webnovel

Zesshi Zetsumei

Slash! Slash!

Suara tebasan terdengar dari gang yang berada di dalam kegelapan. Jejak kehancuran bisa dilihat dengan jelas.

Dimulai dari kerusakan fasilitas umum, hingga goresan raksasa yang berada di dinding. Goresan itu terlihat sangat rapi dan seperti telah dilakukan oleh sebuah pedang raksasa.

Namun, yang tak terduga dibaliknya adalah sebuah sabit hitam yang keluar dari bayang-bayang. Senjata itu terlalu besar untuk digunakan oleh pengguna yang memegangnya.

Sambil menyeret sabit itu ke tanah, sebuah helaan napas kekecewaan keluar dari mulut kecantikan yang dingin: "Haah, padahal aku mengharapkan lawan yang cukup kuat. Tugas kali ini benar-benar membosankan."

Setelah sepenuhnya keluar dari kegelapan, penampilan orang itu akhirnya terlihat. Seorang wanita dengan rambut belang setengah, yang mana setengahnya hitam dan setengahnya lagi adalah perak.

Matanya yang heterochromia memancarkan kegilaan dalam kegelapan malam. Tubuhnya yang kecil tidak sesuai dengan umur yang sebenarnya. Apalagi tentang kulitnya yang putih pucat dan auranya yang mencekam.

Wanita ini sering disebut dengan sebutan Zesshi Zetsumei, yang padahal nama aslinya adalah Antilene Heran Fouche. Tapi dia membuang nama terakhirnya dan lebih senang disebut dengan sebutan Zesshi, yang memiliki arti kematian.

Itu sesuai dengan penampilan dan kemampuannya yang memanifestasikan kekuatan kematian.

Terlihat jelas dari senjatanya yang berupa sabit jika Zesshi lebih menakutkan dari malaikat maut. Namun ras sebenarnya dari wanita ini adalah half-elf, karena dia terlahir dari ayah elf dan ibu manusia.

"Memang begitu membosankan setelah aku dibebaskan dari penjara terkutuk itu, tapi biarlah jika aku akhirnya bisa bertemu dengan suamiku." Zesshi memiliki seringai yang menyenangkan saat memikirkan seorang pria dalam pikirannya.

"Lalu target selanjutnya adalah ..... Ah, ketemu!" Zesshi mengeluarkan senyum main-main setelah menemukan apa yang dia cari. "Hanya semoga tidak lebih membosankan dari yang sebelumnya."

Dengan itu, Zesshi melesat dengan cepat dan menyatu dalam kegelapan malam.

...

"Tch, bagaimana dia bisa menemukan kita?"

"Aku tidak tahu, yang penting kita melarikan diri terlebih dahulu dan melaporkan keanehan kota ini kepada Dewa Kematian!"

Dua sosok berjubah gelap terbang dengan cepat di atas langit Kota Kuoh saat dibelakangnya terdapat Zesshi yang sedang mengejarnya.

Zesshi tampak tenang saat dia terus menyamakan kecepatannya dengan sosok yang dia kejar. Dia tidak terburu-buru karena pada akhirnya usahanya ini akan membawanya ke markas musuh.

Setelah bermain kejar-kejaran begitu lama, akhirnya dua sosok berjubah itu merasa diri mereka sudah tidak diperhatikan lagi karena mengira sosok yang mengejarnya sudah tidak bisa lagi mengikutinya.

"Haha, dasar bodoh! Ingin mengejar kami yang seorang Grim Reaper adalah kesalahan. Meski dia kuat, tapi tetap saja dia lebih lambat dari pada kita!" Salah satu sosok berjubah itu berbicara.

"Hei, jangan lupakan apa yang telah dia perbuat pada pasukan kita. Gadis itu membantai semua orang yang kita bawa dan hanya menyisakan kita berdua. Jika bukan karena ke-sensitivitasnya terhadap pergerakan ruang, kita tidak akan kerepotan seperti ini."

