webnovel

Murid Baru

Pak kelapa sekolah datang dengan sosok laki-laki tinggi yang mengikutinya dari belakang.

Terlihat kepala sekolah berbisik lebih dulu pada Bu Endah lalu setelahnya pergi meninggalkan laki-laki tadi.

Selena yang hendak berdiri jadi mengurungkan niatnya, dia kembali duduk menunggu perintah selanjutnya dari Bu Endah.

Setelah melihat sekeliling, ternyata hampir semua siswi melihat kearah laki-laki yang berdiri didepan.

"Baik semuanya, jadi di semester ganjil ini kita kedatangan personil baru di kelas 12 IPA 1. Sekarang kita coba dengar perkenalan dari siswa baru ini." Bu Endah mempersilahkan cowok tadi untuk memperkenalkan dirinya.

"Halo semuanya." Sapanya dengan senyum manis.

"Hai." Seisi kelas menjawabnya dengan penuh antusias.

"Perkenalkan nama saya Raka Pradipta, saya pindahan dari SMA Kusuma Jaya."

"Ada yang mau bertanya lagi dengan Raka?" Bu Endah memberikan pertanyaan karena sadar sejak tadi banyak murid perempuan yang terpesona oleh murid barunya.

Salah satu siswi mengangkat tangannya, dia adalah Kalani. Bu Endah menunjuknya untuk berbicara, barulah Kalani berani bertanya pada Raka.

"Raka kenapa kamu pindah sekolah? Kan ini sudah kelas 12 sebentar lagi juga lulus." Kalani melontarkan pertanyaan yang juga mengundang penasaran siswa lainnya.

"Karena disekolah yang lama ada beberapa masalah, jadi saya memutuskan untuk pindah kesini." Jawaban Raka sebenarnya tidak menjawab rasa penasaran Kalani, tapi dia asal mengangguk karena masih menghargai privasi Raka.

"Ada yang mau tanya lagi?" Bu Endah kembali memberikan pertanyaan.

Siswi yang bernama Yulia juga mengangkat tangannya, "Raka kamu udah punya pacar belum?"

Pertanyaan dari Yulia cukup membuat Bu Endah melotot tidak percaya, "Kamu ngapain tanya udah punya pacar belum?"

"Hehehe nggak apa-apa Bu, kan cuma tanya." Yulia menjawabnya dengan malu-malu.

"Aku belum punya pacar kok." Sahut Raka membuat para siswi kembali ramai membicarakannya.

Bu Endah geleng-geleng kepala melihat kelakuan anak muridnya, "Ya sudah Raka kamu duduk di kursi kosong itu ya!"

Raka mengangguk pada Bu Endah, "Terima kasih Bu."

Raka berjalan menuju ke meja paling belakang bersampingan dengan Dalfon yang masih tertidur di mejanya.

"Oke, Selena silahkan lanjutkan yang tadi!"

Barulah Selena kembali berdiri dan mengerjakan soal didepan. Bu Endah mengawasinya dengan seksama, saat ini Selena merasa sedang menjalankan hukuman daripada mengerjakan soal.

"Oke silahkan duduk lagi Selena." Bu Endah menggantikan Selena berdiri didepan papan tulis.

"Untuk cara penyelesaian Selena ini sudah benar, hanya saja terlalu panjang. Saya akan mengajarkan cara yang lebih cepat." Bu Endah mulai menuliskan beberapa angka di papan tulis.

Pembelajaran dari Bu Endah memakan waktu yang cukup lama, dua jam pelajaran membuat para siswa jadi tidak bersemangat lagi. Maka dari itu sekarang Bu Endah keluar dari kelas dan menyelesaikan jam pelajarannya, jadi mereka masih punya waktu setengah jam kosong.

Suasana kelas yang tadi tegang berubah dalam sekejap, suara para siswa langsung terdengar keras membuat Dalfon terbangun dari tidurnya.

"Ah berisik banget sih." Ucapnya membuat Raka yang duduk disebelahnya terkejut.

"Hai." Sapanya dengan senyum cerah.

"Siapa lo?" Dalfon juga kaget dengan kehadiran Raka disampingnya.

"Kenalin aku Raka." Raka menjulurkan tangannya.

"Jangan pake aku aku segala! Gue Dalfon." Dalfon membalas jabatan tangan dari Raka.

"Oh iya sory, soalnya udah kebiasaan sih."

"Lo siapa? Ngapain ada disebelah gue?" Raka melihat penampilan Raka yang punya seragam berbeda dengan sekolahnya.

"Gue siswa pindahan dari SMA Kusuma Jaya."

