webnovel

delapan

Sejumlah informasi terkait tentang Harry Kazuya bisa dikonfirmasi dengan gampang. Kiki, mencari jejak Harry Kazuya dua bulan terakhir, tepatnya setelah dia dibebaskan. Kiki yang sambil menindaklanjuti orang-orang dermawan yang datang untuk mengunjungi ke gereja mereka, mengobrol dengan seorang pengawas Rumah Singgah di Chiba yang mengatakan kalau Furuya sudah tinggal di sana selama lima minggu. Terkadang dia kembali ke rumah singgah tepat waktu, kadang tidak kembali. Persinggahannya di sana direncanakan selama sembilan puluh hari, setelahnya, dia akan menjadi manusia bebas. Tapi tentu saja, masih ada ketentuan pembebasan bersyarat yang ketat pada dirinya.

***

Rumah Singgah Chiba setidak-tidaknya menampung dua puluh lima laki-laki. Menariknya, dikhususkan hanya untuk laki-laki, tidak ada perempuan. Rumah singgah itu beroperasi di bawah tanggung jawab legal Lembaga Permasyarakatan. Harry Kazuya, sama seperti halnya dengan penghuni rumah singgah yang lain, dianjurkan pergi setiap jam delapan pagi dan kembali lagi ke rumah singgah selambat-lambatnya jam tujuh malam, tepat saat makan malam. Mulai pergi setiap jam delapan pagi dari rumah singgah lalu mencari pekerjaan, sangat disarankan. Biasanya si pengawas rumah singgah membuat para penghuni sibuk dengan pekerjaan-pekerjaan domestik, bersih-bersih dan pekerjaan serabutan paruh waktu. Harry Kazuya sendiri bekerja selama empat jam sehari, dengan upah berkisar $7 per jamnya, mengawasi setiap kamera di ruang bawah tanah sebuah gedung kantor pemerintah. Pekerjaannya rapi, dia bisa dipercaya sekaligus tidak banyak omong, dan belum sama sekali membuat masalah. Biasanya orang-orang yang seperti dirinya memang berkelakuan baik, sebab bila insiden atau pelanggaran sedikit saja, mampu membuatnya dikirim kembali ke penjara. Di rumah singgah, mereka bisa melihat langit secara jelas, bisa beradu kulit dengan alam sekitar, menghirup udara bersih langsung di dekat produsennya, dan mereka tidak ingin mengacaukan itu semua.

Mengenai tongkat yang setiap hari dibawa Harry, si pengawas tidak tahu banyak tentang tongkat itu. Harry sudah menggunakan tongkat itu sejak hari pertama dia tiba di rumah singgah. Bagaimanapun, hanya sedikit yang bisa dirahasiakan di antara para penghuni yang ada di rumah singgah tentang sosok Harry Kazuya. Rumor menyebutkan bahwa Harry pernah dipukuli sampai parah di penjara oleh sekelompok tahanan yang satu sel dengannya. Tepat, dia telah melakukan kejahatan yang sangat keji, mereka menjauhinya. Harry mempunyai kebiasaan yang aneh, dia suka menyendiri, dan biasa tidur di sebuah ruang kecil di belakang dapur, sementara para penghuni yang lain kompak tidur bersama di kamar utama.

"Kami memiliki banyak tipe mantan kriminal di sini, dari pembunuh sampai pencuri, semua ada. Tapi kami tidak terlalu banyak bertanya, bukan wewenang," kata pengawas itu.

Usai ngalor-ngidul membahas tentang sesuatu yang bersifat teknis, juga mengulas riwayat kejahatan Harry sepintas, Kiki dengan ringan menyinggung tentang kondisi kesehatan yang telah ditulis oleh Harry di kartu tamu yang dengan baik hati telah diisinya. Permohonan seorang penyembah, seorang pendoa. Sebenarnya tidak ada kartu, Kiki memanjatkan doa minta ampunan kepada Tuhan. Dia membenarkan dusta kecil dan tidak berbahaya itu dengan apa yang dia pertaruhkan di sini. Memang betul, kata si pengawas, mereka membawa Harry Kazuya ke rumah sakit ketika dirinya tidak henti-hentinya mengeluh tentang kepalanya yang sakit. Para penghuni itu suka sekali menerima perawatan medis. Di Rumah Sakit Kanto, pihak rumah sakit bersedia melakukan rangkaian tes, tapi si pengawas tidak menahu lagi. Harry mendapatkan resep khusus untuk menebus sejumlah obat yang telah diberikan dokter, namun itu adalah urusannya sendiri, karena itu adalah persoalan medis dan tidak ada aturan atau wewenang yang menjadi tanggung jawab lebih dari pihak rumah sakit.