"Oh, benar! Maafkan aku. Ini hanya terlalu membingungkan. Helm Kegelapan yang diproduksi secara massal tidak bekerja pada gadis gila itu. Seharusnya itu hampir sama kuatnya dengan produk aslinya! Apa kalian bercanda? Ini adalah benda yang bahkan dibanggakan oleh Dewa Kematian! Benda ini bisa membuat seluruh hawa keberadaan dan tubuh kita menghilang tak kasat mata, seharusnya tidak dapat terdeteksi oleh siapapun bahkan Dewa! Tapi wanita itu bisa menemukannya dengan mudah?!" Sosok berjubah itu mengeluh dengan frustasi.

"Cukup, kita dikirim ke sini hanya untuk mencari informasi tentang kota yang awalnya milik Fraksi Iblis tiba-tiba dikuasai oleh kelompok misterius tak dikenal. Setidaknya, kita bisa mengetahui ketidaknormalan kota ini. Ayo kita kembali!"

Kedua Grim Reaper itu membuat gerbang khusus yang hanya bisa diakses oleh ras mereka dan memasukinya. Tempat yang dituju adalah Alam Kematian yang dikuasai oleh Dewa Kematian Yunani, Hades.

"Jadi itu disebut Helm Kegelapan, ya?" Suara senandung terdengar di langit malam sebelum tersapu oleh angin alami yang dingin. "Sebenarnya cukup merepotkan untuk mendeteksinya, tapi mereka bertemu orang yang salah. Cara kerja helm itu hanyalah menyamarkan jiwa pengguna sehingga tidak bisa dideteksi oleh sensor sihir yang tidak berspesialisasi pada jiwa. Nah, sekarang aku sudah menemukan koordinatnya. Haruskah aku ke sana?"

Tidak jauh dari sana, Zesshi memandang ke bawah dari ketinggian langit dengan mata menyipit. Mulutnya menyeringai dengan kejam karena instingnya mengatakan jika sesuatu yang akan dia tuju membawa kesenangan yang sangat besar.

"Tapi, itu tidak mungkin kulakukan tanpa ijin dari para brengsek itu. Sebaiknya aku kembali."

Tepat setelah itu, tiba-tiba dia mendengar suara seorang pria dari benaknya.

'Masuklah, mengamuklah sesuka hatimu. Sekian, instruksi dari Asheel-sama.'

Segera setelah itu, dapat dilihat jika wajah Zesshi Zetsumei memiliki kemerahan yang tidak wajar. Nafasnya terengah-engah saat dia mendengar nama 'Asheel-sama' dari orang yang mengirimkan transmisi pesan kepadanya.

"Suamiku sedang mengawasiku, sebaiknya aku menyelesaikan misiku dengan baik!"

"Kyahahahahahahaha!"

Tawa melengking dapat terdengar oleh seluruh makhluk supernatural di Kota Kuoh, namun meski begitu mereka tidak berani keluar untuk menyelidikinya karena alasan tertentu.

...

[R18]

Di ruang bawah tanah kondomoniumnya, Asheel duduk dengan posisi angkuh saat menatap layar yang diproyeksikan dengan sihir didepannya. Layar yang ditampilkan tentu saja sedang melihat apa yang dilakukan Zesshi saat ini.

"Heh, ini mulai menarik." Asheel tersenyum tipis saat dia mengambil buah-buahan yang disediakan oleh para Vampire Bridge yang melayaninya.

"Apakah Anda merasa nyaman, Tuhanku?" Sementara itu, suara Shalltear terdengar tepat di bawah Asheel berada.

Asheel melirik kebawah, sebelum tersenyum melecehkan: "Lumayan, kau benar-benar baik dalam melakukannya, Shalltear."

"Tentu saja! Aku telah berlatih cukup lama hanya untuk saat-saat seperti ini!" Shalltear berbicara tentang kerja kerasnya sebelum dia mulai terengah-engah. "Aku akan sangat senang jika Asheel-sama sangat menyukainya."

Asheel tersenyum jahat sambil menyipitkan matanya. Tangannya yang lengket karena buah tiba-tiba menampar ke bawah.

Plak!

"Ah~!"

