahnya yang basah dengan kaos berwarna lavender dan celana pendek berbahan denim. Ia kemudian duduk di tepi ranjang Alice dan meraih baskom yang ia letakkan di atas nakas tadi. Ia memeras handuk yang terendam di dalam air panas—yang sekarang sudah menjadi lebih dingin—lalu menempelkan handuk tersebut di dahi Alice.

"Oh, aku membawakan sesuatu untukmu."

Juliet bangkit berdiri lalu mengambil kotak makanan yang tadi ia letakkan di nakas. Ia kemudian membuka kotak makanan tersebut, membuat aroma nasi goreng tercium keluar.

"Aku tadi memasaknya khusus untukmu."

"Memasak?" tanya Alice tak mengerti.

"Ya." Juliet mengangguk. "Aku tadi meminjam dapur ibu kantin sebentar dan memasak nasi goreng spesial untukmu," jawabnya dengan antusias.

Mendengar itu, mata Alice berbinar. Ia kemudian bangkit untuk duduk dan menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang. Tak lupa gadis itu melepaskan kompres dari dahinya dan meletakkan handuk tersebut ke dalam baskom kembali.

Juliet menyodorkan sesendok nasi goreng sambil berkata, "Aaa! Ada pesawat ingin masuk ke dalam gua."

Alice terkekeh pelan, tidak habis pikir jika Juliet akan memperlakukannya seperti anak kecil di saat dia sedang sakit. Ia kemudian membuka mulut dan menerima satu suapan dari Juliet. Juliet terus memperhatikannya saat ia mengunyah makanan dari gadis itu, seakan sedang menunggu komentar darinya.

Alice mengunyah makanannya dengan sangat pelan sambil tersenyum kaku. Ingin sekali ia berkata jujur kepada Juliet tentang masakannya, akan tetapi ia tidak tega. Masalahnya, lidahnya menjadi mati rasa karena masakan Juliet terasa sangat asin. Ingin rasanya Alice melepeh makanannya, namun ia tak mau menyakiti perasaan Juliet mengingat gadis itu sudah berusaha keras untuk memasak untuknya.

"Bagaimana rasanya? Apakah enak?" tanya Juliet.

Alice terkesiap, ia memandang Juliet selama beberapa detik, lalu mengalihkan pandangannya. Ia benar-benar tidak tahu harus menjawab pertanyaan itu seperti apa. Haruskah ia berkata jujur atau lebih baik dia berbohong?

"Rasanya tidak enak, ya?"

"Uhuk ... Uhuk ...." Bukannya menjawab, Alice justru terbatuk. Juliet sontak berdiri dan mengambilkan minuman untuk Alice.

Alice menerima air mineral yang diberikan oleh Juliet. Setelah menegakkan minumannya, ia kembali membuka suara, "Rasanya enak, kok. Tapi ...."

"Tapi apa?"

"Kamu udah coba?"

Juliet menggeleng. "Belum. Aku langsung membawanya ke sini tanpa menyicipinya," jawabnya dengan polos.

"Coba kamu rasakan sesuap saja," saran Alice.

Juliet mengerutkan keningnya, tak paham dengan alasan Alice memintanya untuk ikut makanan yang ia masak spesial untuk Alice. Namun, Juliet tetap melakukan apa yang Alice sarankan tanpa membantah sama sekali.

Saat sesuap nasi goreng tersebut menyentuh ujung lidahnya, Juliet langsung melepehnya ke dalam kotak makanan kemudian merebut minuman Alice dan menegaknya hingga tandas.

"Rasanya sangat asin!" serunya sambil bergidik geli.

Alice tertawa kecil. "Jadi, apakah enak?"

Juliet menggelengkan kepala kuat-kuat. Kini, ia merasa bersalah karena hampir meracuni Alice dengan masakannya yang sangat tidak layak di makan tersebut. Seharusnya tadi ia meminta ibu kantin untuk memasaknya saja dan tidak perlu sok ingin memasak sendiri di saat ia tak pernah memasak sebelumnya. Ia bahkan tidak mengerti tentang penakaran bumbu dapur.

"Ini lebih dari tidak enak!" serunya. "Kenapa tadi kamu bilang masakanku enak, Alice? Apakah kamu takut menyakiti perasaanku?"

"Kamu memang berbakat memasak, kok. Tapi ...."

"Tapi apa?"

"Lebih bagus lagi jika kamu menyembunyikan bakatmu yang satu itu," celetuk Alice di sela tawanya.

"Alice! Dasar menyebalkan!"

Mendengar itu, Juliet membelalakkan matanya. Ia menutupi wajahnya dengan kedua tangan karena menahan malu. Ugh, untung saja orang pertama yang memakan masakannya adalah Alice bukan Romeo. Setidaknya ia tidak terlalu merasa malu. Jika orang tersebut adalah Romeo, ia sangat yakin dirinya tak akan bisa menampakkan batang hidungnya lagi setelah ini.