webnovel

Bukan Salah Ta'aruf

Pernikahan adalah impian bagi setiap insan, karena pernikahan juga sebagai penyempurna agamamu. Tapi apa jadinya jika pernikahan yang telah di impikan malah menjadi petaka di kehidupan rumah tangga yang telah dibina bersama. Inilah yang dirasakan oleh Fatma Pasha perempuan yang dinikahkan oleh keluarganya melalui jalan Ta'aruf dengan laki-laki bernama Hendra Firmansyah. Awalnya Fatma sempat ragu, karena ia belum mengenal sosok Hendra lebih jauh. Namun kedua orangtua Fatma bersikukuh meyakinkannya bahwa Hendra adalah pemuda yang baik dan bertanggung jawab. Sampai pada ketika usia pernikahan mereka genap satu tahun, Fatma dinyatakan positif hamil oleh dokter. Hal tersebut menjadi kabar baik sekaligus kabar buruk untuk Fatma, pasalnya ketika Fatma baru saja tiba dirumah selepas pergi dari rumah sakit. Tiba-tiba datang seorang wanita bernama Annisa dan mengaku sebagai istri sah Hendra, Fatma tidak percaya namun Annisa membawa semua bukti-bukti pernikahannya dengan Hendra.

julietasyakur · Urbano
Classificações insuficientes
237 Chs

Mimpi Yang Sama

Kembalikan suamiku Fatma, kamu sudah merebut Hendra dariku. Kenapa kamu tega melakukan hal itu padaku Fatma, apa salahku? Hendra itu suamiku Fatma.

Seketika mimpinya buyar, Fatma pun langsung terbangun dari tidurnya. Nafasnya masih terengah-engah karena mimpinya yang baru saja mampir di dalam tidurnya. Fatma heran, kenapa mimpinya selalu sama dan selalu sama. Fatma menoleh kearah suaminya yang masih tertidur pulas disampingnya. Ia tatap wajah teduh suaminya, seketika rentetan pertanyaan muncul di dalam pikirannya.

Apa ada yang kamu sembunyikan dariku mas? Karena mimpi itu selalu datang terus menerus. Gumam Fatma dalam hati.

Fatma menghela nafas panjang, ia kemudian bergegas menuju kamar mandi untuk berwudhu dan menjalankan shalat tahajud. Di dalam doanya Fatma meminta agar rumah tangganya baik-baik saja, Fatma juga meminta petunjuk kepada Allah tentang mimpinya tersebut. Setelah Fatma selesai berdoa dan mengusap wajahnya dengan kedua tangannya, Hendra pun terbangun lalu duduk di sudut ranjang tidurnya. Di pandangnya Fatma dengan teduh, lalu Fatma tersenyum ke arah suaminya.

"Mas Hendra, tahajud dulu yuk. Tadi aku mau bangunin kamu gak tega, abisnya pules banget tidurnya". Ujar Fatma.

"Iya sayang, ini mau ambil wudhu. Gak apa-apa sayang, harusnya kamu bangunin aja". Sahut Hendra.

Fatma tersenyum. "Yasudah, besok-besok aku bangunin".

"Nah gitu dong, yaudah mas ambil wudhu dulu ya". Ujar Hendra yang langsung bergegas menuju kamar mandi, sementara Fatma menunggu Hendra sampai ia selesai mengerjakan shalatnya.

Setelah Hendra selesai shalat, ia langsung menghampiri istrinya yang masih terjaga menunggu dirinya.

"Sudah selesai mas, sini duduk". Ujar Fatma.

"Iya sayang, sayang tiba-tiba mas laper. Kamu mau gak buatin mas makanan". Gumam Hendra pelan.

Fatma tersenyum. "Ya Allah mas, kok pertanyaannya gitu. Ya pasti mau lah, mas mau dibuatin apa?".

"Nasi goreng boleh sayang".

"Yasudah sebentar ya mas, aku buatkan dulu". Ujar Fatma yang langsung bergegas menuju dapur.

Dengan cekatan Fatma langsung menyiapkan bumbu-bumbu yang diperlukan. Tak lama kemudian sang ibu datang menghampirinya dan hal tersebut sedikit membuatnya tersentak kaget.

"Lagi masak apa nduk". Ujar sang ibu.

"Ya Allah, ibu ngagetin Fatma aja deh. Hampir aja bawangnya lompat". Gumam Fatma sambil terkikik kecil. "Ini bu, Mas Hendra laper minta dibikinin nasi goreng. Ibu mau juga? Biar sekalian Fatma buatin". Sambung Fatma.

"Ngak nak, ibu mau lanjut tidur lagi. Yasudah kamu masakin buat suamimu, teruslah belajar menjadi istri yang sholeha yang nurut sama semua perkataan suami".

"Iya bu, Insha Allah Fatma akan terus belajar dan terus belajar".

Sang ibu tersenyum lalu bergegas kembali ke kamarnya, sementara Fatma kembali melanjutkan aktivitas memasaknya. Setelah selesai, Fatma pun menata nasi goreng buatannya di piring dengan secantik mungkin, lalu ia letakkan telur mata sapi diatasnya.