"Sangat nikmat! Kumohon, Asheel-sama. Perlakukan aku dengan lebih buruk lagi!" Shalltear berteriak kegirangan saat hasrat seksualnya melonjak gila-gilaan.

Asheel semakin menikmatinya dan dengan bersemangat menampar pantat mungil Shalltear berulang kali hingga menjadi merah.

Plak! Plak! Plak!

Namun meski begitu, tubuh Shalltear tetap tak bergerak seinchi pun, hanya ekspresinya yang berubah menjadi gila karena nafsu yang tak tertahankan.

Alasan kenapa Shalltear bisa dalam posisi itu karena saat ini dia sedang menjadi kursi untuk Asheel menonton Zesshi melaksanakan tugasnya.

Walaupun tubuhnya kecil seperti loli dan tangannya yang sepertinya sangat rapuh seakan-akan bisa patah kapan saja, namun Shalltear telah berada dalam pose ini selama satu jam penuh tanpa bergerak.

Apalagi, selama ini dia tidak mengenakan sehelai pakaian pun di tubuhnya. Ini sama saja seperti Asheel yang memperbudak anak di bawah umur hanya untuk kesenangannya yang menyimpang.

Asheel terus menampar pantat mungilnya sementara Shalltear terus mendesah dengan suaranya menggema di seluruh ruangan bawah tanah.

Sambil menonton Zesshi yang sedang membantai para Grim Reaper dengan mudah, Asheel mengelus pantat Shalltear sebelum bergeser ke bawah di mana disana adalah letak vaginanya berada.

Saat jari tengahnya akan menjepit selaput yang basah itu, Asheel bertanya pada Shalltear yang terengah-engah: "Akan kutanya sekali lagi, Shalltear. Apa kau benar-benar legal?"

"Tentu saja nghhhh... Demiurge telah menggunakan Holy Grail padaku dan berhasil meningkatkan usia tubuhku menjadi berusia 18 tahun. Jadi mmhhh.... meskipun itu sudah sampai batasnya untuk saat ini , tapi aku benar-benar sudah legal!"

"Begitu," Setelah mendengarnya, Asheel tidak ragu lagi saat mendorong kedua jarinya ke dalam vagina mungil itu.

"Ah~!"

Shalltear mengeluarkan desahan lebih hebat dari sebelumnya, lidahnya menjulur dan pupilnya memutar ke atas. Wajahnya menampilkan kenikmatan yang luar biasa.

Asheel terus bermain-main dengan bibir bawahnya sementara fokus sebenarnya berada pada layar.

Pada saat itu, layar menunjukkan jika Zesshi akan kembali karena misinya telah berhasil. Melihat itu, Asheel segera menghubungi orang yang menggerakkan Zesshi yaitu Demiurge menggunakan «Message» untuk memerintahkannya masuk mengikuti kedua Grim Reaper itu.

Ini cukup sebagai alasan jika ia ingin kesenangannya belum berakhir.

Harus diakui jika bermain-main dengan Shalltear adalah hal yang menakjubkan. Tidak seperti tubuh sebelumnya yang mana Shalltear adalah Undead yang memiliki tubuh berusia 14 tahun. Setelah menggunakan Holy Grail, Shalltear yang sekarang memiliki tubuh berusia 18 tahun. Tidak ada perbedaan besar setelah tubuh Shalltear menjadi sedikit lebih dewasa, ukuran dan bentuk tubuhnya masih sama.

Meski Shalltear awalnya tidak setuju karena ini akan merusak pengaturan Peroroncino sebagai penciptanya, tapi karena ini demi bisa merasakan cinta Tuhannya lebih dalam, Shalltear rela membuang semua hal yang mengekangnya.

Dia masih seorang undead, tapi tubuhnya bekerja seperti manusia normal. Oleh karena itulah Shalltear bisa mengeluarkan cairan lengket dari bibir bawahnya.

Fakta jika Shalltear adalah penggila seks yang menyimpang sama sekali tidak mengganggu Asheel. Kebejatannya bahkan melebihi Albedo yang seorang succubus.

