webnovel

Cachtice Castle : Blood Countess de Ecsed

Sinopsis Sebagai pria bangsawan dengan gelar ksatria pedang agung yang cukup disegani pada banyak medan pertempuran, Lorant sering menjadi bahan pembicaraan gadis-gadis bangsawan. Wajahnya yang memiliki tulang rahang tegas, dengan hidung bagaikan terpahat sempurna yang memisahkan kedua mata coklat setajam elang berbingkai alis berbentuk golok tebal, membuatnya sangat berkharisma. Tubuh atletisnya yang dipenuhi guratan luka akibat perang, justru semakin membuatnya terlihat gagah. Bahkan para gadis sering membual bahwa dia tahu berapa jumlah bekas luka yang ada di tubuh Lorant, untuk menimbulkan asumsi bahwa dirinya cukup intim dengan Lorant. Tetapi Lorant justru mencintai Benca, gadis biasa yang tinggal terisolir di tepi hutan selama delapanbelas tahun. Hubungan cinta mereka menghasilkan dua orang anak kembar, Lovisa dan Edvin. Lorant tidak menyangka kisah cintanya bersama Benca merupakan awal perjuangan panjang dan pertarungan mental yang kerap membuatnya frustasi. Selain harus menghadapi kecemburuan Ivett, wanita bangsawan yang telah dijodohkan dengannya dan berusaha mati-matian untuk melenyapkan Benca dengan cara apapun, Lorant juga harus menerima kenyataan, bahwa Benca adalah putri kandung dari bibinya sendiri, seorang wanita bangsawan kelas atas penganut satanisme yang sering melakukan ritual berupa mandi darah perawan, dan telah menculik Lovisa, untuk dijadikan korban ritual. Dengan segala kemampuannya, Lorant berusaha melindungi dua wanita yang paling dicintai dalam hidupnya dari cengkraman bibi sekaligus ibu mertuanya yang haus darah.

Risa Bluesaphier · História
Classificações insuficientes
119 Chs

105. Permohonan Sederhana Berakibat Fatal

Erza dan Benca sedang duduk di ruang makan menikmati sarapan bersama putra-putri mereka. Kali ini baik Benca maupun Erza lebih banyak diam.

"Fia, apakah Susannah sudah lebih baik kondisinya?" Tanya Erza hati-hati.

Benca mengangguk. "Ya, luka-lukanya mulai mengering, dan nafsu makannya juga baik, hanya saja dia masih sering merasa kaget. Sepertinya trauma di dalam dirinya begitu lekat."

Erza menatap Benca dengan sendu, ada kabut dalam kedua mata wanita cantik tersebut. Ada banyak pertanyaan tetapi juga ada banyak keterbatasan untuk membicarakannya. Erza memandang sekelilingnya, menatap putra-putri mereka yang sedang santai menikmati sarapan pagi mereka. "Akankah situasi ini tidak akan dialami lagi? Haruskah mereka bersembunyi untuk menghindari kasus seperti yang dialami oleh Susannah, menjadi korban dari orang yang ingin mengambil darahnya yang sampai saat ini belum diketahui siapa pelakunya itu?" Erza berdialog dalam bathinnya.

Capítulo Bloqueado

Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com