webnovel

Bab 14

Kim puas sekali berbelanja beberapa pakaian baru, bahkan ia membeli pakaian selain pakaian kerjanya. Ia menggunakan kartu Dean tentu saja dan akan menggantinya nanti saat ia sudah mendapatkan gaji.

Dean diam saja melihat beberapa kantong belanjaan Kim, ia tak habis pikir dengan wanita, kenapa wanita bisa berkeliling Mall hanya untuk mencari beberapa pakaian. Ia menggaruk keningnya yang tidak gatal dan menatap lelah Kim.

Karena hari ini sudah tidak ada kegiatan lagi Kim dan Dean memutuskan untuk kembali ke apartemen masing-masing, Dean ingin melanjutkan tidurnya yang kurang sedangkan Kim ingin bersantai. Ia ingin berselancar di internet untuk mencari tahu pekerjaan seperti apa yang akan ia lakukan di tempat barunya nanti. Memang benar ia pernah mengurus administrasi dulu tapi itu hanya sepintas lalu saja, hanya sekedar membantu pekerjaan manager di tempat kerjanya yang lama.

Puas berjam-jam berselancar di internet dan sudah mendapatkan jawaban, Kim pun meletakan ponsel di sampingnya lalu menatap langit-langit kamar. Hidupnya berubah seratus delapan puluh derajat setelah ia diculik dan diselamatkan oleh Dean. Setelah ini mungkin hidupnya akan penuh bahaya yang lebih menyeramkan lagi dari ini.

"Hollow... sepertinya organisasi ini bukanlah organisasi sembarangan. Aku merasa masih ada yang disembunyikan oleh Dean maupun Victor."

Ia teringat akan penjelasan Victor masalah pekerjaan yang dilakukan Dean yang bisa saja merenggut nyawanya. Mengingatnya saja membuat Kim merinding apalagi kalau ia yang melakukan pekerjaan itu. Kim menggelengkan kepalanya kuat, ia tak sanggup membayangkan bahaya apa saja yang dihadapi oleh Dean.

"Aku tak ingin membayangkannya, itu mengerikan." Kim menggosok-gosok lengannya. "Lebih baik aku membuat sesuatu untuk memenangkan diri." Ia bangkit dari tempat tidur lalu ke dapur untuk memasak sesuatu.

"Bukannya kau libur?" Jane melihat Dean di lobi bersama dengan Kim.

"Aku mengantarkannya."

"Tanda pengenalmu pasti belum selesai, kan." Jane menatap Kim.

"Iya, mungkin besok."

"Biasanya juga seperti itu. Selamat bekerja." Jane tersenyum lebar.

"Terima kasih, kau juga." Kim berlalu bersama Dane masuk ke dalam ruangan di balik kaca.

Belum ada tanda-tanda Victor di kantor, tentu saja, ia sudah mengatakan pada Dean kalau dirinya ada urusan penting dan menyerahkan Kim dibawah pengawasannya. Dean yang tidak memiliki kesibukan setuju saja, lagi pula ia juga harus mengantarkan Kim ke kantor, Kim belum mempunyai id dan sidik jarinya juga belum di input.

Dean mengantarkan Kim ke sebuah ruangan yang berada di pojok, di sana sudah ada seorang lelaki berbadan kurus berpakaian rapi. Ia menoleh saat Dean membuka pintu ruangannya.

"Tumben sekali kau mengunjungiku di sini." Ia mengangkat sebelah alisnya.

"Aku mengantarkan seseorang."

"Siapa?"

Dean menoleh ke belakang dan memberi kode pada Kim untuk masuk. "Ia yang akan menjadi patner kerjamu mulai sekarang."

Kim pun berdiri di samping Dean, lelaki itu membelalakan mata. "Akhirnya Victor mengabulkan permintaanku juga, aku punya patner kerja sekarang." Ia tersenyum lebar.

"Perkenalkan saya Kimberly Rodriguez." Kim mengulurkan tangan.

"Lay Whiteney. Panggil Lay saja dan jangan bersikap formal, di sini bersikap formal itu dilarang." Lay menyambut tangan Kim, menjabatnya sebentar.

"Baiklah kalau begitu."

"Aku tinggal, kau ajarkan saja semua padanya," sela Dean.

"Ok, aku akan mengajarinya dengan baik."

Dean mengangguk lalu meninggalkan mereka berdua di ruangan itu. Ia memilih menuju lantai bawah tempat ia biasanya menghabiskan waktu untuk latihan. Kantor ini hanya memiliki beberapa tingkat saja, lantai atas dipakai untuk ruang kerja, lalu lantai bawah untuk ruang arsip dan di bawahnya lagi ruang latihan. Walau hanya ada tiga lantai namun kantor ini cukup luas dan fasilitasnya lebih dari cukup, ada senjata juga yang tersimpan di sebuah ruang khusus yang digunakan untuk bekerja hingga pertahan kantor kalau tempat ini diserang.

Sudah lama Dean tidak mengunjungi tempat latihan sejak ia mendapatkan pekerjaan silih berganti tanpa jeda, biasanya ia yang paling rajin berada di ruang latihan. Di ruang latihan ada gym, arena boxing hingga tempat latihan menembak dan Dean paling suka berada di ruang latihan menembak, ia bisa menghabiskan waktu berjam-jam.

"Sudah jam makan siang, kau mau makan di mana?" tanya Lay.

Baru bekerja beberapa jam saja leher Kim sudah terasa kaku. "Di sini saja bagaimana? Ada makanan, kan."

