webnovel

Cerita Dan Derita

Ini cerita Ales, murid kelas 11 yang paling aneh daripada murid-murid yang lain. Bukan hanya kelakuannya yang sering kali membantah guru, tapi juga sikapnya yang dingin dan cuek, menjadikan gadis itu dijauhkan banyak orang. Namun kemudian Ayudisa datang sebagai wali kelas barunya, dan ternyata juga sukses membuat sifat Ales berubah total. Dan dibalik itu semua, Ayudisa menyimpan sebuah rahasia yang bahkan Ales sendiri tidak tahu.

AlyaFairuz · Adolescente
Classificações insuficientes
4 Chs

Ayudisa Dan Satria

Para murid sudah berpulang beberapa menit lalu, hanya tersisa anggota PMR yang tengah latihan dan para guru di sana. Salah satunya juga Ayudisa yang kini masih bersiap membereskan barang-barangnya di meja guru untuk segera pulang.

Tapi kemudian Pak Datri selaku guru PPKN datang menghampiri meja Disa.

"Permisi Bu, udah mau pulang ya?" katanya ramah.

"Oh iya, Pak. Saya udah dijemput."

"Gini, saya cuma bilang. Tadi ada orang yang lapor sama saya, katanya Bu Disa ngeguyur Ales waktu dia tidur di jam pelajaran ya?" Pak Datri bertanya begitu.

Disa tersenyum. "Iya, saya emang ngeguyur Alexa waktu dia tidur, karena saya nggak suka kalau ada murid yang seenaknya tidur dikelas, sedangkan guru sibuk menerangkan."

Pak Datri mengangguk. "Iya Bu, saya ngerti kok. Saya juga nggak ngelarang atau apa. Tapi cuma mau bilang, Alexa ini salah satu murid yang selalu membantah perkataan guru dan melanggar aturan sekolah dengan seenak jidat. Bahkan pihak guru juga udah nggak sanggup lagi ngehadapin anak itu."

Disa mengerutkan dahi. "Terus kenapa nggak di-DO sekalian?"

"Sistem sekolah bukan yang nakal di-DO begitu saja, Bu. Justru sekolah itu harus mendidik, memberi tahu murid mana yang salah dan mana yang benar."

Diam sebentar, sebelum akhirnya Pak Datri kembali bicara.

"Untungnya Ales kenakalannya masih di dalam area sekolah. Sejauh ini, dia nggak pernah mencoreng nama baik sekolah diluar sana." lanjutnya

Tapi mendengar pernyataan laki-laki itu barusan, Ayudisa menjadi terdiam. Dia juga sudah berpikir dari awal kalau Alexa ini memang murid nakal yang pastinya sudah dikenal seantero sekolah.

Dan ada benarnya juga kata Pak Datri, sekolah itu bukan yang nakal dikeluarkan begitu saja, dan yang pintar selalu di bangga-banggakan. Tak ada salahnya memang, tapi alangkah baiknya, kalau guru harus bersikap adil.

"Maka dari itu," Pak Datri kembali bersuara. "Saya sangat kagum sama perlakuan Bu Disa waktu dapet laporan tadi pada Ales. Saya rasa, guru-guru di sini nggak akan mungkin berani sampai negur murid seperti yang dilakukan sama Bu Disa."

Disa tersenyum. "Guru harusnya begitu kan? Tegas pada muridnya, tapi bukan bermaksud agar murid bisa tunduk pada guru, melainkan agar murid tau arti dari kedisiplanan."

Diam-diam, Pak Datri menarik senyum kagumnya. "Bu Disa, tolong bantu Ales supaya dia bisa tau arti disiplin. Karena saya percaya, cuma Bu Disa yang bisa ngelakuin itu.

Ayudisa hanya tertawa kecil. "Iya, Pak. Saya akan megang selalu kepercayaan Bapak."

"Oh iya, ngomong-ngomong," Pak Datri mengulurkan satu tangannya. "Saya Datri, guru PPKN sekaligus ketua dari dewan perwakilan guru SMA Cendikia Bangsa ini."

Bu Disa tersenyum lagi, sambil menyambut tangan Pak Datri.

***

Matahari sudah menenggelamkan dirinya, langit pun kini sudah gelap. Ales tengah menyajikan beberapa makanan di meja makan. Setelahnya, dia terduduk di kursi, sambil menyiapkan piring makanannya sendiri.

Namun sebelum itu, piringnya direbut oleh sesosok wanita berambut pendek, dengan sorot mata tajam.

"Nggak usah makan kamu malam ini! Lupa? Kamu itu masih ada hutang sama saya! Dasar nggak tau malu!" ketusnya ke arah Ales.

