webnovel

Bagian 19

Dia menundukkan kepalanya dengan lemas, melipat kakinya ke dadanya seraya menyembunyikan wajahnya di antara lututnya.

Emosi mulai menguasainya, air mata mengalir turun di pipinya. Wolfie benar-benar putus asa.

Lalu—

"Wolfie, ada apa?" Tanya suara yang sudah sangat dikenal Wolfie.

Rey yang bangun lebih awal dari Wolfie tidak bisa menahan sensasi lengket di antara kakinya. Jadi, dia menuju ke Danau Kelam untuk mandi sendirian. Dia bahkan menangkap beberapa ikan untuk sarapan setelah membersihkan tubuhnya. Hingga akhirnya pada saat dia sedang berjalan balik ke tempat mereka tidur semalam, dia bisa mendengar suara tangis Wolfie dari kejauhan.

Rey terkejut mendengar suara tangisan itu, jadi dia mempercepat langkahnya dan melihat Wolfie yang meringkuk sambil menangis dengan pundaknya yang bergetar hebat.

Rey menyadari mata Wolfie yang bengkak penuh dengan air mata , memunculkan seringai jahat di hatinya.

'Imut... sekali.' Pikir Rey. 'Jika begini, dia benar-benar terlihat seperti seekor anjing kecil yang ditinggalkan sendiri oleh tuannya.'

Wolfie mengangkat kepalanya, menatap tepat pada orang yang berada di hadapannya dan merasa tidak percaya. Ketika sosok Rey akhirnya terlihat jelas di matanya, dia melompat ke pelukan Rey, meraung lebih keras.

"Kukira... kamu tidak menginginkanku lagi... Hhhnnn..." Tangis Wolfie di pelukan Rey.

Rey dengan lembut menepuk kepala Wolfie untuk menenangkannya. Dia merasa kalau dia seperti baru saja menyiksa seorang anak kecil.

Yang lebih parahnya lagi, dia lah yang baru saja di 'siksa' oleh si anak itu...

"Paman... Aku pikir, aku sudah menemukan sesuatu yang benar-benar aku inginkan." Kata Wolfie dengan sungguh-sungguh.

Ternyata pusat dari dunia tempat Istana Labirin itu berada di perintahkan olehnya. Ketika hatinya tenang, tidak ada lagi kebutuhan untuk mengembara. Sebuah pintu yang rangkanya terbuat dari es tiba-tiba muncul di belakang Wolfie.

"Wolfie, itu..." Kata Rey terkejut.

"Itu pintu keluarnya " Suara Wolfie terdengar sedikit gemetar.

Rey tidak sanggup membayangkan Wolfie menjadi sendirian lagi ketika dia pergi meninggalkan Istana Labirin ini, jadi dia bertanya, "Maukah kamu ikut denganku?"

Wolfie tersenyum dengan suram, "Paman... Ketika kami, kedua belas Binatang Buas, diberikan wilayah kami masing-masing, kami bersumpah untuk tidak meninggalkan istana sampai akhir hayat kami... Paman, kumohon, kamu tidak tahu seberapa kejam Binatang Buas yang lainnya, aku benar-benar tidak ingin melihatmu terluka, aku mohon padamu..." Kata Wolfie dengan nada memohon dan meraih kedua tangan Rey di dalam genggamannya.

"Wolfie, di akhir Dua Belas Istana, ada jawaban yang selama ini aku cari. Itu juga alasanku untuk memasuki istana. Aku tidak bisa menyerah..." Kata Rey. Tangannya menggenggam balik tangan Wolfie yang sedikit bergetar.

"..." Wolfie terdiam sejenak saat dia menatap pada Rey, seakan-akan mencoba untuk merekam sosok pria itu ke dalam benaknya, membakarnya ke dalam hatinya.

"Kalau begitu..." Wolfie menarik Rey ke dalam pelukannya, membenamkan gigi taringnya ke dalam leher si pria.

"Ughh?!" Sebuah bola misterius berwarna emas tiba-tiba muncul pada sela-sela antara mulutnya dan leher Rey. Hampir dalam sekejap, bola itu menghilang masuk ke dalam tubuh Rey.

"Kalau begitu... Berjanjilah padaku untuk tetaplah hidup." Wolfie berkata ketika dia menjilati darah segar yang keluar dari leher Rey.

Meskipun perpisahan itu sangat menyakitinya, Wolfie mendorong Rey untuk pertama kalinya.