"Ada, tapi makanan instan, apa tidak masalah?"

"Aku tidak pilih-pilih makanan."

"Ya sudah, ayo."

Jane menggelengkan kepalanya melihat dua orang staff administrasi ini memakan mie instan. Ia menghela nafas panjang lalu menghampiri mereka yang duduk di meja makan kantor.

"Apa yang kalian berdua makan? Mie instan?"

Lay menoleh. "Tidak ada yang bisa dimakan selain ini."

"Ada roti dan ham di pantry, kenapa kalian tak memakannya."

"Benarkah? Aku tidak tahu."

"Tunggu di sini, aku akan mengambilkan beberapa untuk kalian."

Jane masuk ke dapur lalu ia keluar dengan tiga buah burger yang ia bawa menggunakan nampan. Jane duduk di sebelah Kim dan memberikan burger itu pada Kim dan Lay.

"Makan ini." Jane menggigit burger bagiannya.

"Bisa membuat makanan seperti ini juga rupanya," ucap Kim yang mulutnya penuh makanan.

"Bisa, kau bisa masak sendiri. Bahkan kau bisa minta ingin dibelikan apa untuk persediaan."

"Benarkah?" Mata Kim membulat.

Jane mengangguk. "Ya, kau tinggal bilang saja nanti."

"Kenapa baik sekali?" Ia tak habis pikir ada perusahaan sebaik ini.

"Hmm... bisa dikatakan apa yang kita nikmati ini adalah hasil dari kerja keras mereka yang menyelidiki kasus dan unit S memberikan kontribusi yang cukup besar pada organisasi ini," jelas Jane.

"Sebenarnya pekerjaan apa yang mereka kerjakan?"

"Aku tak punya hak untuk mengatakannya, tapi bukankah kau bisa melihatnya dari catatan administrasi."

"Aku belum mengizinkannya untuk menyentuh arsip pekerjaan mereka," sela Lay.

"Pantas saja," balas Jane. "Kau tahu agen, kan."

Kim mengangguk. "Ya."

"Nah, sejenis itu dan unit S pekerjaannya lebih berbahaya lagi."

"Aku penasaran."

"Nanti kau akan tahu sendiri apa yang mereka kerjakan dan selama kau bekerja di sini kau sangat wajib untuk menutup mulutmu."

"Aku sudah diperingati Victor, tenang saja aku bisa."

Kim mencari-cari keberadaan Dean. Pria itu sama sekali tidak terlihat, tadi katanya akan berada di kantor seharian. Sebenarnya Dean libur tapi dirinya malah pusing akan dihabiskan untuk apa hari liburnya, pria yang susah dimengerti memang, padahal ia sendiri yang minta libur pada Victor.

"Aku tidak melihat Dean, di mana ia?"

"Paling di lantai paling bawah. Ia suka sekali menghabiskan waktu di ruang latihan," jawab Lay.

"Ruang latihan?"

"Ada gym, arena boxing dan tempat latihan menembak di bawah. Jika kau ingin melihatnya, pergilah."

"Wah, lengkap juga kantor ini." Kim takjub.

"Kalian makan siang tidak mengajakku." Andre datang menghampiri mereka.

"Tadi aku lihat kau masih berkutat dengan pekerjaanmu, jadi tidak aku ajak," jawab Lay.

Andre mendengkus, ia pun duduk di sebelah Lay dan menikmati makan siangnya. Mereka bercerita lama di meja makan dekat pantry sampai Victor datang dan ikut duduk bersama mereka. Dari dulu suasana kantor memang sesantai dan seakrab ini jadi mereka yang bekerja di sini sangat nyaman walau pekerjaan mereka bisa dikatakan tidak sedikit.

Banyak yang harus dikerjakan tapi kekurangan orang. Bukannya Victor tidak mau mencari orang hanya saja ia sangat selektif dan hati-hati dalam memilih bawahannya. Sangat berbahaya kalau memasukan orang sembarangan. Kenapa Kim bisa masuk dengan mudah, ya itu karena Dean. Victor sangat mempercayai apa yang dikatakan Dean, terlebih Dean adalah anggota terlama di organisasi ini sama dengannya. Setahun setelah Hollow didirikan, Victor menjemput Dean dari laboratorium penelitian setelah melihat datanya, ia langsung tertarik saat itu dan meminta Dean untuk menjadi bawahannya, hal itu langsung disetujui.

"Mana Tiger?"

"Mungkin sedang di tempat latihan."

"Siapa Tiger?" tanya Kim bingung.

"Dean, panggilan sayang Victor untuknya," jawab Andre.

"Jangan membuat itu terkesan menjijikan," ucap Victor.

"Kalian berdua memang menjijikan, terimalah," balas Jane.

Victor kehabisan kata-kata, ia menyapu wajahnya kasar. Andre, Lay dan Kim tertawa, ucapan pedas Jane membuat Victor terdiam.

"Sekali lagi kau ucapkan itu, akan kupotong gajimu," ancam Victor.

"Hanya perkara itu saja kau sampai memotong gajiku?" kata Jane kaget. "Benar-benar atasan sadis."

"Siapa yang sadis di sini sebenarnya." Mata Victor membesar.

"Kau. Kau seperti wanita saja, gampang tersinggung."

Lagi-lagi Andre, Lay dan Kim tertawa keras. Kim cukup menyukai kantor ini, tempatnya bekerja kini jauh lebih baik dari tempat sebelumnya, ia benar-benar berterima kasih pada Dean.