Erza dan Benca sedang duduk di ruang makan menikmati sarapan bersama putra-putri mereka. Kali ini baik Benca maupun Erza lebih banyak diam.
"Fia, apakah Susannah sudah lebih baik kondisinya?" Tanya Erza hati-hati.
Benca mengangguk. "Ya, luka-lukanya mulai mengering, dan nafsu makannya juga baik, hanya saja dia masih sering merasa kaget. Sepertinya trauma di dalam dirinya begitu lekat."
Erza menatap Benca dengan sendu, ada kabut dalam kedua mata wanita cantik tersebut. Ada banyak pertanyaan tetapi juga ada banyak keterbatasan untuk membicarakannya. Erza memandang sekelilingnya, menatap putra-putri mereka yang sedang santai menikmati sarapan pagi mereka. "Akankah situasi ini tidak akan dialami lagi? Haruskah mereka bersembunyi untuk menghindari kasus seperti yang dialami oleh Susannah, menjadi korban dari orang yang ingin mengambil darahnya yang sampai saat ini belum diketahui siapa pelakunya itu?" Erza berdialog dalam bathinnya.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com