Toh, vaginanya masih rapat bahkan jika Shalltear terus memasukan benda-benda aneh ke dalamnya selama ratusan tahun terakhir.

Shalltear terus mengerang dan mengerang, kesadarannya diselimuti oleh kenikmatan yang membanjirinya. Apalagi fakta jika hal yang membuatnya merasa nikmat adalah Tuhan-nya sendiri. Shalltear tentu saja akan berserah diri dan dengan sukarela menjadi budaknya.

Asheel meremas pantat mungilnya dan itu cukup untuk membuat naga yang awalnya tenang itu mengembang. Kemudian, dia beranjak dari tubuh Shalltear dan memerintahkan Vampire Bridge disebelahnya untuk membawakan kursi sofa kepadanya.

Tidak butuh waktu lama bagi mereka menyeret kursi besar itu ke belakangnya. Asheel segera menarik tubuh kecil Shalltear yang terengah-engah itu dan memeluknya saat dia bersandar di sofa.

"A-Asheel-sama, apakah saya melakukan kesalahan...?" Masih dengan wajah penuh nafsunya, Shalltear bertanya.

"Tidak," Asheel menyeringai saat tangan kanannya segera memainkan vagina dan klitorisnya dengan kasar. "Soalnya kesenangan yang sebenarnya baru akan di mulai."

Shalltear mengerang sekali lagi saat posisinya bersandar di tubuh Asheel sehingga yang terakhir bisa mempermainkan tubuhnya dengan lebih mudah.

Saat tangan kanannya sibuk dengan bagian bawah, tangan kirinya bergerak memainkan payudara kecilnya. Jari-jarinya memindai putingnya dan memainkannya dengan lembut.

Dari belakang, Asheel mengeluarkan lidahnya dan menjilati telinga runcing Shalltear sebelum dengan perlahan turun ke lehernya lalu ke tengkuknya. Tubuh bagian atas Shalltear penuh dengan air liur Asheel.

Asheel akhirnya mencubit putingnya dengan keras dan menariknya, berulang kali antara bagian kiri dan kanan.

Shalltear mengerang dengan keras saat seluruh tubuhnya berada dalam kenikmatan yang tidak wajar.

"Aku akan keluar~ Asheel-sama....!"

Asheel tidak menurunkan tenaganya tapi malah lebih intens mengaduk-aduk vaginanya. Dia memutar klitorisnya dan dengan kasar menusukkan jarinya ke dalam lubang kenikmatannya.

"Nghhh...! Ahh~~!"

Squirt!

Cairan kebejatan yang keluar membanjiri lantai saat kaki Shalltear tidak kuat lagi dan gemetar dengan lemas. Asheel memeluknya dari belakang dan dengan lembut meletakkan dagunya di pundak Shalltear.

Shalltear bisa merasakan sebuah tonjolan besar yang sangat terasa di pantatnya. Dia merasa kecewa karena bahkan sebelum dia bisa memuaskan Tuhannya, dirinya lah yang sudah dipuaskan olehnya terlebih dahulu.

"Maafkan saya, Asheel-sama. Saya tidak bisa memuaskan Anda..."

Meski Shalltear merasa masih sangat kuat untuk melanjutkan, tapi ini masih terserah Asheel apakah mau melanjutkan atau tidak. Dia bisa berpikir seperti itu karena mengira Asheel yang memeluknya dengan penuh kasih sayang merasa sudah cukup bermain-main dengannya.

"Tidak, hanya saja ... aku masih merasa jika kau adalah yang terbaik untuk dipeluk. Aku ingin memelukmu setiap saat." Asheel berbisik di telinganya yang membuat Shalltear merasa nafsunya melonjak sekali lagi.

Apalagi, dia masih telanjang dan udara dingin yang menerpa tubuhnya membuat hasrat seksualnya naik tak terkendali.

"Mari kita mulai ronde kedua."

...

Zesshi Zetsumei berdiri di sebuah tempat yang tampaknya mirip dengan padang pasir. Aura kematian bisa tercium dengan kuat oleh siapapun makhluk bernyawa yang menginjakkan kakinya di tempat ini.

