webnovel

Chance to Fix Destiny

In her previous life, she desperately escaped from Adrian's grasp. Betrayed the man who loved her for the sake of Reno who ended up killing her. She was just a chess piece that Reno used to beat Adrian. However, will the storyline change if life repeats itself back to the beginning? Aldara, uses a second chance at life to take revenge on those who have brought him down in the past and present. Dan vowed never to betray Adrian and make the same mistakes as in her previous life. How does Aldara's exciting story improve the fate of his life? Keep up with this story!

RedMoon_ · Urbano
Classificações insuficientes
2 Chs

New Life

"Tunggu! Kenapa aku ada di atas tempat tidur? Bukannya aku-"

Flashback on

"Reno! Kenapa kamu mengkhianati aku? Cinta kita!" tanya Aldara. terbaring di atas lantai kotor di sebuah ruangan yang terlihat seperti gudang, dengan tubuh penuh luka.

Reno berjongkok dihadapan Aldara. "Apa? Cinta kita? Kamu pikir aku mencintai kamu? Sebenarnya aku tidak perlu banyak bercerita padamu, tapi karena ini adalah waktu terakhir kamu bernafas! Maka, tidak masalah! Anggap saja sebagai hadiah perpisahan!"

Aldara menatap Reno dengan bingung.

"Aku tidak pernah mencintai kamu Aldara! Aku hanya menggunakanmu untuk menghancurkan Adrian! Dan sekarang Adrian telah hancur, aku nomor satu sekarang! Jadi, aku sudah tidak membutuhkanmu lagi!"

Deg.

Mata Aldara memanas. Matanya seketika penuh dengan air. Jadi, selama ini ia hanya jadi biduk catur bagi Reno untuk menghancurkan perusahaan Adrian?

"Kenapa kamu tega Reno! Kenapa?"

"Tega?" Reno berdiri. Mengambil sesuatu di atas meja. "Bukankah kamu juga tega mengkhianati Adrian?"

Mata Aldara membulat melihat Reno menggenggam sebuah pisau tajam.

"Reno! Apa yang mau kamu lakukan?"

"Yang mau aku lakukan? Kamu coba pikir sendiri!"

Reno menarik tangan Aldara. Sehingga wanita itu berdiri dengan terpaksa.

"Aku sangat berterima kasih padamu Aldara di kehidupan ini!"

Srat.

Nafas Aldara memburu saat melihat tangannya penuh dengan darah. Dan darah itu berasal dari perutnya.

"Anak kita?"

"Aku tidak sudi memiliki anak dari rahimmu! Cukup Rosa saja!"

Reno mendorong tubuh Aldara ke belakang.

Bug.

'Jika ada kehidupan selanjutnya! Aku akan balas dendam! Dan--aku akan menebus kesalahanku pada Adrian!'

Flashback off

Mata Aldara membulat. Ia lalu mencari keberadaan handphonenya. Dengan terkejut tak percaya pada penglihatannya.

"Ha? Sekarang tahun 2020? Aku kembali ke masa lalu?"

Ceklek.

Mata Aldara menatap pintu yang terbuka.

Deg.

Seorang laki-laki dengan berbalut tuxedo hitam dan berdasi merah kotak-kotak, masuk ke dalam kamar yang saat ini Aldara tempati.

'Adrian?'

Grep.

Tepat saat laki-laki itu yang sangat Aldara kenali tepat berdiri ditepian ranjang, didekatnya. Aldara memeluk tubuh tegapnya erat. Tubuh itu sempat menegang sementara, mungkin kaget dengan apa yang Aldara lakukan sekarang. Wanita itu bahkan terisak-isak. Sapuan lembut, belaian tangan bergerak di atas kepala Aldara. Membuat wanita itu semakin histeris.

"Untuk apa kamu menangis?" tanya Adrian heran. Tak biasanya Istrinya itu menangis tanpa sebab, serta memeluk dirinya. Hal yang baru pertama kali Aldara lakukan setelah tiga tahun mereka menikah.

"Hiks...hiks...aku minta maaf!"

Deg.

Seperti sedang bermimpi. Adrian tak percaya dengan apa yang baru saja Aldara ungkapkan padanya. Rasanya sulit dipercaya, karena wanita itu selalu berpihak pada kekasihnya dan memenuhi waktu dua puluh empat jam dalam sehari untuk memulai pertengkaran dengan dirinya.

'Apa yang sedang direncanakan wanita ini?' batin Adrian curiga.

"Kamu mau apa?" tanya Adrian membuat tangisan Aldara perlahan-lahan mereda.

'Aku lupa, kebiasaanku menangis hanya untuk meminta sesuatu padanya!' batin Aldara sadar. Ia hanya akan menangis memohon pada Adrian saat ia menginginkan sesuatu.

Aldara melepaskan pelukannya. "Aku tidak mau apapun, tau! Memangnya aku tidak boleh menangis!" jawab Aldara ketus, mengusap air matanya.

