Tangan Mo Liancheng yang tergeletak di atas meja sudah gemetaran. Tidak, sepertinya seluruh tubuhnya telah gemetaran, bahkan tenaga untuk berdiri pun hampir hilang. Dia lantas terduduk di atas kursi. Dia ingin bertanya, namun tenggorokannya terasa terganjal oleh sesuatu. Bibirnya bergetar karena takut mendengar jawaban yang sedang diduganya itu.
Setelah menarik napas dalam-dalam, dengan pelan Mo Liancheng berkata, "Jingxin, apa saya memperlakukan nonamu dengan buruk?"
"Tidak, Pangeran."
"Apa isi hati saya masih kurang jelas?"
"Je... Jelas," jawab Jingxin.
"Tapi, nonamu selalu ingin pergi dari sini. Benar, kan?"
"Ya."
"Pergi atau… Pulang?!"
"Pangeran! Anda…" Jingxin tampak tertegun melihat ekspresi Pangeran Kedelapan. Dia belum pernah melihat Mo Liancheng seperti ini. Pria yang biasanya tenang dan kalem, yang tidak pernah gelisah, seperti telah kehilangan jiwanya, terlihat sangat sedih dan kesepian.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com