Terlebih lagi, udara disini sangat berbahaya untuk orang normal karena mereka tidak akan tahu kapan mereka akan mati tiba-tiba dikarenakan kurangnya oksigen.

"Alam Orang Mati, memang seperti namanya, ya? Aku merasakan beberapa sosok Dewa yang sangat kuat di sini."

Masih dengan senyum menyimpangnya, Zesshi menatap ke bangunan seperti istana di kejauhan dengan hasrat bertarung yang tak tertahankan.

Sementara dia masih melihat-lihat tempat ini, ratusan Grim Reaper mendekatinya dari segala arah.

"Yah, tidak mungkin aku tidak ditemukan. Lagipula, aku terang-terangan memasuki tempat ini." Zesshi dengan senyumannya memutar senjata sabit di tangannya, memasang pose siap bertarung.

Tidak menunggu waktu lama, Zesshi menerjang gerombolan makhluk kerangka berjubah yang bertebaran itu dan membantai mereka.

Setiap ayunan sabit yang dia lakukan dapat membantai beberapa Grim Reaper sekaligus. Ayunan itu terlihat sangat indah, hingga berkesan mempunyai seni saat dilakukan di kesendirian antara makhluk-makhluk yang lemah.

Sabitnya terkotori oleh banyak sekali darah yang dikorbankan, yang mana menjadi identitas Zesshi Zetsumei sebagai malaikat maut Nazarick.

Seharusnya dia tidak memiliki julukan itu, namun sejak dia pantas mendapatkannya, maka itulah nama dia bersinar sampai saat ini.

Memang pantas dijuluki sebagai malaikat maut, sentuhan sabitnya mampu mengkorosi siapapun yang dia tebas.

Tidak mudah untuk mengalahkan seorang Zesshi Zetsumei walau dia seorang wanita, meski kekuatannya jauh dibawah para Floor Guardian, namun di dunia ini dia masihlah sosok yang mampu bersaing dengan para Dewa.

Sambil membantai para Grim Reaper yang terus menghampirinya, Zesshi juga menghindari semua serangan yang ditujukan kepadanya.

Zesshi bisa merasakan jika serangan Grim Reaper bisa memotong umur makhluk hidup, dan karena tidak ingin mengambil resiko, dia tidak ingin mencoba menerima serangan di tubuhnya sendiri bahkan jika pasokan umurnya masih sangat banyak.

"Itu sudah cukup, mundurlah kalian semua!"

Sebuah suara menggema di balik badai pasir yang disebabkan oleh konflik saat ini. Setelah kalimat itu jatuh, semua Grim Reaper tingkat rendah yang akan menyerang tiba-tiba berbalik arah dan menjauh.

Gerakan mereka sangat halus dan teratur mengikuti perkataan itu.

Saat badai pasir mereda, bisa terlihat sebuah sosok mengerikan.

Sesosok Grim Reaper dengan jubahnya yang lebih gelap dari semua Grim Reeper lainnya untuk menunjukkan otoritasnya sebagai seorang Jenderal Dewa Kematian. Jubah hitamnya dihiasi dengan ornamen membuat penampilannya tampak seperti Badut Gelap, disorientasi, dengan topeng menyeramkan yang menutupi wajahnya. Penampilannya bisa menunjukkan dirinya sebagai Badut Kematian.

Sabit miliknya adalah sabit paling gelap dari semua Grim Reaper yang pernah Zesshi lihat, dari bilah hingga posisi gagangnya, tangan dan tentakel menyeramkan yang tampak seolah-olah mereka baru saja memotong daging seseorang dari orang mati yang membungkus seluruh kegelapannya dengan sabit besar.

"Ini pertama kalinya saya melihat Anda, sosok kuat yang tidak saya ketahui. Saya adalah salah satu Grim Reaper yang melayani di bawah Hades-sama. Nama saya Pluto."

Hanya dari suaranya, Zesshi bisa merasakan jika orang ini sangat kuat, seolah jenderal raja iblis turun langsung menghadapi pahlawan setelah yang terakhir baru saja berhasil mengalahkan iblis rendahan dari desa awal.