Dia Ruri, tantenya Ales yang punya kepribadian macem nenek lampir.

Tapi Ales bahkan tidak membantah, dia hanya menatap tantenya dengan tatapan tajam juga, kemudian langsung beranjak dari sana.

Tentu Ales tidak mungkin melawan, yang ada malah dia tidak diizinkan tinggal di rumah ini lagi. Juga tidak diberi uang jajan dan lain-lain. Karena bagaimana pun, Tante Ruri sudah sangat berjasa, karena mau membesarkannya.

Sedangkan orang tua Ales? Bahkan mereka tidak peduli dengan putrinya.

"Kamu tuh bener-bener turunan dari orang tua kamu ya, nggak bertanggung jawab." Tante Ruri mencibir ketika baru saja Ales mau beranjak dari sana.

Sampai kemudian gadis itu membalikkan tubuhnya. "Tante nggak usah bawa-bawa orang tua aku bisa? Lagipula aku bakal buktiin, kalau hidup aku ini nggak akan sama kayak mereka!"

Tante Ruri terkekeh sinis. "Buktiin aja kalau bisa. Yang namanya orang tua sama anak, pasti nggak bakal beda jauh perlakuannya."

Ales capek. Dia memilih untuk beranjak dari sana, dan sempat berpas-pasan dengan Tamara--putri tunggalnya Tante Ruri yang juga punya kepribadian sama dengan Maminya, alias macam nenek lampir.

***

"Aku tadi ketemu Alexa," Disa berujar sambil menyajikan secangkir kopi di meja ruang tamu.

Laki-laki yang duduk di sana hanya menatap Disa tak percaya. "Serius? Terus gimana?"

"Ya aku awalnya kaget aja, dan ternyata sifat Alexa benar-benar berada diluar dugaanku ." Disa tersenyum, mengingat-ingat kejadian tadi pagi saat pertama kali bertemu dengan Alexa.

Mungkin bagi Ales, ini adalah kenangan terburuknya karena bertemu orang seperti Disa yang menyebalkan.

Tapi bagi Ayudisa, justru ini adalah momen yang sangat berharga.

"Kamu tau, Satria? Ternyata Ales adalah salah satu murid nakal yang namanya sudah terkenal seantero sekolah." Disa berbicara lagi pada laki-laki bernama Satria ini.

Satria sejujurnya adalah tunangan Disa, mereka dijodohkan awalnya, dan kemudian saling menerima satu sama lain.

"Tugas kamu berlipat ganda dong?" Satria menatap Disa yang nampak pusing.

"Ya jelas, belum lagi sama satu masalah yang bener-bener bikin aku pusing tujuh keliling. Dan tadi, aku dipercaya sama satu guru untuk bisa merubah sifat Ales." Disa memijat pelipisnya.

Sedangkan Satria tertawa sedikit, kemudian dia menepuk-nepuk bahu Disa yang duduk di sampingnya. "Sabar, jalanin aja dulu. Aku juga percaya kamu bisa lewatin semua ini."

Disa tersenyum hangat ke arah Satria. "Makasih. Aku juga minta maaf, karena gara-gara masalah ini, pernikahan kita harus diundur."

Satria ikut tersenyum. "Nggak apa-apa, Disa. Kan aku udah bilang dsri pertama kita dijodohin sama Papa, aku bakal terima kamu apa adanya, dan tetep bakal selalu ada di samping kamu dalam keadaan apapun."

Laki-laki itu menjeda, sebelum akhirnya kembali membuka suara.

"Pernikahan memang suatu kebenaran, Sa. Tapi terlalu terburu-buru itu yang nggak benar. Semuanya harus dimulai dari hati, dan niat tentunya. Tidak perlu saling mencintai, karena sesungguhnya cinta itu akan datang seiring berjalannya waktu kita bersama-sama." lanjutnya sambil mengusap puncuk kepala Disa pelan.

Ayahnya memang tidak salah menjodohkan Ayudisa dengan Satria. Laki-laki itu baik, sopan, dan tentunya sangat merngargai perempuan. Bonusnya, Satria juga pengusaha muda hebat yang sudah bercabang dimana-mana.

Meski berawal dari perjodohan, tapi tentunya orang tua menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya. Dan Ayah Disa sudah menjawab itu, buktinya dia bisa memberikan laki-laki sebaik Satria untuk Disa.

Dan Satria juga sangat menerima Disa dalam keadaan dan status apapun itu.

Bahkan, dia juga menerima rahasia tersembunyi dari Ayudisa.