"Ayo... Pintu keluarnya memiliki batas waktu. Paman... Selamat tinggal." Kata Wolfie tersenyum. Namun di mata Rey yang jeli, dia bisa melihat kalau Wolfie menutupi kesedihannya dengan cara memberikan senyuman kepada Rey.

Gelombang rasa gelisah tiba-tiba muncul di hatinya, dia tidak bisa menjelaskannya dengan benar tapi dia punya firasat yang buruk, seolah-olah... ketika mereka berpisah, dia tidak akan bisa bertemu Wolfie lagi...

"Aku akan kembali... untuk menjemputmu." Kata Rey dengan tegas.

"Hn?? Apa yang kamu katakan...?" Tanya Wolfie dengan bingung.

Rey melepaskan kalung kerang yang Kepala Suku Rages berikan padanya dan kemudian mengalungkannya pada leher Wolfie, "Ini adalah jimat keselamatan, jagalah jimat ini. Ketika aku sudah menyingkirkan Raja Salem, aku pasti akan kembali untukmu. Karena itu, Wolfie, kamu harus menungguku..." Kata Rey. Tangannya meraih pipi kiri Wolfie dengan lembut.

Rey jarang membuat janji, tapi ketika dia berjanji, dia pasti akan menepatinya, semuanya.

"Paman..." Suara Wolfie bergetar karena menahan nangis.

'Aku benci berpisah denganmu. Aku benci diriku sendiri yang tidak bisa terus melindungimu.' Wolfie hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri karena ketidakmampuannya dalam melindungi pria yang dicintainya ini.

Menghapus air matanya, Wolfie menampilkan senyum konyolnya, meyakinkan Rey, "Aku akan menunggu kedatanganmu!"

Dan Rey pergi.

Dunia menjadi sunyi seakan-akan hanya ada Rey.

Kelopak bunga locust berguguran ke tanah seakan-akan pepohonan sedang menangis, kelopak yang berguguran mencerminkan kesedihan di hati mereka...

Namun, di bawah pohon locust, ada seorang pemuda duduk bersandar pada batang pohon. Dia tersenyum, seakan-akan sedang menunggu seseorang.

Si pemuda menutup matanya dengan ekspresi tenang dan tangannya memegang erat kalung kerang yang tergantung di dadanya.

Kelopak bunga menari dengan angin.

Tidak ada yang berubah.

Kecuali darah yang mengalir keluar dari sisi mulut pemuda itu...

~~~~

Ini adalah dunia yang benar-benar dikelilingi oleh kegelapan yang sangat mencekam.

Bulan berwarna merah darah tergantung tinggi di atas tirai malam berwarna hitam pekat.

Udara yang berbau amis darah dengan tengkorak hewan tersebar di seluruh tempat. Rey menutup mulut dan hidungnya dengan tangannya ketika melangkah maju. Lalu, tepat dihadapannya, dia bisa melihat beberapa binatang buas berukuran raksasa terkoyak menjadi dua, bau busuk darahnya bahkan belum mengering.

Tempat ini... seperti neraka.

Di dalam kegelapan, dia masih bisa mengenali sebuah kastil kuno dari kejauhan. Rey tahu kalau istana itu adalah tempat Binatang Buas yang selanjutnya bersemayam, tapi kakinya menolak untuk melangkah maju meskipun dia sudah mencoba dengan keras.

Tiba-tiba terdengar suara yang sangat memekikkan telinga.

"AOOOWWWW!!!"

Di antara bayangan pepohonan, seekor binatang buas yang liar yang menyerupai beruang cokelat berukuran dewasa berlari keluar dari kegelapan! Tapi binatang buas itu bahkan tidak melirik Rey sama sekali. Binatang buas itu hanya berlari dengan kecepatan tinggi karena sebuah bayangan kilat mengikutinya tepat di belakangnya. Dalam sekejap, sebuah lubang menembus dada si beruang cokelat, darah menyembur ke wajah Rey. Lalu Rey melihatnya. Bayangan kilat berwarna hitam itu baru saja mengeluarkan jantung si beruang langsung dari tubuhnya!!!

Beruang itu terbaring dengan lemas di atas tanah saat bayangan berwarna hitam yang tinggi itu berdiri di hadapan mayat beruang itu. Bayangan itu mengeluarkan cakarnya, menebas kepala si beruang dengan cepat.

Rey akhrinya terjatuh di atas tanah karena merasa sangat terkejut dengan apa yang ada di hadapannya saat ini.