Kiki menutup percakapan dengan terima kasih, juga mengingatkan pada pengawas itu bahwa Gereja Bethany menerima semua orang, termasuk para penghuni Rumah Singgah Kanto. Kiki kemudian menelepon Dokter Shigeaki, seorang dokter bedah toraks di Rumah Sakit Kanto dan merupakan anggota lama jemaah Gereja Bethany. Kiki sebenarnya tidak berencana mencari tahu tentang status kesehatan Harry Kazuya, tapi rasa penasarannya benar-benar membawanya ke luar jangkauan. Dia membiarkan suaminya berbicara dengan dokter itu, di balik pintu, di ruangan tertutup. Pembicaraan itu terlindungan dan bersifat profesional, keduanya mungkin bisa menciptakan topik yang relevan bagi keduanya. Telepon itu langsung tersambung dan Kiki meninggalkan permintaan bagi Shigeaki untuk langsung menelepon suaminya.

Sementara dia sibuk menelepon, Ivan masih fokus dengan komputernya, dia melebur bersama kasus Furuya Satoru. Situs web yang kini di hadapannya sangatlah detail. Klik di sini untuk dapat melihat ringkasan kasusnya, sepuluh lembar halaman. Di bawahnya tertera tentang informasi transkrip persidangan. Sekitar 1000 lebih halaman panjangnya. Di sebelahnya ada informasi tentang beberapa dokumen banding, disertai pernyataan-pernyataan, kira-kira 1500 halaman lagi. Catatan tentang sejarah kasus itu berjumlah 350 halaman dan menyertakan seluruh keputusan pengadilan negeri dan pengadilan tingkat banding. Ada tautan terkait Hukuman Mati di Kanto, dan satu di antaranya adalah Galeri Foto Furuya Satoru.

Kanto, yang biasa dianggap wilayah di timur, populasi empat puluh juta jiwa, dulu penuh sorak-sorai, antusias yang luar biasa ketika seorang linebacker tak kenal takut menjelajahi lapangan futbol; ya, dialah Furuya Satoru, namun sekarang mereka dengan was-was menunggu eksekusinya.

Furuya Satoru muncul pertama kali sejak kelahirannya di Ibaraki, salah satu prefektur di Jepang yang terletak di wilayah Kanto. Ibaraki memiliki populasi sekitar dua juta jiwa. Prefektur Ibaraki berbatasan dengan prefektur Fukushima di sebelah utara, prefektur Tochigi di barat laut, dan prefektur Saitama di barat daya, sedang prefektur Chiba di selatan. Dia merupakan anak ketiga dari pasangan Masaki dan Yuko Satoru. Anak keempat muncul ke dunia tiga tahun kemudian, tak lama usai keluarga itu pindah ke Tochigi, tempat Masaki Satoru mendapatkan pekerjaan di perusahaan yang bergerak di bidang kontraktor saluran pembuangan. Keluarga itu bergabung dengan Gereja Kurshima dan masih menjadi jemaat aktif di gereja tersebut. Furuya dibaptis di gereja tersebut ketika usia delapan tahun. Dia dididik di sekolah-sekolah negeri di Kanto, dan ketika menginjak usia dua belas tahun, dia sudah dikenal luas sebagai atlet. Dengan postur yang ideal dan kecepatan yang baik, Furuya termasuk salah satu pemain yang layak diperhitungkan eksistensinya di lapangan futbol. Ketika usianya menginjak empat belas tahun, saat itu dia masih sebagai murid baru, dirinya sudah mulai menjadi linebacker bagi regu sekolahnya di SMA Kanto. Dia juga layak disebut sebagai the lucky man, karena dia mendapatkan predikat best player di dalam regu saat masih duduk di kelas sepuluh dan sebelas, dan secara lisan dirinya menyetujui untuk berkontribusi bagi perwakilan Kanto dalam ajang pertandingan regional sebelum musibah cedera mata kakinya yang parah terpaksa menutup kariernya di kuartal pertama pertandingan pertama tahun terakhirnya di SMA.