Menatap Amerta yang kelihatannya sedang gelisah rupanya jauh lebih menyenangkan dari yang Bella duga. Dia memang kelihatan sedang kesusahan namun karena tak menatapnya yang merupakan sahabat atau mungkin masih tahap teman dan bahkan enggan meminta bantuan maka Bella hanya perlu membiarkan saja bukan?
Bella sengaja menunggunya hingga Amerta kehabisan cara menemukan jalan keluar dari masalahnya itu. Jika dia bisa maka akan ku abaikan, benar-benar mengabaikannya.
"Eum … Bella, aku ... itu," cicit Amerta setelah cukup lama terdiam.
Diam-diam Bella menahan tawa yang hendak meledak ini mencoba bersikap professional sebagai pawang patah hati serta bingung yang ada dalam diriku ini. Lucu banget sih temennya ini, dia walau suka sekali mengajak adu mulut tapi rupanya juga bisa imut. Bukankah yang seperti ini pantas dipertahankan meski dia mengatakan bahwa hanya datang untuk memanfaatkan?
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com