Alhamdulillah akhirnya selesai juga, Mas Hendra pasti suka. Gumam Fatma senang dan langsung membawa sepiring nasi goreng buatannya.

Setibanya dikamar, Fatma mendapati Hendra yang sudah tertidur. Ia kemudian mencoba untuk membangunkannya, namun Hendra tak kunjung bangun juga.

Ya Allah, sayangkan kalau nasi gorengnya gak ke makan. Gumam Fatma sedih, lalu ia mencoba untuk membangunkan Hendra sekali lagi. Namun tetap saja Hendra malah bertambah pulas dengan memeluk bantal gulingnya.

Fatma pun sedih, ia letakkan nasi goreng buatannya di atas meja kecil yang berada di samping ranjang Hendra. Fatma menyerah untuk membangunkan Hendra, kemudian ia memutuskan untuk kembali tidur. Keesokan paginya Hendra terbangun lebih dulu dan melihat sepiring nasi goreng di mejanya. Hendra pun menghela nafas, ia merasa bersalah pada istrinya karena tertidur ketika ia minta dibuatkan nasi goreng.

Hendra mencoba membangunkan Fatma untuk mengajaknya shalat subuh berjamaah. Di pandanginya wajah teduh istrinya ketika sedang tertidur dan hal itu membuat Hendra merasa semakin bersalah. Hendra mengecup kening Fatma, lalu berbisik lirih di telinganya untuk mengajaknya shalat berjamaah.

Fatma pun membuka matanya kecil dan penglihatannya masih terlihat samar-samar. Hendra pun tersenyum ke arahnya sementara Fatma mencoba memejamkan matanya sekali lagi lalu membukanya kembali, baru lah penglihatannya jernih dan tidak samar-samar.

"Mas Hendra". Ujar Fatma.

"Iya sayang, bangun yuk kita shalat subuh berjamaah. Aku minta maaf ya sayang, semalem aku ketiduran. Nasi gorengnya jadi gak kemakan deh". Sahut Hendra.

"Iya gak apa-apa mas, yaudah yuk kita shalat". Ajak Fatma.

Mereka berdua pun segera bergegas menuju kamar mandi untuk berwudhu. Setelah selesai shalat, Fatma bergegas pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan untuk suaminya.

Kini pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga telah membuatnya terbiasa, Fatma sangat senang menjalaninya. Terlebih lagi ia memiliki suami yang begitu menyayanginya.

"Sayang, mas berangkat kerja dulu ya. Kamu di rumah jangan capek-capek ya". Ujar Hendra.

"Iya mas, mas hati-hati ya di jalan. Iya nggak kok mas". Sahut Fatma tersenyum dan langsung mencium punggung tangan suaminya.

"Iya sayang, yaudah mas berangkat dulu ya. Assalamualaikum".

"Waalaikumsalam".

♡♡♡

Kembalikan suamiku Fatma, kamu sudah merebut Hendra dariku. Kenapa kamu tega melakukan hal itu padaku Fatma, apa salahku? Hendra itu suamiku Fatma.

Seketika lamunannya buyar ketika sang ibu datang menghampirinya lalu menepuk bahu kanannya.

"Astagfirullahaladzim, ibu ngagetin aku aja". Ujar Fatma.

"Ya abisnya kamu kok ngelamun aja sendirian di teras belakang, ini sudah sore loh kamu sudah shalat ashar belum?". Tanya sang ibu.

"Fatma gak melamun kok bu, alhamdulillah sudah bu".

"Kalau gak melamun terus yang barusan itu apa? Bengong?". Gumam sang ibu.

Fatma hanya menujukkan cengiran kuda kepada sang ibu.

"Ayo cerita sama ibu, apa yang sedang kamu pikirkan?". Ujar sang ibu.

Fatma menghela nafas. "Aku berkali-kali bermimpi buruk bu dan mimpi itu selalu sama. Di dalam mimpi tersebut ada seorang perempuan yang selalu menangis dan menyebut aku telah merebut Mas Hendra darinya".

"Itukan hanya mimpi nduk, tidak usah terlalu dipikirkan. Yang terpenting sekarang kamu selalu berdoa dan meminta kepada Allah agar rumah tanggamu adem ayem, tentram dan bahagia selamanya".

"Iya bu, pasti".

"Yasudah ibu masuk dulu ya, kamu jangan melamun lagi loh". Ujar sang ibu.

Fatma tersenyum, dalam pikirannya ia terus memikirkan tentang mimpinya. Untuk menghilangkan rasa takutnya pada mimpi tersebut, Fatma memutuskan untuk mandi agar pikirannya fresh kembali. Ia percaya suaminya tidak akan mengkhianatinya, karena ia tau bagaimana sikap suaminya kepadanya.

Hai readers, jangan lupa follow instagram aku ya @julietasyakur_

twitter @JulietaSyakur

Terima Kasih dan Selamat Membaca.

Love,

Julieta Syakur ?

julietasyakurcreators' thoughts