Melihat gadis didepannya hanya diam menatapnya, Pluto tidak menyerah jadi dia bertanya: "Aku harap bisa mendapat kehormatan dengan mengetahui namamu."

"Oh..." Zesshi menghela napas dengan ekspresi tidak menyenangkan. "Panggil saja aku Zesshi, apakah kau puas, tengkorak?"

"Hmm? Sedikit mengejutkan saat mendengar perkataanmu yang kurang pendidikan. Jadi, dari fraksi mana kau berasal? Kenapa kau menyerang wilayah kami, Zesshi-dono?" Meski tidak sesopan awal debutnya, namun Pluto masih bertanya dengan keramahan dalam perkataannya.

"Dari fraksi mana aku berasal....?" Zesshi sangat bingung sampai dia mengorek telinganya sendiri. Ekspresinya berusaha mengingat sesuatu walau akhirnya percuma karena dia tidak bisa mengingat apa-apa. "Bajingan itu tidak memberitahuiku apa-apa! Bagaimana aku bisa tahu?! Lagipula, dunia mana lagi ini?! Aku hanya menjalankan misiku!"

Pluto bingung dengan informasi yang dia dengar. Seharusnya orang sekuat Zesshi paling tidak harus menjadi eksekutif dari sebuah fraksi, namun sepertinya dia tidak mengetahui apa-apa. Ini seolah Zesshi hanya seorang agen yang dikirim untuk misi.

Pluto terus berpikir dengan akselerasi dan mencerna perkataan Zesshi di otaknya. Sepertinya gadis ini tidak menyukai atasan yang mengutusnya, yang membuatnya berpikir untuk membuat Zesshi membelot ke fraksinya.

Tidak semua Grim Reaper menyatu di bawah perintah Hades, melainkan malah terbagi menjadi 3 faksi. Meskipun Hades telah membuat perencanaan matang untuk mengacaukan dunia ini dengan beraliansi dengan para Dewa Neraka yang lain, memberikan gadis ini pada Faksi Iblis Tua sepertinya akan membuat hubungan aliansi menjadi semakin baik.

"Kekuatanmu disiasiakan oleh fraksimu yang buta, kenapa sosok sekuat dirimu tidak diperlakukan dengan lebih baik?" Pluto memulai pidatonya. "Aku mempunyai tawaran untukmu. Bergabunglah dengan kami, kekuatanmu sama sekali tidak pantas dimanfaatkan oleh orang-orang yang bahkan tidak menghargaimu sama sekali. Kami akan memberikan apapun yang kau mau selama kau bergabung dengan kami. Kami adalah fraksi yang sangat menghargai kekuatan. Semakin kuat kamu, semakin banyak otoritas yang bisa kau peroleh--"

"Berisik, jangan mengoceh di telingaku!" Zesshi membanting bagian bawah sabitnya ke tanah dan membuat guncangan aura yang sangat luar biasa. "Apa kau ingin aku membelot ke sisimu?"

Pluto bisa merasakan penghinaan dari kata-kata yang keluar dari mulut Zesshi, dan itu berhasil membuatnya marah. "Aku hanya menawarimu niat baik, jangan membuatku tersinggung atau kau akan kubawa dengan paksa."

Kali ini, Zesshi memandangnya seolah-olah dia adalah idiot paling lucu di dunia, bahkan dengan topeng badutnya membuat Zesshi tidak bisa menahan dirinya untuk tertawa.

"Kau benar-benar ingin memaksaku? Bahkan jika aku mati, aku tidak akan bergabung ke kelompok idiot seperti kalian. Lagipula, pembelotan hanya membuat kematianku terasa lebih menyakitkan. Aku mati jika aku membelot. Terlebih lagi, aku tidak ingin membuat pria itu kecewa kepadaku, jadi biarkan aku membunuhmu dengan mudah, oke?" Zesshi lelah dengan perkenalan ini dan lebih memilih untuk menyerang duluan.

"Kaulah yang memaksaku." Pluto kehilangan keramahan dan ketabahannya.

