webnovel

Gadis Ini Menjual Obat Penyesalan

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Mendengar kata-kata itu, semua jejak kesedihan dalam benak Sintia lenyap seketika!

Dia tidak ingin menangis untuk seorang Yuda Sinatra, pria itu tidak layak. Dia sudah buta karena pernah menyukai pria brengsek itu!

Untung saja dia masih bisa berpikir bijaksana sehingga tidak pernah berciuman ataupun bercinta dengan Yuda. Kalau tidak, dia pasti akan sangat menyesal!

Sintia menarik napas dalam, berusaha menenangkan diri, "Sebenarnya aku juga tidak ingin mempengaruhi kampanye Kakakmu. Aku adalah penggemar Kakakmu. Di antara semua calon presiden, aku paling menyukainya dan berharap dia bisa lolos dari segala masalah dan memenangkan kursi kepresidenan. Jadi, jika ada yang harus aku lakukan, kamu bilang saja padaku."

"Cukup jaga jarak saja denganku!"

Julian berkata dengan nada dingin, "Semakin jauh semakin baik! Ke depannya, bersembunyilah saat kamu melihatku ada di rumah! Jangan mempengaruhi hidupku!"

'Brengsek!'

'Bagaimana aku bisa memiliki kemampuan untuk mempengaruhi hidupnya?

'Pria ini sangat tidak masuk akal, apa dia tidak bisa bicara dengan baik-baik?'

***

Ada sebuah wilayah di pusat Kota Surabaya yang tidak dapat dijangkau oleh orang biasa tempat ini merupakan simbol dari kekuasaan dan status sosial. Orang-orang biasa tidak akan pernah memiliki kesempatan untuk menyingkap tabir kemisteriusannya.

Sintia kira dia tidak akan pernah punya kesempatan untuk memasuki wilayah itu seumur hidupnya. Tapi tidak diduga, dalam sekejap mata, dia benar-benar telah tinggal di wilayah itu selama kurang lebih setengah bulan, karena mansion Keluarga Yazeed memang berada di wilayah tersebut.

Mansion keluarga Yazeed sangat besar. Dia sudah tinggal di sana selama setengah bulan, tapi masih belum bisa menjelajahi seluruh tempat. Itu juga karena dia tidak berani berjalan-jalan. Mansion keluarga Yazeed dijaga dengan ketat, layaknya keluarga bangsawan. Dia harus hidup dengan sangat hati-hati.

Setelah Julian membawanya ke sana hari itu, pria itu langsung menghilang tanpa jejak.

Setiap harinya Sintia akan pergi pagi-pagi sekali dan pulang larut malam hingga tidak pernah bertemu dengan pria itu.

Sintia tidak tahu apakah pria itu pulang atau tidak. Atau Julian sengaja menghindar karena tidak ingin bertemu dengannya seperti yang dia katakan sebelumnya.

Lebih baik begini, kalau tidak, Sintia tidak tahu harus bagaimana menghadapi pria aneh itu setiap hari. Pasti akan sangat canggung.

Dan ini adalah malam wawancara kerja yang mengecewakan untuk kesekian kalinya….

Sintia merasa semakin marah saat memikirkannya. Dia melamar kerja di Kompas TV. Jelas-jelas hasil tes tulis dan wawancaranya sangat bagus. Namun karena kuota rekrutmen stasiun TV terbatas, akhirnya dia ditolak karena dia kalah dari orang yang memiliki koneksi.

Orang yang memiliki koneksi itu tidak lain dan tidak bukan adalah istri baru mantan kekasihnya!

Yumi Latif!

Apa dia harus menggunakan koneksi orang dalam juga?

Sintia menjual obat penyesalan. Ini tak ternilai harganya. Dia hanya menerima satu pesanan setiap bulannya. Ada seorang pelanggan yang membeli obat penyesalan itu sebulan lalu, dan kebetulan pelanggan tersebut adalah seorang Bos media.

Haruskah dia memanfaatkan rasa terima kasih Bos media itu lalu memintanya untuk menulis surat rekomendasi ke Kompas TV agar dia dapat bergabung dengan stasiun TV itu?

Sintia mengeluarkan ponselnya lalu mengirim pesan kepada Bos media itu. Akhirnya, dia bisa melampiaskan amarahnya, 'memangnya siapa yang tidak punya koneksi di zaman ini?'

Setelah itu, dia pergi mandi, mengeringkan rambutnya, kemudian duduk di atas tempat tidur untuk mengoleskan body lotion. Keningnya berkerut saat menemukan banyak ruam merah di kakinya.

Ini adalah efek dari menekan ekornya untuk waktu yang lama.

Jika dia terus menekannya, maka ruam merahnya juga akan semakin banyak. Dia benar-benar perlu mencari tempat dengan air yang banyak agar bisa berenang leluasa.

'Tapi, di mana aku bisa berenang?

Sintia mendorong pintu balkon hingga terbuka. Sebenarnya, di samping mansion ada kolam renang putri duyung yang setiap hari menggodanya.

Dengar-dengar dari pelayan di rumah, kolam renang putri duyung itu dibangun khusus oleh Julian Yazeed untuk Yana Xila.

'Huh, kenapa Yana Xila bisa terus menikmati semua hal yang bagus?'

Lewat tengah malam, saat seluruh orang di mansion tidur dan mansion sudah sepi, Sintia yang sudah tidak tahan dengan rasa gatal di kakinya memutuskan untuk menyelinap ke kolam renang putri duyung itu.