"Aku tidak bilang tidak boleh! Aku bertanya, kamu menginginkan apa?" tanya ulang Adrian. Ia sudah tak heran pada kelakuan Aldara.

"Memangnya kamu bisa turutin?" tanya balik Aldara. Ia akan belajar dari masa lalu, tak akan mengulangi kesalahan yang sama untuk kedua kalinya.

"Tergantung!"

Aldara diam. "Jadi, kamu mau apa?" tanya Adrian lagi.

"Aku hanya ingin, kamu kembali percaya padaku!" Adrian tertegun dengan permintaan Aldara kali ini. Biasanya wanita itu akan meminta Adrian membantu Reno memulihkan dana perusahaan laki-laki itu. Atau membantu Reno untuk mendapatkan kerja sama pada perusahaan yang ia mau.

"Bagaimana? Kamu bisa menuruti permintaanku?" tanya Aldara dengan tersenyum lebar.

"Tergantung pada sikapmu!" jawab Adrian.

"Sekarang mandilah dan bersiap-siap! Kita akan ke rumah Papa dan Mama! Hari ini para kerabat datang untuk memberikan selamat atas keberhasilan bisnis Papa!" Adrian memutar tubuhnya lalu berjalan keluar.

"Apa itu artinya dia mau memberikan aku sebuah kesempatan?" gumam Aldara bertanya-tanya.

"Kalau begitu baiklah! Aku akan buktikan!" ujar Aldara bersemangat.

***

Saat ini Aldara dan Adrian sedang dalam perjalanan menuju ke rumah orang tua Adrian. Aldara memakai gaun berwarna putih selutut tanpa lengan, dan Adrian memakai tuxedo berwarna putih dengan dasi pita berwarna merah. Warna yang senada dengan gaun Aldara. Aldara melirik Adrian yang sibuk dengan laptopnya. Laki-laki itu tidak pernah membuang-buang waktunya untuk bersantai, dan selalu bekerja dimanapun ia berada.

Kilasan balik tentang masa lalu kembali terlintas dipikiran Aldara. Ia dulu mempermalukan dirinya sendiri dihadapan kedua orang tua Adrian. Kehilangan kepercayaan mereka dan membuat pandangan Adrian semakin rusak padanya. Cinta membutakan mata Aldara. Apapun ia lakukan, agar Reno selalu bisa disisinya. Yang lambat laun, ketika semua keinginan laki-laki itu tercapai. Aldara bukanlah barang berguna lagi dimatanya yang dapat ia pakai.

Adrian menutup laptopnya. Lalu menatap Aldara.

"Jangan membuat aku malu dengan kelakuanmu!" tegas Adrian.

Aldara hanya mampu menghembuskan nafas panjang. Dulu ia tidak menghiraukan ucapan Adrian, dan membuat laki-laki itu malu karena memiliki Istri yang tidak tau cara bersikap sopan santun. Semua itu tentu Aldara lakukan semata-mata karena perintah Reno.

"Su'udzon!" gumam Aldara yang masih bisa didengar oleh Adrian.

Tak butuh waktu lama. Mobil yang membawa Adrian dan Aldara sampai pada sebuah pekarangan sebuah mansion megah. Meskipun pernah melihat bangunan megah itu sebelumnya, namun Aldara tetap saja berdecak kagum.

Adrian dan Aldara turun. Adrian cukup kaget, karena Aldara menggandeng tangannya.

'Huh! Tidak perlu kaget juga!' batin Aldara setelah melihat ekspresi wajah Adrian saat ia menggandeng tangan laki-laki itu. Aldara ingat, dikehidupan sebelumnya Aldara menolak untuk menggandeng tangan Adrian. Sehingga beberapa kerabat Adrian mengatakan sesuatu hal yang buruk tentang hubungan pernikahan mereka. Yah, meskipun itu memang kenyataannya.

Adrian dan Aldara berjalan masuk. Acara ini hanya dihadiri oleh kerabat dan bukanlah acara resmi. Acara resmi untuk keberhasilan Bastian, Papa Adrian akan diadakan minggu depan.

"Kakak!" sapa seorang gadis yang umurnya tidak jauh dari Aldara. Langsung memeluk lengan Adrian, sehingga posisi Aldara tergeser dengan paksa.

"Akhirnya kamu datang juga Kak! Apa sudah tidak ingat aku lagi?"

"Perhatikan sikapmu Ana!" seru Adrian dingin, membuat Adiknya yang bernama Ana cemberut.

Adrian menatap Aldara. 'Kenapa wanita ini malah diam saja? Apa dia bodoh!' batin Adrian. Karena sikap Aldara yang tidak seperti biasanya.

"Apa kamu pengawalku?" tanya Adrian tiba-tiba membuat Aldara bingung tak mengerti.

"Maksudnya?" tanya balik Aldara.

Adrian berjalan mundur selangkah menyamai posisi berdirinya Aldara. Lalu meraih tangan Aldara. Dan berjalan masuk tidak menghiraukan Ana.

'His! Gara-gara wanita itu, Kak Adrian cuek sama aku! Awas aja!' batin Ana kesal.