Keduanya melesat dengan kecepatan yang luar biasa dan menabrakkan sabitnya dengan keras hingga terjadi bentrokan mana di sekitar.

Dunia seolah terdistorsi saat pertempuran keduanya pecah. Percikan api bisa terlihat dari tabrakan keduanya. Keterampilan pertarungan mereka sangat terampil dalam penguasaan senjata sabit, layaknya perwujudan seni itu sendiri telah turun ke dunia.

Pluto tidak mengharapkan Zesshi memiliki kekuatan fisik yang bisa mengimbanginya. Bahkan terlihat jika Zesshi tidak mengeluarkan seluruh kemampuannya.

Sebelumnya dia hanya mengamati dan menilai kekuatan Zesshi saat melawan Grim Reaper tingkat rendah.

Sudah mengejutkan dengan munculnya tiba-tiba sosok kuat yang mampu membantai para Grim Reaper dengan mudah, yang padahal kekuatan Grim Reaper tingkat rendah sendiri memiliki kekuatan yang setara dengan Iblis tingkat menengah.

Saat melawan mereka, Zesshi menggunakan gaya bertarung yang sama sekali berbeda dengan yang digunakannya saat ini untuk melawan Pluto.

"Aku sudah melatih diriku jika saja aku bertemu lawan yang sama-sama menggunakan sabit. Jangan terkejut begitu, lagipula aku sudah bertambah kuat sejak hari-hari penyiksaan itu."

"Jadi begitu, kau mengalami penyiksaan yang menyedihkan hingga kau tidak berani melawan balik. Kau berani menerobos tapi tidak berani melawan atasanmu. Aku sangat kecewa dengan keberanianmu." Pluto tidak kalah dan mendaratkan beberapa serangan di tubuh Zesshi meski dialah yang paling banyak mendapat serangan.

"Lucu saat orang sok tau sepertimu menyimpulkan sesuatu yang sama sekali tidak kau ketahui." Zesshi mengatakannya sambil melompat mundur.

Dia mengamati pakaiannya yang sudah compang-camping dan memperlihatkan sebagian kulit pucatnya. Lebih tepatnya, dia melihat luka yang menyayat kulitnya.

"Regenerasiku menjadi lebih lambat, itu tidak masalah selama tidak memengaruhi umurku."

Pluto tidak terkejut saat mengetahui jika sabit yang sangat dia banggakan tidak menimbulkan efek yang berarti pada Zesshi. Namun dia lebih terkejut saat melihat bagian tubuhnya yang tergores mengalami korosi karena terkena serangan lawan.

"Sangat merepotkan melawan makhluk yang mempunyai resistensi terhadap kekuatan jiwa dan kematian. Inilah yang juga alasan mengapa aku tidak akan pernah bisa menang melawan Hades-sama.

"Sepertinya, melawan Gubernur Malaikat Jatuh lebih mudah daripada melawan makhluk sepertimu."

Pluto tidak mengetahui dari ras mana Zesshi berasal, bagaimana gadis ini juga bisa menggunakan kekuatan kematian dan jiwa. Dia hanya bisa menduga jika Zesshi adalah campuran antara Iblis atau Vampire dengan Grim Reaper itu sendiri.

Pluto menyimpulkannya ketika melihat telinga runcing Zesshi dan penampilan anehnya.

Grim Reaper sangat unggul karena mereka bisa memotong umur lawannya dan membuatnya mati seketika. Namun melawan makhluk yang memiliki kekebalan terhadap kemampuan itu, Grim Reaper hanya bisa mengandalkan kekuatan fisiknya.

Inilah alasan mengapa Pluto yang selalu mendominasi sebagai Dewa di dunia bawah merasa sangat dirugikan melawan Zesshi.

"Ini sudah mulai membosankan, bukankah begitu? Sama sepertimu, aku juga tidak ingin membuang-buang waktu karena hanya membuat pertunjukkan ini menjadi membosankan. Kalau begitu, ijinkan aku untuk membunuhmu."

Dengan seringai sadis, Zesshi membuat tubuhnya diselimuti armor dengan sihirnya.

