Qu Pan'er yang menyadarinya langsung berdiri dan berjalan dengan pelan ke arah suaminya. Mo Yihuai berusaha menahan diri dan tersenyum ke arah Mo Liancheng. "Adik Kedelapan, yang berlalu biarlah berlalu. Walaupun aku sekarang adalah Putra Mahkota, tapi kita masih saudara yang sedarah. Kita seharusnya tetap berada di kapal yang sama dan berhubungan harmonis."
Walaupun sudah menjadi putra mahkota, hal yang paling dikhawatirkan Mo Yihuai masih tetap sama, yaitu Mo Liancheng. Karena sementara masih belum bisa dibunuh, maka kini dia hanya bisa pura-pura bersikap baik terhadapnya.
Mo Liancheng mengangkat cangkir teh yang tadi disajikan oleh pelayan, kemudian meminumnya dengan pelan. "Putra Mahkota, tujuanmu datang ke sini hanya untuk mengatakan hal ini?"
Qu Pan'er yang diam-diam melirik Mo Yihuai kemudian memasang ekspresi cemas, "Saya dengar Adik Keempat sudah sadar dari koma, jadi saya meminta Putra Mahkota untuk menemani saya menjenguknya."
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com