Dalfon langsung mendongak menatap Raka, "Kusuma Jaya? Sekolah elit itu? Ngapain Lo pindah dari sekolah elit malah kesini?"

"Iya karena ada masalah aja disana." Ucap Raka.

"Masalah? Lo buat masalah apa? Tawuran, bolos atau maling?" pertanyaan Dalfon sontak membuat Raka terkejut untuk kedua kalinya.

"Bukan masalah yang begitu, tapi yang lain."

"Oh Lo gangguin cewek." Dalfon mengucapkannya dengan keras, sehingga membuat semua mata tertuju pada mereka.

Dalfon lalu menutup mulutnya, "Ups sory."

"Kenapa Lo mikirnya kayak begitu? Emang tampang muka gue kayak cowok yang suka ngegodain cewek?"

Dengan polosnya Dalfon mengangguk, "Iya soalnya Lo kelihatan muka-muka bad boy sih, tuh lihat aja para cewek disini pada ngomongin Lo!"

"Tapi bukan itu alasan gue pindah, oh iya lupa gue belum tau nama Lo."

"Gue Dalfon, gue suka tidur. Jadi kalau pas gue tidur jangan sampai Lo ganggu!" Dalfon menunjukkan kepalan tangannya untuk memberi peringatan kepada Raka.

"It's okey, gue nggak akan ganggu Lo tidur kok."

Diantara percakapan mereka berdua ada Kalani yang sejak tadi memandang Raka dari bangkunya. Hal ini diketahui oleh Selena, dia melihat Kalani yang bahkan tidak berkedip menatap wajah Raka.

"Kalani, Lani!" Selena menepuk bahu Kalani, baru dia terbangun dari lamunannya.

"Eh ada apa Sel?"

"Kamu ngapain dari tadi lihat Raka sama Dalfon?"

Kalani bingung harus menjawabnya, jadi dia hanya terdiam.

"Dalfon." Tanpa diduga Selena malah memanggil Dalfon.

Dalfon yang sedang berbicara dengan Raka langsung menoleh kearahnya, "Apa?"

"Kayaknya Kalani mau ikut gabung ngobrol." Tanpa berdosa Selena membuat Kalani malu.

Mungkin saja sekarang wajahnya memerah seperti kepiting rebus, Kalani menutupinya dengan buku yang ada diatas meja.

"Nggak jadi?" Selena melihat wajah Kalani yang ditutupi buku.

"Ah jangan ngomong sama gue!"

Selena jadi merasa serba salah padanya, hal ini justru membuat Dalfon dan Raka tertawa.

"Ya ampun Selena, Lo itu jangan kepolosan deh! Udah biarin aja Kalani! Lo aja yang ngobrol sama kita." Ucap Dalfon dengan menahan senyum.

"Halo kita belum kenalan." Raka mengangkat tangannya.

"Oh iya, namaku Selena." Selena membalas ukuran tangan Raka.

"Selena artinya bulan kan?"

"Kok tahu?"

"Soalnya nama aku artinya juga bulan."

"Jadi kamu tahu semua nama yang artinya bulan?" Selena memiringkan kepalanya sambil menunggu jawaban Raka.

"Emm enggak juga sih, cuma kan Selena itu namanya terkenal banget."

Selena mengangguk paham, "Oh begitu aku kira kamu tahu semua nama bulan."

"Gue tahu semua nama bulan Sel." Sahut Dalfon.

"Apa?" Selena menunggu jawaban dari Dalfon.

"Bukan Januari, Februari, Maret, April_"

"Udah stop!" Raka terlebih dulu mengentikan Raka sebelum melanjutkan bicaranya.

"Kok disetop sih? Kan bener gue jawabnya."

"Kalau bulan itu anak SD juga pada tahu Dalfon." Selena menimpalinya.

Perlahan Kalani kembali memutar tubuhnya untuk melihat mereka, "Hai." Ucapnya agak canggung.

"Halo, nama kamu siapa?" dengan ramah Raka menyapanya.

"Aku Kalani, salam kenal." Kalani mencoba memaksakan senyumnya.

"Enggak usah kayak gitu kali! Biasanya juga Lo kalau sama gue bar-bar banget." Ucap Delton sambil menatap Kalani.

"Itu karena Lo suka cari gara-gara sama gue." Sahutnya.

"Mana ada, buktinya waktu gue tidur juga Lo isengin." Dalfon tidak ingin kalah dari Kalani.

"Itu karena Lo tidurnya ngorok jadi ganggu gue belajar."

Cek-cok antara Kalani dengan Dalfon cukup membuat Selena tertawa, begitu juga Raka yang baru saja mengenal mereka.