"Pertunjukkan? Apa yang akan dilakukannya?"

Selanjutnya, Pluto bisa melihat sebuah esensi putih yang keluar dari tubuh Zesshi dan memadatkan eksistensinya sendiri. Dalam waktu singkat, cahaya putih itu membentuk sosok yang identik dengan Zesshi meskipun masih dalam warna putih.

"«Einherjar»."

Zesshi menyebutkan nama sihirnya dan itu terdengar oleh Pluto yang membuatnya semakin bingung.

"Apakah ini sihir nordik yang tidak kuketahui?"

Pluto tidak memiliki waktu untuk berpikir saat Einherjar tiba-tiba sudah berada di belakangnya. Dia harus menghindar dan berkedip sambil berusaha menjauh darinya, namun sosok putih itu tanpa lelah terus mengejarnya.

"Tidak ada pilihan lain, akan kugunakan otoritasku sebagai Dewa. Akan kuperlihatkan bagaimana seorang Jenderal Grim Reaper bertarung!"

Aturan kekuatan di lingkup sekitarnya tiba-tiba menjadi lebih berat. Semua kekuatan sihir berkumpul ke Pluto sebagai pusatnya.

Zesshi bisa merasakan tekanan dari seorang Dewa yang sangat mengerikan. Namun itu tidak memengaruhinya untuk terus merapalkan salah satu mantra terkuatnya. Dapat dilihat jika dibelakang tubuhnya terdapat cahaya jam kuno yang terus berdetak.

Pluto yang kekuatannya semakin kuat dikarenakan otoritasnya memutuskan untuk menyerang Zesshi karena itu sudah jelas kelemahan terbesarnya. Jika Zesshi mati, maka Einherjar juga akan ikut lenyap.

Tapi apakah akan semudah itu?

Setelah Pluto membuat gerbang di belakang Zesshi, tiba-tiba satu Einherjar muncul dari bawah tanah, yang membuatnya menerima serangan dengan kerusakan parah.

Itu terjadi dalam sekejap karena hanya setelah Pluto berpindah posisi, tiba-tiba sabit besar sudah menghantamnya dengan keras.

Sekarang, dia harus melawan dua Einherjar sekaligus yang tidak mungkin dia tangani dengan cepat. Jadi dia berniat mengorbankan Grim Reaper tingkat rendah untuk mengurus dua Einherjar sementara dia akan menyerang Zesshi yang berada dalam posisi tidak bisa bergerak.

Dia merasakan firasat buruk jika saja sihir yang Zesshi lakukan berhasil dirapalkan. Perasaannya berada dalam keadaan hidup dan mati.

Meski tidak secepat dirinya, Grim Reaper sudah berdatangan dari segala arah dan mengepung Einherjar yang membuatnya sibuk. Pluto memanfaatkan kesempatan itu untuk mendorong Einherjar lainnya. Pluto saat ini lebih kuat, jadi dia bisa mendorong Einherjar dengan cukup mudah. Namun....

"Ini sudah terlambat!" Zesshi mengeluarkan seringai paling kejam yang bisa dibuat oleh wajahnya.

"«The Goal Life is Death--»"

Sebelum dia bisa merapalkan sihirnya dengan benar, tiba-tiba wajahnya berubah menjadi jelek saat dirinya dipaksa untuk bergerak dalam posisi yang sangat jauh, karena kalau tidak, dirinya lah yang akan mati.

Benar saja, sebuah kapak raksasa tak terlihat jatuh di tempat dia baru saja berada, menghasilkan ledakan yang sangat dahsyat.

Setelah sekian lama, Zesshi akhirnya bisa merasakan getaran di jiwanya. Kekuatan yang bahkan mampu memengaruhi jiwanya saat dia sendiri berspesialisasi pada jiwa.

"Cukup hebat kau bisa mengacau sebanyak ini di wilayahku. Tapi usahamu akan berakhir disini!"

Saya tahu, Pluto seharusnya tidak selemah itu dan ada beberapa kemampuan yang saya ciptakan sendiri.

Nobbucreators' thoughts